Suel memastikan hal tersebut karena dirinya berada di lokasi saat peristiwa itu terjadi, tepatnya pada Sabtu malam (24/9). Akibat viralnya video itu, Suel mengaku pihaknya sangat dirugikan. Pemilik kafe tidak pernah dikonfirmasi atau diberikan kesempatan untuk memberikan klarifikasi, baik oleh pihak perekam video maupun media yang pertama kali menyebarluaskan informasi tentang kafe yang menjadi sarang kelompok LGBT.
“Mereka yang bilang di sini sarang LGBT, datang ke sini pun enggak pernah, juga enggak lihat langsung kondisi di sini untuk konfirmasi, hanya berdasarkan konten video yang viral itu, lalu langsung memvonis di sini sarang LGBT,” ucap Suel dengan nada kecewa.
“Saya masih menyimpan rasa sakit hati dan dendam kepada mereka yang membuat berita seperti itu,” sambungnya.
Suel mengatakan akan meminta pertanggungjawaban dari pihak yang sudah menyebarluaskan informasi tidak benar terkait kafenya tersebut. Termasuk meminta pertanggungjawaban dari salah satu media online yang pertama kali menyebarluaskan pemberitaan terkait video viral itu.
Tindak lanjut pertanggungjawaban yang dimintanya adalah permintaan maaf secara adat Dayak, yang harus disampaikan secara langsung kepadanya oleh pihak yang telah menyebarkan informasi tersebut.
“Tadi mereka ada bilang mau minta maaf, boleh minta maaf, tapi saya bilang; kami orang Dayak, kalau minta maaf itu ada caranya, ada adat budayanya, bukan minta maaf begitu saja, ada ritualnya yang harus kita laksanakan,” tegas Suel.