kaltengonline.com – Pneumonia atau penyakit radang paru-paru ternyata cukup tinggi di Kalteng. Sudah seharusnya diwaspadai masyarakat. Penyakit yang menyerang organ pernapasan pada balita ini cukup berbahaya. Bisa berujung kematian jika tidak ditangani serius. Permasalahan ini mesti menjadi perhatian bersama dengan melakukan upaya pencegahan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Syamsul melalui Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Rainer Danny Poluan Mamahit SKM MKM mengatakan, jumlah kasus pneumonia se-Kalteng memang masih jauh dari angka yang diprediksi pihaknya. Contohnya, diprediksi jumlah pneumonia balita di Kotawaringin Barat (Kobar) bakal mencapai 1.389 kasus. Akan tetapi, yang ditemukan pihaknya hingga saat ini hanya berjumlah 394 kasus.
“Artinya hanya seperlima dari prediksi kami, begitu juga dengan kabupaten lain, bahkan ada yang jauh lebih sedikit dari angka yang kami prediksi,” beber Danny kepada Kalteng Pos, Minggu (18/12).
Dikatakannya, jumlah kasus pneumonia tertinggi di Kalteng periode Januari-Oktober 2022 ada di Kotawaringin Timur dengan jumlah 353 kasus, menyusul Kobar 334 kasus, dan Kapuas 125 kasus.
“Jumlah kasus penyakit ini mungkin sejalan dengan jumlah penduduk, korelasinya berbanding lurus,” tutur pria dengan kualifikasi keilmuan kesehatan masyarakat itu.
Danny menjelaskan, pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah kasus pneumonia terlihat dari aktivitas penduduk suatu daerah. Makin padat aktivitas penduduk seperti di Kotim dan Kobar, makin banyak pula jumlah kasus.
Secara garis besar, pneumonia merupakan penyakit turunan dari inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Saat ISPA merembah ke jaringan paru-paru, maka akan muncul gejala pneumonia pada seseorang.
“Kalau cuman gejala pneumonia saja mungkin enggak masalah, tapi kalau untuk balita, pengaruhnya besar, karena kalau kena ke cairan yang lebih kecil lagi, misal ke bronkus atau ke alveolusnya, akan menyebabkan kesulitan bernapas, apalagi kalau anak kecil yang mengalami, ini yang harus kita waspadai,” jelasnya.
Danny menuturkan, pneumonia dapat terjadi karena virus atau bakteri. Karena itulah, keluarga perlu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam keseharian. Pajanan rokok yang sekecil apapun dapat membuat seseorang mengalami ISPA.
“Jadi pajanan rokok, kebersihan lingkungan, dan kebersihan diri, itu beberapa penyebab di antaranya. Untuk mencegah penyakit ini, yang penting adalah penerapan PHBS di lingkungan keluarga, dengan begitu 90 persen penyakit itu bisa dicegah,” tuturnya.
Yang juga patut diwaspadai dari penyakit ini adalah sifatnya yang mudah menular. Penularan dapat terjadi melalui udara saat berbicara dengan si pengidap. Bisa juga karena paparan dari mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, maupun dari pajanan-pajanan kimia lain.
Gejala pneumonia pada seseorang ditandai dengan gangguan pernapasan yang dialami. Terkait gangguan pernapasan yang dapat diindikasikan sebagai pneumonia, Danny mengatakan, seseorang yang mengalami gangguan pernapasan diimbau untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
“Kan gejala ISPA itu bisa batuk atau pilek biasa, tapi kalau kita lihat lebih detailnya lagi, ditakutkan salah menafsir jika mengobati sendiri tanpa mengecek ke fasilitas kesehatan,” ucapnya.
Penyakit ini dapat diobati dengan mengonsumsi obat antibiotic biasa, disesuaikan dengan penyebabnya.
“Biasanya akan diberi obat (antibiotik) disesuaikan dengan penyebabnya, apakah oleh virus atau bakteri. Amoxicillin dan Ampicillin untuk yang disebabkan oleh bakteri, sementara Azithromisin dan Klaritromisin (alternatif) untuk yang disebabkan oleh virus,” ujarnya.
Kendati cukup menjadi momok, Danny menyebut bahwa sejauh ini belum ada kasus balita di Kalteng yang meninggal karena pneumonia. Pihaknya terus melakukan upaya preventif untuk mencegah tingginya kasus pneumonia, dengan mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Hidup sehat dengan menerapkan PHBS, mencakup prinsip tidak merokok dan selalu membersihkan lingkungan tempat tinggal. Dua hal itu paling penting dalam mencegah pneumonia.
“Selain itu higiene perorangan. Kalau prinsip itu diterapkan, pasti masyarakat bisa terhindar dari pneumonia,” ucapnya.
Dinas kesehatan provinsi dan jajaran terus melakukan monitoring dan evaluasi ke tingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Terjun langsung ke lapangan bersama orang pusat untuk mengetahui kondisi riil di lapangan, terutama di tingkat puskesmas. Juga terus dilakukan koordinasi dengan pihak teknis terkait di lingkup dinas kesehatan untuk menggelar workshop bagi para tenaga kesehatan (nakes) dalam upaya penyegaran pengetahuan untuk deteksi dini pneumonia.
“Kami melakukan semacam workshop untuk penyegaran, seperti melakukan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) supaya dapat mendiagnosis atau mendeteksi dini pneumonia, sehingga bisa lebih cepat dan akurat,” ujarnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat tiap hari. “Juga hindari pajanan-pajanan berat seperti asap rokok, karena bisa memperberat saat mengalami infeksi saluran pernapasan,” ujarnya.
Mengingat sifat penyakit ini yang mudah menular, pihaknya juga meminta masyarakat untuk menjaga dan mengawasi anak masing-masing agar bisa menjaga jarak dan memakai masker saat berkontak langsung dengan anak-anak yang mengidap pneumonia. (dan/ce/ala/ko)