PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng), seiring kondisi cuaca dalam beberapa pekan terakhir mulai memanas. Kondisi ini mendorong stakeholder terkait menyiapkan sarana prasarana (sarpras) mengantisipasi bencana karhutla dan menyiagakan personel selama 24 jam.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng melalui Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng telah memantau secara intens beberapa lokasi yang disinyalir berpotensi besar terjadi karhutla. Pihaknya juga mulai mempersiapkan sarpras dalam rangka mengantisipasi karhutla. Memasuki musim kemarau, pemprov juga telah memperkuat sinergi bersama pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melakukan pencegahan karhutla.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPB-PK Kalteng Ahmad Thoyib mengatakan, dalam rangka menghadapi potensi karhutla tahun ini, secara umum pihaknya telah menyiagakan personel dan sarpras. Lebih teknis, terkait dengan kesiapsiagaan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam upaya membentuk dan mengevaluasi kesiapan Kalteng mengatasi potensi karhutla.
“Melihat dari situasi dan kondisi cuaca di beberapa daerah, terutama yang berpotensi atau menjadi daerah langganan karhutla, kami terus stand by memantau potensi-potensi itu, saat ini kami masih menunggu arahan dari pimpinan untuk kesiapan lebih lanjut,” ungkap Thoyib kepada Kalteng Pos, Rabu (26/4).
Thoyib menjelaskan, sejak awal tahun 2023, pihaknya sudah menyiapkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) di Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya untuk memantau perkembangan terkini potensi karhutla. Tempat itu akan menjadi pusat koordinasi dari posko-posko karhutla yang tersebar se-Kalteng.
”Di situ (pusdalops, red), kami sudah menyiapkan berbagai peralatan yang sifatnya teknis pencegahan dan penanganan karhutla, di-back up juga dengan instansi lain yang berada dalam garis koordinasi kami, seperti dinas kehutanan, TNI, Polri, kemudian sejumlah relawan yang sudah kami siapkan dan kami jalin komunikasi,” bebernya.
Ia mengungkapkan, sejak Januari hingga saat ini pihaknya secara intens memantau daerah-daerah di Kalteng yang rawan terjadi karhutla. “Di pusdalops, kami punya tim yang bekerja selama 24 jam dalam satu minggu, mereka terus bekerja secara bergantian dalam tiga shif, jadi kami terus memantau di tiap kabupaten/ kota terkait berapa saja titik api yang muncul, kami pantau per harinya,” beber Thoyib.
Terkait pemantauan daerahdaerah yang berpotensi terjadi karhutla, mengacu dari satelit yang dikelola Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Thoyib menyebut terpantau titiktitik api yang muncul di wilayah seluruh Kalteng, dari tingkat kabupaten hingga kecamatan.
“Setiap hari, lewat website dari BNPB dan BMKG, dari situ kami dapat mengetahui lokasi-lokasi titik api hingga tingkat kecamatan dari kabupaten/kota se-Kalteng, kami terus pantau dari situ sejak Januari 2023, tiap hari laporan masuk ke kami berdasarkan hasil pengamatan itu,” tambahnya.
Sejak awal tahun hingga saat ini, lanjut Thoyib, kejadian karhutla di Kalteng cukup banyak, meski hanya dalam skala kecil. Sejak 1 Januari hingga 25 April, tercatat ada 58 kali kejadian kebakaran lahan di beberapa daerah. Dengan rincian 4 kejadian kebakaran lahan di Barito Selatan, 15 kasus kebakaran lahan di Barito Utara, 6 kasus kebakaran lahan di Katingan, 4 kasus di Palangka Raya, 7 kasus di Kotawaringin Barat, 11 kasus di Kotawaringin Timur, 1 kasus di Lamandau, 1 kasus di Murung Raya, dan 8 kasus di Sukamara.
“Data sebaran hotspot mulai 1 Januari hingga 25 April 2023 sebanyak 195 hotspot, itu tersebar se-Kalteng, sebagian hotspot terdeteksi dari kenaikan suhu pada tanah, bahkan ada juga yang sampai menyebabkan terjadinya kebakaran lahan, tapi syukurlah tidak menyebar, sudah ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh pusdalops di kabupaten,” jelasnya.
Thoyib mengatakan untuk saat ini pihaknya terus menggalakkan patroli ke seluruh pusdalops se- Kalteng, bekerja sama dengan instansi terkait lain untuk memberi imbauan secara langsung saat patroli, maupun secara tidak langsung dengan memasang spanduk-spanduk sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat.
“Kami juga akan melaksanakan apel kesiapsiagaan menghadapi bencana karhutla dengan mengumpulkan seluruh personel dari masing-masing daerah, saat ini masih kami koordinasikan dan menunggu arahan dari pimpinan, kalau pimpinan meminta dilaksanakan dalam waktu dekat, kami siap laksanakan,” ujarnya.
Saat ini suhu udara di Kalteng secara umum meningkat drastis.
Di beberapa daerah, panas matahari terasa sangat menyengat kulit.
Terkait apakah suhu udara yang panas itu meningkatkan terjadinya karhutla, Thoyib menyebut, berdasarkan pantauan satelit BMKG dan BNPB, tidak terdapat lonjakan kasus kebakaran hutan dan lahan yang signifikan.
“Mungkin se-Kalteng itu tiap harinya tidak sampai 10 titik hotspot, biasanya daerah langganan banyak titik api yakni di Kotim dan Seruyan, tapi sejauh ini total dalam satu hari tidak sampai 10 titik, kalau dari seluruh kabupaten, per harinya tidak sampai 15 titik api, jadi tidak ada peningkatan signifikan,” imbuhnya.
Dibeberkan Thoyib, daerah-daerah di Kalteng yang berpotensi besar terjadi karhutla adalah daerah di wilayah bagian barat. “Kalau melihat dari potensi hotspot atau titik api, kebanyakan sih di wilayah barat, seperti Kotim, Seruyan, dan Kobar, karena banyak titik api,” sebutnya.
Karakteristik lahan di Kalteng yang berupa gambut menyebabkan potensi kebakaran hutan dan lahan cukup tinggi. Dibutuhkan kesiapsiagaan segenap pihak, terutama pemerintah kabupaten/kota sebagai garda terdepan yang mengelola secara langsung wilayah masing-masing. Thoyib menyebut, pihaknya dapat menetapkan status darurat karhutla di Kalteng jika sudah terdapat dua daerah yang sudah berstatus darurat karhutla. Setelah menetapkan status darurat karhutla, maka pihak pemprov dapat turun tangan.
Karena itu pihaknya mengajak pemerintah kabupaten/kota untuk mulai membentuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana karhutla.
“Pemerintah pusat sudah beri peringatan kepada kita terkait potensi karhutla, karena itu kami mengajak teman-teman petugas dari masing-masing daerah untuk terus berpartoli dan memantau potensi karhutla secara bersama-sama dengan instansi lain,” tandasnya.
Satu Kelurahan, 30 Personel Siaga Karhutla Terjadi kebakaran lahan di lingkar luar Mahir Mahar Kilometer 10, Palangka Raya. Penyebab awal, ditenggarai adanya sekelompok warga yang berencana membuka lahan dengan cara membakar lahan.
Namun tidak disangka, api tersebut tiba-tiba meluas dan membesar hingga menyebar ke lahan yang berada sekitar. Warga sekitar yang melihat kejadian itu, sempat berusaha memadamkan api dengan menggunakan peralatan sederhana. Namun upaya tersebut tidak efektif.
Sementara itu, melihat kebakaran mulai membesar, pemilik lahan dan warga yang membakar lahan itu kabur dari lokasi. Personel Tim Serbu Api Kelurahan (TSAK) Bukit Tunggal segera bergerak menuju lokasi usai mendapat laporan. Disusul anggota BPBD Kota Palangka Raya dan kepolisian yang langsung bergerak untuk mengejar dan menangkap para pelaku.
Demikianlah cerita singkat proses simulasi penanggulangan karhutla, yang merupakan bagian dari acara peringatan Hari Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam Tahun 2023.
Kegiatan itu dilaksanakan di lapangan Mapolsek Jekan Raya, Rabu (26/4), diikuti personel TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Satpol PP, Tagana, dan relawan. Kegiatan tersebut juga dihadiri langsung Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin.
Kesiapsiagaan harus dilakukan di semua lini untuk mengantisipasi dan merespons bencana secara efektif. Itu perlu dibangun sejak dini “Dengan dilaksanakan kegiatan ini memberitahukan bahwa pemerintah kota sudah siap dalam menghadapi prediksi bencana, dalam hal ini kebakaran lahan dan hutan,” kata Fairid.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani menambahkan, simulasi karhutla dilaksanakan sebagai gambaran bagaimana penangulangan karhutla.
Apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus dihubungi.
Apabila terjadi karhutla, masyarakat setempat juga dianjurkan untuk membantu petugas dalam upaya memadamkan api.
Dari simulasi yang dilakukan, ada beberapa poin yang bisa dipetik.
Di antaranya, penanganan karhutla bukanlah semata tanggung jawab BPBD, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama, baik masyarakat, pemerintah, aparat, relawan, serta kelurahan-kelurahan yang ada di daerah setempat.
Menghadapi potensi karhutla pada musim kemarau tahun ini, BPBD telah menyiagakan 500 hingga 600 personel di tiap kelurahan, baik dari tim TSAK, Babinsa, Bhabinkamtibmas, BPBD, pemadam kebakaran (damkar), maupun relawan.
“Kami sudah siagakan 30 personel di tiap kelurahan. Masingmasing kelurahan ada tim TSAK 10 personel, ditambah dengan Babinsa, Bhabinkamtibmas, BPBD, Damkar, dan relawan. Jadi jumlah keseluruhanya kurang lebih 500 sampai 600 personel,” bebernya. (dan/wls/mut/sja/ram/ce/ala/ko)