Ayam Ras Tembus Rp60 Ribu/Kg, Segera Gelar Pasar Penyeimbang

by
by
MONITORING: Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kalteng Leonard S Ampung saat sidak harga pangan di pasar tradisional, Kota Palangka Raya, Selasa (30/5).

Sepekan terakhir warga di beberapa kabupaten/kota di Kalteng mengeluhkan kenaikan harga pangan. Harga daging ayam ras dan beras tiba-tiba melonjak tinggi. Selasa (30/5), Pemprov Kalteng turun lapangan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar untuk mengecek langsung kondisi sebenarnya.

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

ERNAWATI, salah satu penjual daging ayam ras di Pasar Besar mengatakan, saat ini daging ayam ras tanpa tulang dijual dengan harga Rp60 ribu/kilogram (kg), sementara untuk daging ayam ras bertulang dibanderol dengan harga Rp50 ribu/kg.

“Sebelum naik menjadi Rp50-60 ribu per kilo, harga jualnya Rp35 ribu per kilo, jadi ada kenaikan sekitar Rp15 ribu, ini terjadi sejak seminggu lalu, harga naik karena stoknya kosong akibat suplai kurang,” ungkap Erna kepada wartawan di Pasar Besar, kemarin.

Wanita berusia 27 tahun itu mengaku menyuplai ayam ras dari peternak lokal di Palangka Raya. “Sekarang sedang terbatas stok, kami minta suplai dari produsen 200 ekor, tetapi hanya bisa dikirim 100 ekor, jadi kenaikan harga ini terjadi karena stok kosong dan suplai dibatasi,” tandasnya.

Salah satu pedagang sembako, Mahyudin juga mengungkapkan bahwa untuk saat ini harga telur ayam ras yang disuplai dari Banjarmasin dan minyak goreng kemasan masih stabil. Harga beras secara umum juga stabil, meski ada salah satu jenis beras yang saat ini mengalami kenaikan.

“Untuk harga beras, hanya beras lokal saja yang naik, saat ini harga per kilonya Rp28 ribu, sebelumnya Rp18 ribu per kilo, kenaikan terjadi sudah lama, imbas dari gagal panen satu tahun yang lalu, berdampak sampai sekarang,” tutur pria berusia 48 tahun itu seraya menyebut bahwa beras lokal disuplainya dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Sekretariat Daerah (Setda) Kalteng Leonard S Ampung menyebut pihaknya sudah meninjau kondisi harga kebutuhan pokok di Pasar Besar. Dalam inspeksi mendadak (sidak) pasar itu, pihaknya menemukan bahwa harga beras dan daging ayam ras memang mengalami kenaikan.

“Harga komoditas saat ini memang ada kenaikan, khususnya harga beras dan harga daging ayam ras, dari Rp35 ribu menjadi Rp50 ribu. Kalau kita lihat stoknya aman saja, hanya masalah di permintaan, supply and demand-nya, mungkin karena mendekati hari raya Iduladha,” tutur Leonard usai sidak.

Dikatakannya, kenaikan harga ayam terjadi hampir di seluruh Indonesia, tak terkecuali di Bumi Tambun Bungai. Sejauh ini, berdasarkan pantauan langsung maupun tidak langsung, harga ayam dan beras mengalami kenaikan. Menyikapi itu, Leonard menyebut pihaknya akan menggencarkan pasar murah dan pasar penyeimbang bersama jajaran terkait.

“Kami bersama teman-teman dari Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, dan Dinas Perdagangan akan menggelar pasar murah di daerah Sampit dan Palangka Raya, karena dua daerah ini yang kami jaga dan pantau terus,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menambahkan, kenaikan harga pangan dan beras disebabkan terjadinya fenomena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan menjelang perayaan Iduladha.

“Adanya perayaan keagamaan seperti hari raya haji yang menimbulkan permintaan yang cukup tinggi, sehingga supply and demand agak terganggu,” tuturnya.

Riza menyebut pihaknya sudah menghubungi Perhimpunan Perunggasan untuk memaksimalkan penambahan stok daging ayam ras untuk memenuhi lonjakan permintaan masyarakat. “Kami sudah koordinasi dengan Perhimpunan Perunggasan, saat ini sudah kami upayakan untuk memaksimalkan stok daging ayam ras, khususnya untuk dua daerah yakni Palangka Raya dan Sampit,” tambahnya.

Di tempat yang sama, Deputi Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng Maghfur mengungkapkan, untuk mengantisipasi potensi el nino tahun ini yang akan berdampak khususnya pada harga komoditas beras, perlu dilakukan adanya pemetaan daerah-daerah yang bisa dilakukan rekayasa pertanian agar tidak mengalami kendala produksi.

“Kalau dilihat secara cermat, harga beras lokal maupun beras yang disuplai dari luar daerah ada kenaikan, ini bukan masalah ketiadaan pasokan, tapi dari sumber sudah naik harganya, itu yang perlu kita antisipasi ke depannya agar harga tidak makin meroket,” tutupnya.

Terpisah, pemerhati ekonomi dari Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Fitria Husnatarina SE MSi menjelaskan, kenaikan harga ayam ras mendekati hari raya Iduladha disinyalir disebabkan faktor permintaan masyarakat yang tinggi. Selain itu, lanjut Fitria, kenaikan harga ayam ras juga disebabkan karena meningkatnya harga pakan ternak.

“Ketika permintaan itu naik di pasar, maka harganya naik juga, yang menjadi faktor lain dari kenaikan harga daging ayam ras adalah karena kenaikan harga pakan, harga pakan ini menjadi salah satu faktor penentu, ini bisa saja memengaruhi kenaikan harga bahan-bahan seterusnya,” jelas Fitria kepada Kalteng Pos, Selasa (30/5).

Berdasarkan kondisi tersebut, lanjut Fitria, pemerintah perlu melakukan monitoring dan identifikasi sumber penyebab kenaikan harga ayam ras, sehingga bisa di-manage sedemikian rupa agar stok yang ada aman untuk memenuhi kebutuhan pasar.

“Terkait meningkatnya harga ayam dan beras menjelang hari raya Iduladha tahun ini, harus dipastikan kuantitas stoknya,” ucapnya.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPR ini menegaskan, pemerintah perlu mengoptimalkan pengawasan pasar dan memastikan bahwa stok dan distribusi komoditas tersebut betul-betul tersedia dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Menurut saya, kondisi pasar saat ini tidak perlu dikhawatirkan, karena kenaikan ini masih pada taraf wajar, sebab dan asalnya tentu sudah dipahami, karena itu diperlukan pemantauan atau pengawasan yang baik dan optimal,” tandasnya. (ce/ala/ko)

Leave a Reply