Berkapasitas 10 Ribu Jemaah, Operasional Dibiayai Pemerintah Uni Emirat Arab

oleh
oleh
KEBERSAMAAN: Dari kiri, Ketua PWNU Kalsel Dr Hasib, Kiai Drs Chairudin, Imam Ustaz Fakih, dan Ketua PWNU Kalteng Dr HM Wahyudie F Dirun.

Didukung sound system yang bagus, suara imam terdengar renyah di telinga. Padahal saat itu Salat Asar. Betapa ingin saya menunggu waktu magrib dan isya, untuk bisa mendengar langsung lantunan Al-Qur’an sang imam.

HM WAHYUDIE F DIRUN, Solo

“Ustaz…..,” panggil saya ketika sang imam mau masuk ruangan usai salat.

Ketika dia menoleh, seorang petugas masjid mencoba menghalangi. Namun setelah saya perkenalkan bahwa kami pengurus NU dari Kalimantan, ia langsung mendatangi seraya salaman dan tunduk dalam. “Apa kabar kiai,” katanya.

Masyaallah inilah adab santri. Ketika dia memanggil kami kiai, berarti dia sudah tahu bahwa dalam struktur NU memang lazim dipanggil kiai, walaupun kadang saya sendiri masih risih dengan panggilan itu.

Saat Salat Asar berlangsung, saya merasa ada suasana lain di hati ini. Tiba-tiba saya sangat rindu ingin salat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. “Ya Allah ya Rabb, mudahkan langkah kami beserta keluarga tawaf di Baitullah, salat di Masjidilharam dan Masjid Nabawi di Madinah,” doa saya saat sujud terakhir di Masjid Zayed.

Ikut bersama kami ketua PWNU Kalimantan Selatan (Kalsel) Kiai Dr Hasib. Beliau merupakan salah satu pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Raka, Amuntai, Kalsel.

Nama imam muda itu Ustaz Fakih. Dia ternyata lulusan pondok pesantren di Kudus. Saya yakin, Ustaz Fakih ini hafiz Al-Qur’an, karena memang untuk masjid selevel Zayed, imamnya minimal harus hafiz.

Kemudian paling tidak seorang imam harus dengan bacaan tartil, yakni dengan aturan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar. Menurut Ustaz Fakih, Masjid Zayed memiliki kapasitas tampung jemaah 10 ribu orang. Untuk jemaah perempuan berada di lantai dua.

Biaya operasional masjid masih menjadi tanggung jawab pemerintah Uni Emirat Arab (UEA). Bisa kita bayangkan, berapa biaya operasional masjid ini dalam sebulan. Banyak kita dengar masjid besar di Indonesia yang tidak mandiri. Makanya dalam ketetapan menteri, untuk masjid raya menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, sementara untuk masjid agung ditangani pemerintah kabupaten dan pemerintah kota.

Sayangnya, kami tidak bisa lama-lama, lantaran harus segera balik ke Semarang. Padahal saya sangat ingin sampai malam hari. Paling tidak, bisa ikut mendengarkan kegiatan amaliyah lain selain salat lima waktu.

Setelah ngobrol sebentar dengan Ustaz Fakih, kami izin balik ke Semarang. Sementara di luar masjid, pengunjung terlihat makin banyak. Ada yang sekadar duduk-duduk. Ada pula yang sambil berfoto dengan latar belakang Masjid Zayed. (selesai/ce/ala/ko)