Enam Figur Perempuan Masuk Bursa Pilgub

oleh
oleh
Grafis KaltengPos

Namun menurut Jhon, untuk bisa maju perlu ada kemauan elite politik, partai, dan dukungan publik. Wakil dekan FISIP UPR itu menilai bahwa kepemimpinan wanita umumnya lebih berhati-hati dan mengedepankan konsep pengemong. Karena pada dasarnya kaum wanita lebih lembut, sehingga lebih sejuk dalam memimpin.

Pendapat juga diutarakan mantan Ketua KPU Kalteng Prof Syar’i. Menurutnya sah-sah saja apabila keenam figur  perempuan yang disebutkan itu maju pada Pilkada Kalteng mendatang, karena memang memiliki pengalaman di lembaga legislatif maupun eksekutif. Namun hal itu akan bisa terjadi apabila figur bersangkutan memiliki partai pengusung, atau mempersiapkan diri untuk maju melalui jalur perseorangan. Syar’i yang juga merupakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah mengaku tidak banyak berinteraksi dengan keenam figur perempuan yang disebutkan tadi. Karena itu ia menilai potensi untuk maju berdasarkan latar belakang pengalaman.

Dikatakannya, dari keenam nama figur perempuan itu, ada yang kurang eksis dibandingkan nama-nama figur laki-laki yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Hal ini dikarenakan kurangnya interaksi dengan berbagai pihak, seperti tokoh pemuda dan organisasi masyarakat. Bahkan ada figur yang dinilainya hanya lebih dikenal di daerah asal masing-masining.

“Apabila memang berpontesi, yang bersangkutan harus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, agar potensi dan kemampuan yang bersangkutan bisa disorot oleh masyarakat yang merupakan pemilih nantinya,” tuturnya.

Baca Juga:  PLN UID Kalselteng Gelar Simulasi Tanggap Darurat, Pastikan Layanan Tetap Siaga di Tengah Bencana

Disinggung soal kelebihan kepemimpinan sosok perempuan, Syar’i mengatakan bahwa hal itu sangat tergantung pada figur masing-masing.

“Saya pikir kekurangan dan kelebihan bukan dilihat dari jenis kelamin, tapi bagaimana kemampuan figur itu dalam memimpin,” ucapnya.

Pandangan juga datang dari Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Dr Irwani. Menurutnya, walaupun nanti terjadi atau tidak pengusungan nama-nama figur itu, tapi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif selama ini menggambarkan adanya kepercayaan yang tinggi terhadap figur perempuan untuk duduk di kursi legislatif maupun eksekutif. Sejauh ini kuota 30 persen untuk kursi parlemen hampir terpenuhi di setiap kabupaten/kota di Kalteng.

“Sehingga tidak dapat dimungkiri muncul nama-nama figur perempuan yang digadang-gadang maju sebagai bakal calon gubernur atau wakil gubernur nanti, antusiasme itu terlihat melalui keterwakilan itu,” tutur Irwani.

Ia meyakini bahwa ada figure-figur perempuan di Kalteng yang berpotensi memimpin dan cukup populer di tengah masyarakat. Menurutnya, apabila figur-figur tersebut ingin memantapakan langkah ke depan, maka perlu membawa gagasan yang mendasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan.

“Figur yang ada itu harus bisa mengangkat gagasan yang saat ini menjadi pekerjaan rumah, seperti bidang pembangunan, kesehatan, dan pendidikan, karena itu adalah hal-hal mendasar untuk kemajuan Provinsi Kalteng,” ucap Irwani. (irj/ce/ala/ko)