Menapaktilasi Jejak Perjuangan Tokoh Islam di Tanah Barito (3)

oleh
oleh
BERSEJARAH: Lokasi makam Rangga Niti, tokoh yang mendakwahkan Islam di Kelurahan Montallat II, Kabupaten Barito Utara, Jumat (24/3).

Ajaran R Aji Sulaiman dan Rangga Niti membuat penduduk Kampung Santallar disegani, karena dianggap berilmu tinggi di bidang agama. Tak heran jika pengikut R Aji Sulaiman makin banyak.

ROBY CAHYADI, Muara Teweh

RADEN Aji Sulaiman pernah menuntut ilmu Islam dari seorang ulama besar, Syeh Muhammad Arsyad Albanjari yang terkenal dengan Kitab Sabilal Muhtadin.

Menurut cerita warga, kedatangan R Aji Sulaiman ke Kampung Santallar untuk bersembunyi dari kejaran serdadu Belanda yang ingin menangkapnya.

Penyebabnya, R Aji Sulaiman telah membunuh seorang antek Belanda di Jembatan Pasar Arba Kalua, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Hal ini disampaikan R Aji Sulaiman kepada penghulu Kampung Santallar yang bernama Busama.

Sejak tahun 1814 itulah, R Aji Sulaiman yang belakangan disebut Syaid Sulaiman menetap di Kampung Santallar, lalu mengajarkan warga kampung setempat ilmu tauhid, fi qih, membaca Al-qur’an, dan ilmu kanuragan.

Karena itu, banyak yang menjadi pengikut R Aji Sulaiman, menjadikannya panutan dan pemimpin agama. Ia mempersatukan penduduk Kampung Santallar dalam ukhuwah Islamiyah.

Mardiansyah, Ketua Pengurus Masjid Jami Annur Kelurahan Montallat, Jumat (24/3) menuturkan, R Aji Sulaiman kala itu bekerja sama dengan Busaman dan Pembakal Jinu yang menikah dengan perempuan mualaf keturunan Mut Timang Tuha, lalu tinggal di rumah Betang.

Sekitar tahun 1830, datang ke Kampung Santallar seorang pemuda berkebangsaan Hindustan bernama Rangga Niti, lalu menetap di kampung itu. Dia memeluk agama Islam dan pernah menuntut ilmu kepada Syeh Muhammad Arsyad Albanjari. Rangga Niti pergi dari Kesultanan Banjar, lalu bertemu dengan R Aji Sulaiman.

“Rangga Niti tinggal di rumah betang Pembakal Jinu, selanjutnya bergabung dengan R Aji Sulaiman dalam menyiarkan Islam kepada penduduk,” ucap Mardi, sapaan akrab Mardiansyah. Aji Sulaiman menjadi imam Masjid Nurul Yaqin, sekaligus mengajarkan ilmu kepahlawanan untuk membela tanah pegustian.

Pembakal Jinu meninggal tahun 1841.

Kemudian diangkat Pembakal Darma untuk menggantikan posisinya. Ajaran R Aji Sulaiman dan Rangga Niti membuat penduduk Kampung Santallar disegani, karena dianggap berilmu tinggi di bidang agama.

Baca Juga:  Cek Dulu Listriknya! Ini Tips Aman Jual Beli dan Sewa Rumah

Suatu ketika Rangga Niti menunjukkan kesaktian, sehingga mendapat julukan Panglima Kumis Baja. Demikian pula R Aji Sulaiman yang diketahui memiliki keilmuan dan karomah, sehingga dijuluki Panglima Sakti Jaya. Sulaiman beristrikan seorang muslim di Kampung Santallar dan dikaruniai dua putra dan tiga putri.

Mardiansyah, Ketua Pengurus Masjid Jami Annur Kelurahan Montallat termasuk keturunan keempat dari R Aji Sulaiman. Anak perempuannya, Nyai Zariah, dijodohkan dengan pemuda bernama Muhammad Tarai yang berjuluk Panglima Salimbada.

Menurut Mardi, R Aji Sulaiman diketahui pernah membantu perjuangan Pangeran Antasari mendirikan benteng di Gunung Tongka.

Di situlah R Aji Sulaiman beserta pejuang lokal dari Kampung Santallar mempersiapkan diri melawan penjajah. Pasukan mereka dikenal dengan sebutan pasukan siluman.

Belanda menyerang Benteng Tongka melewati Sungai Santallar, sehingga terjadi pertempuran sengit dengan pasukan Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati di benteng tersebut. Dalam pertempuran itu, komandan pasukan Belanda tewas, sehingga serdadu penjajah marah dan menembak secara membabi buta.

Ketika senja datang, turunlah hujan lebat, sehingga pertempuran terhenti. Esok harinya, pasukan Belanda menyerang lagi benteng.

Namun tidak ada satu pun pasukan Antasari yang berada di benteng itu. Serdadu Belanda pun membakar benteng itu, lalu melakukan pengejaran.

Keterangan Mardi diperkuat oleh Kepala Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Barito Tengah. KPHP telah mengunjungi situs di kawasan hutan Desa Tongka. Di daerah tersebut terdapat bekas benteng Bungut Inai. “Di benteng pertahanan warga saat melawan Belanda ini dikenal dengan sebutan perang Tongka yang terjadi tahun 1861,” ungkap Kepala KPHP Barito Tengah Bahrudinsyah, beberapa waktu lalu.

Saat pengejaran terhadap Antasari, serdadu Belanda diserang pasukan siluman di bawah pimpinan R Aji Sulaiman. Serdadu penjajah dikepung ke lembah Datai Layo.

Di situlah 60 serdadu Belanda dinyatakan hilang setelah diserang pasukan R Aji Sulaiman.

Sebagai penanda, seorang anggota pasukan R Aji Sulaiman bernama Panglima Batu Amping menanam enam pohon madu atau jalemu di sekitar lokasi kejadian. (bersambung/ce/ala/ko)