Dermaga Pintar dan Cika, Memudahkan Penerapan Kurikulum Merdeka

oleh
oleh
MUDAH DISERAP ANAK DIDIK : Kurnia Sari mengajari anak didiknya dengan media boneka dan dermaga pintar.

PALANGKA RAYA – Beberapa pekan lalu, wartawan Kalteng Pos menyambangi TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan. TK tersebut berdiri di wilayah Kelurahan Tumbang Rungan, Kecamatan Pahandut. 15 kilometer dari pusat Kota Palangka Raya. Berbatasan langsung dengan Desa Tanjung Sanggalang, Kabupaten Pulang Pisau.

Setiba di sekolah yang berada persis di pinggir Sungai Kahayan itu, terlihat lima anak duduk bersila. Melingkar. Di ruang kelas dari bahan kayu itu.

Mereka merupakan dari Kelompok B. Di tengah-tengahnya ada media belajar. Mirip kapal.

Sang guru, Kurnia Sari terlihat memegang boneka. Anak-anak antusias memperhatikan. Tangan kanan Kurnia lincah menggerakkan mulut boneka bernama Cika. Sedangkan media belajar tersebut dinamai Dermaga Pintar. Berbentuk kelotok (kapal) besar yang di bagian luarnya terdapat hiasan batik motif kelakai khas Dayak. Di dalam kelotok itu terdapat berbagai alat peraga pembelajaran yang menarik.

Dermaga Pintar itu terdapat angka-angka dan huruf-huruf yang harus disusun sesuai letaknya. Disajikan dengan bentuk- bentuk unik dan tak biasa.

Salah seorang murid bernama Irham, tampak begitu antusias menyaksikan gurunya menjelaskan angka-angka dan hurufhuruf yang terdapat dalam alat peraga lewat boneka Cika.

Sambil mendengar penjelasan Cika, mereka memperhatikan Dermaga Pintar.

Terdapat empat pola pembelajaran lewat permainan yang disajikan itu. Yakni menempel huruf sesuai tempat peletakannya, mengurutkan pola abjad lewat stik es krim, menyusun bentuk geometri sesuai lubang-lubang penempatan, menyusun warna berurutan pada miniatur jembatan pelabuhan, serta memancing ikan dan meletakkannya dalam ember sesuai nomor yang tertera.

Usai boneka Cika menjelaskan teknis permainan, Irham dan kawan-kawan refleks menyambar satu dua huruf yang terpisah untuk segera disusun. Selain Irham, ada Azka, Nisa, Nasir, dan Azam yang lincah bermain alat peraga pembelajaran tersebut. Tangan keempat anak itu cekatan menyusun huruf demi huruf, angka demi angka, dan mencocokkan beberapa bangun geometri sesuai lubang penempatannya.

Irham dan empat kawannya begitu bersemangat memainkan alat peraga belajar Dermaga Pintar itu. Satu per satu huruf tersusun. Dua hingga tiga angka sudah diletakkan sesuai tempatnya. Bangun ruang sudah diletakkan sesuai lubang penempatannya. Stik berwarna pun sudah disusun sesuai urutan. Tak kesulitan sedikit pun bagi kelima anak itu. Padahal yang mereka lakukan itu adalah proses belajar.

“Anak-anak, di Dermaga Pintar kalian bisa menyusun angka sesuai urutan dan menyusun huruf yang acak itu sesuai dengan tulisan ini,” ujar boneka Cika sambil menunjukkan kertas berukuran A3 bertuliskan Dermaga Pintar.

Suara Cika merupakan suara Kurnia Sari dalam versi cempreng. Wanita yang sudah mengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan sejak 2019 itu begitu piawai memainkan bunyi kerongkongan hingga menciptakan suara khas anak-anak. Maklum, wanita asal Banjarmasin itu sudah malang melintang di dunia storytelling sejak kuliah. Urusan bercerita dan dongeng-mendongeng lewat boneka sudah mendarah daging baginya.

Kurnia Sari cukup familiar di dunia pendidikan. Dikenal sebagai pendongeng. Segudang prestasi telah ditorehkannya. Guru muda yang penuh karya. Perempuan kelahiran 21 Februari 1995 tersebut menjadi peserta terbaik nasional yang menghadirkan alat peraga belajar inovatif pendukung kegiatan belajar anak didik. Membawa nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran lewat alat peraga tersebut, Kurnia Sari sukses meraih penghargaan guru TK inspiratif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

Melalui boneka dan Dermaga Pintar, kemampuan literasi dan numerasi anak didik dapat terbangun dengan mudah lewat pembelajaran yang mengasyikkan. Model pembelajaran yang disajikan dengan bercerita melalui boneka, menyampaikan pesan pembelajaran kepada anak-anak dengan cara menyenangkan dan tidak terkesan menggurui.

Pola pembelajaran ini juga memperhitungkan kecenderungan anak didik akan suatu cara belajar. Misal, ada anak didik yang cenderung membutuhkan medium belajar secara visual atau medium belajar kinestetik, maka pola-pola kecenderungan belajar itu terakomodasi oleh alat peraga belajar Dermaga Pintar.

“Dermaga Pintar ini adalah alat peraga belajar yang dapat membentuk kemampuan literasi dan numerasi anak-anak, yang disampaikan dengan cara bercerita sehingga dapat menambah kesenangan anak-anak untuk belajar, kami juga belajar dengan bercerita dan mendongeng lewat boneka Cika, karena dengan dongeng dapat menerapkan karakter tanpa menggurui,” ujar wanita lulusan program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Universitas Lambung Mangkurat saat ditemui Kalteng Pos.

Alat peraga pembelajaran tersebut mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan budaya masyarakat setempat, sehingga pembelajaran lewat media belajar tersebut terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan.

Profesi sebagian besar masyarakat setempat yang merupakan nelayan, perahu yang senantiasa menjadi kendaraan pencari nafkah, dan pelabuhan yang sehari-hari menjadi tumpuan ekonomi mayoritas masyarakat merupakan nilai-nilai yang ia masukkan dalam alat peraga itu.

“Anak-anak akan lebih paham mendengarkan penjelasan mengenai suatu pelajaran ketika alat peraga yang kita buat itu tak jauh dari kehidupan mereka,” tuturnya.

Makanya, lanjut Kurnia, di dalam alat peraga itu saya masukkan miniatur pelabuhan, pemancingan ikan. Intinya gambaran skema kehidupan masyarakat di sini yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan. “Ketika memberikan penjelasan kepada anak-anak, saya memakai penjelasan yang dekat dengan kehidupan mereka, sehingga mereka bisa lebih cepat menangkap apa yang disampaikan,” jelas wanita yang juga berprofesi sebagai pendongeng itu.

“Permainan dermaga itu namanya mengenal literasi dan numerasi. Literasi tadi mendengarkan cerita dan menempelkan huruf, numerasinya itu mereka mengenal angka dan geometri,” tambahnya.

Tak hanya pola pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, tapi sistem belajar juga mengakomodasi kebutuhan anak yang berbeda-beda sesuai penerapan Kurikulum Merdeka. Penerapan permainan Dermaga Pintar pun tak hanya berwujud fisik, tapi juga digital yang termuat dalam aplikasi di laptop.

Baca Juga:  Wisuda 1022 Mahasiswa, UPR Dukung Program Betang Cerdas, Satu Keluarga Satu Sarjana

“Kalau di permainan Dermaga Pintar yang berwujud fisik lebih banyak diminati oleh anak-anak yang punya kecenderungan belajar kinestetik, artinya kalau belajar dengan cara itu mereka lebih cepat paham. Tapi namanya kurikulum merdeka kan kita harus memenuhi seluruh kebutuhan anak. Ada yang memiliki gaya visual seperti Nisa sama Nasir, mereka senang bermain digital karena lebih visual, mereka lebih cepat paham dari situ, makanya saya buat mereka Dermaga Pintar versi digital, diakses lewat laptop,” tutur wanita yang diangkat jadi PNS sejak 2019 itu.

Karya itu telah mengantarkannya menjadi guru berprestasi tingkat nasional. Lewat karyanya, anak-anak didik dapat lebih cepat mengenali huruf dan angka serta pola-pola bahasa dan matematika dasar. Anak-anak sangat membutuhkan sosok guru yang kreatif dan inovatif seperti Kurnia Sari. Apalagi mengajar untuk anak usia dini bukanlah perkara mudah. Perlu kesabaran dan kreativitas agar mampu menghasilkan terobosan-terobosan yang dapat menunjang pemahaman belajar anak. Usia dini merupakan usia emas. Ketika anak-anak diberi pembelajaran yang tepat, akan membentuk mindset belajar yang baik.

Guru TK memiliki peran vital dalam membentuk kebiasaan belajar anak. Usia prasekolah seperti mereka harus diberikan pola pembelajaran yang menyenangkan, agar ke depan mereka memiliki pola pikir bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang menyenangkan. Dengan kesukaan belajar, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pintar. Guru TK memiliki peran besar membentuk itu.

Merdeka belajar merupakan program cetusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI untuk mengoptimalkan potensi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia melalui peran aktif guru dan murid dalam setiap institusi pendidikan.

Dalam institusi pendidikan, guru berperan penting untuk memfasilitasi murid mencapai manfaat belajar yang diharapkan. Ketercapaian manfaat belajar bisa didapat dari kreativitas dan berbagai keterampilan penunjang yang dimiliki sang guru ketika memberikan materi belajar kepada para murid. Oleh karena itu, kreativitas guru sangat berperan penting.

Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya sangat mengapresiasi para guru yang kreatif dan inovatif. Pihaknya juga berkomitmen untuk mengoptimalkan implementasi program merdeka belajar pada kategori guru penggerak untuk semakin memperbanyak tenaga pengajar terampil.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya Jayani mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi guru-guru yang inovatif dan punya keinginan maju sehingga melakukan upaya memanfaatkan kondisi untuk membuat produk mengajar yang sesuai dengan konteks nilai kearifan lokal sekolah setempat.

“Guru-guru inovatif yang punya keinginan maju sehingga dia memanfaatkan kondisi yang ada di sekolah, itu kan sangat dibutuhkan oleh anak-anak didik kita guna mendapatkan pemahaman belajar yang baik,” kata Jayani kepada Kalteng Pos, Jumat (14/4).

Dalam ilmu pedagogis, lanjut Jayani, kreativitas dan inovasi dari sosok guru dalam menyajikan pembelajaran mutlak diperlukan agar dapat memberikan pemahaman yang baik kepada para murid. Melalui metode demikian tentu dapat mencapai target belajar yang diharapkan. Ditambah lagi dengan pembuatan alat belajar hasil perpaduan antara kondisi kearifan lokal yang dekat dengan para murid, semakin memudahkan para murid untuk memahami suatu pelajaran.

“Metode mengajar yang dekat dan relate dengan kehidupan para murid tentu akan semakin mempermudah mereka memahami suatu pelajaran, utamanya seperti pembelajaran dasar seperti berhitung dan membaca,” tuturnya.

Dalam konteks pembelajaran pada anak usia TK, diperlukan metode yang simpel dan analogis. Diperlukan metode yang simpel yakni dengan proses belajar yang tidak rumit dan dibutuhkan gaya berbahasa analogis dari seorang guru melalui penjelasan atas subjek pelajaran yang dekat dengan kehidupan anak didik.

Jayani menyebut sosok Kurnia Sari yang mengajar di TK Negeri Satu Atap Tumbang Rungan tersebut merupakan salah satu contoh guru yang berhasil menerapkan kurikulum merdeka belajar sebagai hakikat dari merdeka belajar itu sendiri, yang mana dapat memberikan pemahaman mendalam kepada murid dan menjadikan mereka pembelajar yang senantiasa termotivasi untuk belajar.

“Beliau itu sangat kreatif dan inovatif, guru demikian merupakan sosok pejuang pendidikan yang memang dibutuhkan untuk menjadi guru penggerak,” tambahnya.

Untuk memperbanyak guru-guru dengan keterampilan demikian, Jayani mengatakan pihaknya mendorong guru-guru di Kota Palangka Raya mengikuti seleksi program guru penggerak. Saat ini terdapat program dari Kemendikbudristek RI yakni Merdeka Belajar, salah satu sub programnya itu adalah guru penggerak.

“Menurut kami dari Disdik peluang untuk mendapatkan guru-guru seperti itu adalah dengan mendorong guru-guru di Kota Palangka Raya ini untuk mengikuti program guru penggerak ataupun pengajar praktik guru penggerak, Disdik punya keyakinan ketika guru-guru kita ikut program guru penggerak, mereka akan aktif bergerak dan menggerakkan dan tergerak untuk memajukan pendidikan di Kota Palangka Raya,” tuturnya.

Menurut Jayani, setiap guru di Kota Palangka Raya berpeluang menjadi guru penggerak, terlepas dari di mana tempat guru tersebut mengajar. Kunci dari terpilihnya seorang guru terpilih menjadi guru penggerak adalah terdapat riwayat hidup dan pengalaman mengajar yang relevan sehingga seorang guru itu dapat terpilih menjadi guru penggerak.

Saat ini, lanjutnya, terdapat 63 orang guru penggerak dari berbagai sekolah di Kota Palangka Raya. Guru penggerak merupakan program yang dapat memberikan keterampilan kepada para guru untuk memiliki kemampuan mengajar efektif, dalam prosesnya jika ingin mengikuti program guru penggerak, seorang guru perlu mengikuti seleksi yang diadakan di Balai Guru Penggerak pada daerah setempat.

“Intinya kalau mau jadi guru penggerak dilihat dari karakter gurunya, kalau dia punya semangat, kreatif, dan inovatif, di satuan pendidikan mana pun dia mengajar, dia pasti akan terpilih menjadi guru penggerak,” tandasnya. (dan/ram/ko)