PALANGKA RAYA– Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Tengah, Yura Djalins mengatakan, bahwa Inflasi tahunan di Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Agustus 2022 terpengaruh oleh beberapa hal, seperti kenaikan harga energi global akibat perang Rusia-Ukraina, gangguan mata rantai pasokan akibat COVID-19, serta keterbatasan pasokan akibat kondisi cuaca yang berdampak pada gangguan panen.
Dikatakanya, komoditas penyumbang inflasi tahunan terbesar Kalteng ialah tarif air minum PAM, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, beras dan kue kering berminyak (gorengan).
Sementara itu, dari segi pangan bergejolak (volatile food), selain beras, minyak goreng, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras dan ikan nila juga menjadi komoditas penyumbang inflasi.
“Namun demikian, berdasarkan pemantauan harga angkutan udara sudah mulai mengalami normalisasi. Demikian halnya cabai rawit dan bawang merah seiring mulai masuknya musim panen pada sentra produksi di pulau Jawa. Beras juga diharapkan mulai memasuki musim panen pada September-Oktober termasuk pada sentra produksi di Kalteng,”ucapnya.
Dikatakan Yura, inflasi perlu dijaga dengan besaran sesuai target sasaran nasional. Menurutnya, inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Jika inflasi terlalu tinggi akan berdampak pada penurunan daya beli, khususnya bagi pekerja dengan penghasilan tetap,”lanjutnya. (*/bud)