Ratusan Hektare Lahan Food Estate Mangkrak

by
BELUM DITANAM: Lahan di Desa Mulyasari yang sudah digarap tahun lalu, sampai saat ini belum membuahkan hasil. Foto: AKHMAD DHANI/KALTENG POS

PULANG PISAU-Desa Pilang dan Desa Mulyasari di Kabu­paten Pulang Pisau merupakan dua wilayah ekstensifikasi atau perluasan area food estate. Jika digabungkan, ada lebih 200 hek­tare lahan yang sudah diratakan menggunakan alat berat tahun lalu. Hampir semuanya belum tergarap. Ilalang dan semak be­lukar pun meninggi dan tumbuh subur. Bukan padi. Realitas itu­lah yang terlihat ketika wartawan Kalteng Pos meninjau langsung lokasi tersebut, akhir pekan lalu.

Ani, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng menjadi pendamping saat itu. Wanita berkacamata itu mengatakan mereka telah melakukan monitoring intens selama setahun untuk melihat perkembangan penggarapan lahan di sana. Dari hasil moni­toring, pihaknya menilai antara perencanaan dan implementasi proyek food estate yang digagas pemerintah di daerah tersebut jauh dari yang diharapkan.

Pasalnya, masih terdapat lahan tergarap, tapi belum optimal. Bahkan ada lahan yang belum tergarap sama sekali. Perubahan pola perta­nian masyarakat dan dampak lingkungan yang ditimbulkan juga harus jadi perhatian.

Desa pertama yang kami kun­jungi adalah Desa Pilang. Satu jam lamanya perjalanan darat dari Kota Palangka Raya.

Sesampai di sana, langsung me­nemui Priska, anggota Kelompok Tani (Poktan) Parit Pemerintah. Untuk sampai ke lokasi lahan yang sudah dibabat oleh alat berat itu, harus menggunakan transportasi air. Ada tumpukan karung di ping­gir Jalan Temanggung Tambuang menuju pelabuhan. Ada yang ber­lubang, bekas gigitan tikus. Benih padi pun berceceran di sekitarnya.

“Itu bibit sumbangan pemerin­tah, tapi sudah kedaluwarsa, kare­na datang sebelum lahan digarap. Parahnya, bibit itu tidak diguna­kan, karena tidak cocok dengan kondisi tanah di sini,” celetuk Ani kepada Kalteng Pos.

Leave a Reply