PALANGKA RAYA-Geliat Festival UMKM dan Pariwisata Pesona Tambun Bungai 2022 di Gedung Koni meriah, ada pergelaran busana batik Benang Bintik, motif batik asli Kalteng. Sabtu (6/8) digelar berbagai acara bertajuk Kesah Benang Bintik dan pagelaran busana.
Paparan mengenai sejarah benang bintik dihadiri oleh budayawan Kusni Sulang, pemilik UMKM Benang Bintik Kriya Griya Berkat Indah, Bunga, dan pembicara kunci Ibu Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng, Nunu Andriani Edy Pratowo mewakili Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kalteng. Acara tersebut dipandu oleh Asrina Yanti dan dimoderatori oleh praktisi komunikasi Novita Chandra Wijaya.
Acara yang dilaksanakan siang itu diselenggarakan dalam rangka memberikan pengetahuan mengenai sejarah panjang asal usul benang bintik dan memberikan pemahaman bahwa benang bintik merupakan istilah yang seharusnya dipakai ketika menyebutkan wastra (kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri) Kalteng.
Nunu Andriani Edy Pratowo mengingatkan akan pentingnya memahami filosofi benang bintik dan bagaimana sejarah terciptanya wastra tersebut.
“Sebagai salah satu warisan sejarah, penting bagi kita untuk memahami filosofi benang bintik sebagai wastra Kalimantan Tengah. Benang bintik merupakan perwujudan mimpi dari istri gubernur Kalteng pada tahun 1989 hingga 1993 yaitu Ibu Gubernur Suparmanto, beliau berkeinginan untuk melestarikan kebudayaan Dayak seperti anyaman, ukiran dalam rumah betang, dan tumbuh-tumbuhan alam khas Kalimantan dalam sebuah wadah, dari mimpi itulah lahir sebuah wastra baru yang memindah motif ukiran, anyaman, dan tumbuh-tumbuhan tersebut ke dalam lembaran kain putih melalui proses membatik,” ucapnya.
Nunu juga menceritakan pengalamannya ketika kunjungan ke luar pulau Kalimantan mengenakan pakaian Batik Benang Bintik.
“Ketika ada yang bilang batik saya bagus waktu saya mengenakan batik benang bintik, saya dengan bangganya menjawab, ‘ini benang bintik’, mereka lalu bertanya apa bedanya batik sama benang bintik, atau itu nama batiknya adalah benang bintik, saya jelaskan bahwa benang itu kalau bahasa kita dayak berarti lembaran kain putih, terus bintik itu adalah tulisan atau lukisan yang menghiasi lembaran kain putih tadi dengan berbagai macam motif yaitu dari tanaman-tanaman, dari seni dan budaya yang ada di Kalteng, dan juga dari kerajinan-kerajinan yang ada di Kalteng seperti anyaman dan ukiran,” tuturnya.
Bunga, pengusaha UMKM Batik Benang Bintik Griya Karya Indah yang menjadi narasumber kedua pada acara itu menceritakan awal mula dirinya berkenalan dunia batik sehingga bisa membuka usaha batik seperti sekarang.
“Pada saat itu di masa Pak Suparmanto menjabat sebagai gubernur dimana Ibu Suparmanto kurang lebih dua tahun beliau menjabat sebagai ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Karena di Kalteng sendiri belum ada yang namanya souvenir untuk diberikan ketika ada tamu yang berkunjung ke Palangka Raya. Nah, pada saat itu saya masih duduk di bangku SLTA. Waktu itu hanya ada lima kabupaten, yaitu Kuala Kapuas, Buntok, Muara Teweh, Sampit, dan Pangkalan Bun. Nah, beliau mempunyai keinginan besar supaya Kalteng ini punya batik sehingga beliau membuat suatu program dimana dari setiap kabupaten mengirim satu peserta yang akan dikirim ke Pekalongan selama satu bulan belajar batik di sana,” kenang Bunga.
Ia juga menceritakan perjuangannya dalam merintis bisnis batik benang bintik hingga sebesar sekarang, dimana di masa awal ia merintis bisnis batik dengan model desain baru tersebut mengalami masalah mengenai karyawan usahanya yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) lokal. SDM lokal yang direkrutnya dari anak-anak muda putus sekolah asal kampung-kampung itu kebanyakan ingin pindah ke kampung lagi karena terlena dengan kenyamanan di kampungnya. Hal ini pun berdampak buruk bagi usahanya karena satu per satu karyawan mulai keluar. Keadaan bisnis yang ia rintis di Kalteng itu pun bergejolak karena ketidakadaan karyawan untuk menjalankan usahanya. Pada suatu kesempatan ia bertemu dengan tokoh batik kondang, Alm. Iwan Tirta. Bunga pun tidak mau hilang kesempatan, sehingga ia melakukan obrolan panjang dengan tokoh batik kawakan tersebut. Banyak hal yang disampaikan oleh Alm. Iwan Tirta kepadanya memberi pengaruh besar bagi keputusan bisnisnya. Salah satu saran yang diikuti oleh Bunga yaitu langkah besar untuk pindah tempat produksi ke lokasi strategis seperti pulau Jawa.
“Kalau Kalimantan Tengah ingin dikenal, otomatis harus mengesampingkan dulu keinginan untuk produksi di Kalimantan Tengah, karena kalau saya sibuk ngurus sdm-nya, lama-lama saya yang niatnya ingin membina, tetapi lama-lama saya yang binasa. Akhirnya saya ikuti saran beliau (untuk pindah basis produksi ke Jawa), beliau sempat bantu juga untuk mendesain motif, sempat masuk ke bukunya beliau juga, kemudian beliau juga membantu masalah pewarnaan,” jelasnya.
Sementara itu Kusni Sulang, seorang budayawan ulung Kalteng yang malang melintang meneliti kebudayaan masyarakat Dayak Kalteng, hadir secara daring melalui sambungan Zoom Meeting, memaparkan sejarah dan asal-usul batik benang bintik yang menjadi ikon batik bumi tambun bungai saat ini.
“Saya tidak setuju mengatakan kalau Benang Bintik merupakan warisan tradisional. Benang Bintik adalah suatu karya baru yang memadukan berbagai unsur kebudayaan dari berbagai etnik. Jadi, bisa dikatakan Benang Bintik adalah karya hibrida, hasil budaya akulturasi,” tuturnya.
Lulusan Sarjana Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu juga menjelaskan benang bintik yang merupakan kebudayaan hibrida tadi justru hal yang bagus.
“Saya anggap benang bintik itu sebagai budaya hibrida, merupakan hal yang bagus, karena inilah yang saya katakan budaya Kalteng, beridentitas Kalteng. Jadi Kalteng itu ada dua, satu Uluh Kalteng, Orang Kalteng, dan satu lagi Uluh Itah, uluh Dayak. Basis daripada uluh Kalteng, kebudayaan Kalteng itu adalah Dayak sebaiknya, sehingga dia mempunyai ciri khusus. Dan Suparmanto pada waktu itu bersama istrinya memadukan hal ini. Nah ini saya anggap perwujudan konkret daripada uluh Kalteng beridentitas Kalteng itu, karena tujuan Suparmanto pada waktu itu kan untuk mencari juga kayak apa orang datang ke provinsi dia dapat cenderamata yang bagus, nah dari sinilah muncul benang bintik itu,” jelas pria yang juga berprofesi sebagai penulis dan sastrawan itu.
Tamu undangan yang menyaksikan acara malam itu mengaku senang bisa diundang dalam pergelaran busana batik benang bintik khas Kalteng seperti yang dirasakan oleh Fitri Aji, tamu undangan yang merupakan perwakilan dari Ikatan Ibu Bhayangkari Polda Kalteng malam itu.
“Acaranya bagus dan dari rangkaian bazar, umkm, melibatkan semua karya-karya putra daerah. Kemudian juga umkm unggulan yang mengangkat tema wawasan nusantara dan kearifan lokal dari segi makanan dan semua karya cipta untuk minuman, makanan, oleh-oleh, kerajinan juga, semua berpadu ya dalam acara ini. Kemudian juga acara talkshow-nya berkaitan juga dengan perbankan, sesuai dengan penyelenggara ya dari Bank Indonesia, dan yang paling kami apresiasi sekali undangan ini, terutama untuk umkm, untuk stand-stand-nya itu gratis ya, itu peluang yang sangat bagus karena membuka kesempatan kepada pelaku UMKM untuk menaikkan produknya,” katanya.
Sementara itu Veronica Lestari, perwakilan dari Dekranasda Barito Timur (Bartim), mengaku bangga karena dapat berkontribusi untuk mengangkat ciri khas Kalteng.
“Rasanya sangat banggalah kita, karena ikut mengangkat ciri khas kita Kalimantan Tengah. Jadi UKM-UKM yang ada di sini bisa bangkit lagi setelah sebelumnya terimbas pandemi,” ucapnya.
Pengurus Dekranasda Bartim itu datang ke Palangka Raya membawa pelaku usaha batik Nita Mawinei, batik khas dari daerahnya, sebagai salah satu pedagang UMKM di pergelaran itu. Ia juga berharap ke depannya bisnis UKM batik asal daerahnya itu akan mampu bersaing dengan UKM batik lainnya.
“UKM nya kita dampingi, saya datang dari Barito Timur beserta dua orang perwakilan dari satu perusahaan UKM Batik asal daerah kami sejak tanggal empat kemarin. Harapan saya kedepannya semoga UKM asal daerah kami dapat bersaing dengan UKM-UKM lainnya,” tandasnya. (*dan/ala/ko)