kaltengonline.com – Negara asal impor Kalimantan Tengah Oktober 2022 berasal dari Singapura US$2,13 juta, Laos US$1,68 juta, Tiongkok US$0,29juta dan Brazil US$0,07 juta.
“Impor dari Singapura berupa aspal (bitumen petroleum), Laos berupa pupuk (kalium klorida), Tiongkok berupa inkubator penetas unggas dan Brazil berupa asam sitrat,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Eko Marsoro, belum lama ini.
Menurut Eko, dibandingkan September 2022, terjadi penurunan nilai impor hampir dari semua negara, kecuali Tiongkok yang mengalami peningkatan impor senilai US$0,29 juta dan Brazil yang mengalami peningkatan impor senilai US$0,07 juta.
“Tidak terdapat impor dari Tiongkok dan Brazil pada September 2022. Penurunan nilai impor terbesar Kalimantan Tengah pada Oktober 2022 disebabkan menurunnya impor dari Singapura sebesar US$1,12 juta (34,46 persen), kemudian disusul Austria dan Laos masing-masing sebesar US$0,58 juta (100,00 persen) dan US$0,13 juta (7,18 persen),” katanya.
Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021, lanjut Eko, terjadi penurunan nilai impor Kalimantan Tengah dari beberapa negara. Penurunan nilai impor terbesar berasal dari Singapura senilai US$1,57 juta (42,43 persen) dan beberapa negara asal impor lainnya.
“Sementara itu, peningkatan nilai impor Kalimantan Tengah terbesar berasal dari Laos senilai US$1,68 juta,” ujarnya.
Eko juga menjelaskan, untuk bongkar muatan komoditas impor Kalimantan Tengah dari negara mitra dagang selama Oktober 2022 seluruhnya dilakukan melalui pelabuhan yang ada di Kalimantan Tengah. Aktivitas bongkar muatan impor melalui pelabuhan di Kalimantan Tengah dilakukan di Pelabuhan Sampit dan Pelabuhan Kumai. Dibandingkan September 2022, terjadi penurunan aktivitas bongkar muatan barang impor disejumlah pelabuhan di Kalimantan Tengah pada Oktober 2022.
“Penurunan aktivitas bongkar muatan impor terbesar terjadi di Pelabuhan Pulang Pisau (US$0,99 juta), diikuti oleh Pelabuhan Kumai (US$0,70 juta), dan Pelabuhan Sampit (US$0,32 juta),” terangnya.
Ia melanjutkan, jika dibanding bulan yang sama pada tahun sebelumnya, berdasarkan pelabuhan bongkarnya, Pelabuhan Sampit mengalami peningkatan nilai bongkar muatan impor tertinggi, sebesar US$0,74 juta (23,49 persen).
“Sementara itu, pelabuhan-pelabuhan lainnya di Kalimantan Tengah mengalami penurunan aktivitas bongkar muatan impor. Penurunan nilai impor terbesar terjadi di Pelabuhan Pulang Pisau (US$0,95 juta) dan Pelabuhan Kumai (US$0,11 juta),” ulasnya.
Secara kumulatif, tambahnya, pada Januari-Oktober 2022, Pelabuhan Sampit merupakan pelabuhan yang memiliki aktivitas bongkar muatan impor terbesar yaitu 65,15 persen dibandingkan pelabuhan lainnya.
“Ini diikuti Pelabuhan Pulang Pisau 16,11 persen, Pelabuhan Kumai 10,74 persen dan Pelabuhan Tanjung Perak 3,73 persen,” tandasnya. (aza/ko)