Oleh: Hj. Puspita
ALHAMDULILLAH saat ini kita telah berada di Bulan Muharram tahun 1445 Hijriah. Seperti biasa awal tahun hijriah ini di beberapa tempat, khususnya umat muslim di Indonesia biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Hal ini tentu perlu dicermati dengan baik sebagaimana diartikan bahwa start yang baik akan menentukan hasil yang baik pula.
5 Jumat, 28 Juli 2023 Sebagai umat Islam di bulan Muharram ini sepatutnya identik dengan memulai kegiatan untuk bermuhasabah. Agenda evaluasi diri seperti belajar dan memperbaiki masa lalu, bersyukur dan terus mencoba untuk hari ini, dan merencanakan dan mempersiapkan masa depan. Di bulan Muharram sebagai bulan di awal tahun hijriah bagi umat Islam ini penting kiranya melakukan evaluasi diri. Yang dimaksud muhasabah dalam Islam meliputi hubungan seorang hamba dengan Allah, maupun hubungan sesama makhluk ciptaan-Nya.
Melalui muhasabah seseorang dapat mengoreksi diri tentang kebajikan apa yang telah dilakukan dan tentang kesalahan apa yang telah dilakukannya selama ini. Muhasabah juga dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang pernah dilakukannya sebelumnya. Setelah itu, merencanakan apa yang harus dan yang terbaik untuk dilakukan. Kegiatan muhasabah juga mengajarkan manusia untuk berusaha meninggalkan kesalahan yang pernah dilakukannya, meningkatkan apa yang perlu ditingkatkan, dan mempertahankan hal-hal yang terbaik yang pernah dilakukan sebelumnya.
Sebagai umat Islam, aspek ibadah merupakan salah satu aspek dalam muhasabah yang tidak dapat dilepaskan sebab ibadah merupakan tujuan utama manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” Muhasabah juga merupakan kesempatan umat muslim untuk introspeksi diri terkait yang telah dikerjakannya selama di dunia. Oleh karena itu, aspek pekerjaan, usia, dan rezeki menjadi salah satu yang penting diperhatikan. Sebagaimana hadis dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, beliau bersabda yang artinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” Tidak lupa pula sebagai makhluk sosial, umat Islam juga sepatutnya bermuhasabah dengan kehidupan sosial. Sebagaimana diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, dan hiasilah dirimu sekalian (dengan amal shaleh), karena adanya sesuatu yang lebih luas dan besar, dan sesuatu yang meringankan hisab di hari kiamat yaitu orang-orang yang bermuhasabah atas dirinya ketika di dunia.” (HR. Tirmidzi).
Upaya ini tidak terlepas dari mempertahankan dan meningkatkan kebajikan seseorang dengan berusaha mengingat dirinya dengan meninjau kembali segala yang telah dialaminya selama ini, mengingat kembali nikmat yang dilimpahkan Allah SWT kepadanya, dan mengingat kembali apa yang seharusnya dilakukan pada dahulu, pada masa kini, dan pada masa yang akan datang dalam rangka mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Setiap umat Islam harus berupaya untuk melakukan muhasabah ini dalam kehidupannya di dunia ini agar ia dapat mengetahui, dapat menyadari, dapat memahami, dan dapat mengoreksi diri dalam rangka meningkatkan amal ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.
Dalil-dalil yang dijadikan dasar dalam melakukan Muhasabah terdapat di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. Di dalam Al-Qur’an, misalnya, terdapat sejumlah ayat yang memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan muhasabah, baik yang diungkapkan secara tekstual maupun yang dipahami secara kontekstual. Di antaranya adalah QS. Al-Hasyr (59): 18 di mana Allah memerintahkan sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dapat digambarkan bahwa terdapat pemaknaan yang begitu dalam pada ayat di atas sebagai perintah penting yang disampaikan oleh Allah. Yang diantarnya bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang dilakukan untuk hari esoknya (hari akhiratnya). Bertakwa disini dapat diartikan sebagai menjaga diri dari hal-hal yang bertentang dan dilarang oleh syariat Islam. Selain itu, juga melaksanakan semua yang diperintahkan dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT.
Dalam kaitan dengan muhasabah, ayat ini memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk menyiapkan diri dengan amal-ibadah. Setiap muslim harus beramal dan beribadah sebagai persiapan menghadapi kehidupan akhirat. Mempersiapkan diri dengan melakukan amal-amal saleh yang paling baik dan paling lengkap untuk menghadapi hari akhirat dengan ke-ikhlasan. Amal ini lah yang akan menemani dan menjadi tanggung jawab di akhirat sebagai penentuan akhir atas imbalan yang telah Allah janjikan, yakni berupa surga dan neraka. Olah karena itu, selagi masih di bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah, muhasabah menjadi jalan terbaik untuk memulai dan mempersiapkan bulan-bulan berikutnya dalam ketaatan dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Wallahu’alam.