
PALANGKA RAYA-Anggota DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kalteng H Agustiar Sabran SKom menyebut peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tiap tanggal 2 Mei merupakan momentum yang baik untuk mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara, yang telah memperjuangkan pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme Belanda.
“Ini juga sebagai sejarah dan makna semboyan Tut Wuri Handayani yang digaungkan Ki Hadjar Dewantara,” ucap pria yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng ini kepada Kalteng Pos, Selasa (2/5).
Menurut politikus PDIP tersebut, Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat merupakan sosok yang memelopori pendidikan bagi kaum pribumi pada zaman penjajahan Belanda. Peringatan Hardiknas juga bertujuan untuk mengingat jasa-jasanya dalam dunia pendidikan.
“Tanggal 2 Mei juga diharapkan menjadi momentum untuk menumbuhkan patriotisme dan nasionalisme seluruh insan pendidikan, khususnya yang berada di Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila ini,” ungkapnya.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pahlawan nasional yang menjadi menteri pendidikan pertama Indonesia. Atas jasanya, Presiden RI Soekarno menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959. Bersamaan itu pula, hari lahir Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Sebagai insan pendidikan dan kaum pelajar, sudah seharusnya tidak sekadar memperingati Hari Pendidikan Nasional ini secara seremonial belaka, melainkan perlu mengetahui esensi atau makna di balik peringatan tersebut.
“Sudahkah kita sebagai kaum pelajar, kaum terdidik, ataupun pemangku pendidikan mengetahui esensi Hari Pendidikan Nasional,” ungkap Ketua Harian Pengurus Besar (PB) Percasi Pusat tersebut.
Agustiar juga mendorong kesadaran generasi muda untuk terus belajar. Tak hanya melalui pendidikan formal di sekolah, tetapi juga pendidikan informal yang di tengah keluarga maupun masyarakat. Generasi muda diajak untuk tidak hanya menerapkan pendidikan formal, tetapi juga berinisiatif mencari pendidikan pada ranah informal di kehidupan keluarga dan bermasyarakat.
“Bisa mencontoh semangat Ki Hajar Dewantara dalam mencerdaskan bangsa dengan memperjuangkan pendidikan generasi muda pada masanya maupun masa kini,” harapnya lagi.
Sebagai kaum pelajar dan insan-insan pendidikan, memaknai esensi Hardiknas seyogianya tidak sekadar dengan seremonial atau ucapan belaka. Akan tetapi, esensi penting dan utama adalah menghormati jasa-jasa pahlawan dengan terus bersemangat saat belajar dan ikut serta berkembang, agar kualitas pendidikan terus berkembang sesuai dengan karakter dan nilai bangsa Indonesia. (nue/ce/ala/ko)