Bubur Asyura, Makanan Berbuka Khas Muharram

oleh
oleh
TRADISI MUHARRAM: Ibu-ibu pengajian memasak bubur asyura di kompleks Lumba-Lumba Lestari, Masjid Ar-Raudah, Jumat (28/7).

PALANGKA RAYA-Salah satu keistimewaan 10 Muharram, barang siapa berpuasa di hari tersebut, maka dosanya akan diampuni oleh Allah Swt. Tak hanya itu, bulan ini disebut juga sebagai bulan para nabi, karena ada banyak peristiwa yang dialami para nabi.

Salah satunya, selamatnya Nabi Nuh dan para pengikut dari banjir bandang.

Selain memperbanyak amalan sunah yang dianjurkan tiap tanggal 10 Muharram, ada tradisi khusus yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Umat muslim memasak bubur asyura yang disajikan ketika berbuka puasa dan dibagikan kepada masyarakat.

“Untuk memperingati selamatnya Nabi Nuh itu, jadi kami membuat bubur asyura,” ucap Sri, salah satu dari ibu-ibu pengajian kompleks Lumba-Lumba Lestari, Masjid Ar-Raudah yang turut menyiapkan bubur asyura, Jumat (28/7).

Menurutnya, saat dilanda banjir bandang cukup lama hingga menipis persediaan makanan, Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan sisa makanan, lalu diolah menjadi bubur.

“Supaya semua yang ada di kapal itu kebagian makanan,” lanjutnya.

Karena itu ia berharap bubur asyura yang dibuat ibu-ibu pengajian menjadi ladang sedekah dan dapat dinikmati siapa pun yang membutuhkan.

Sri menyebut ada 41 jumlah campuran dalam bubur asyura yang pihaknya olah.

“Ada sayur, kacang, bijibijian, dan bahan-bahan lainnya, yang kami catat ada 41 campuran,” tuturnya.

Ia mengaku mulai menyiapkan bubur asyura itu sejak pukul 04.00 dini hari.

“Teman-teman yang lain datang ke rumah saya setelah subuh, jadi setelah mereka datang, saya keluar untuk beli bahan-bahan yang masih kurang,” ujarnya.

Dana dikumpulkan ibuibu pengajian jauh-jauh hari sebelumnya, baik untuk pembuatan bubur asyura maupun untuk santunan kepada orang-orang yang membutuhkan.

“Sebenarnya ini sudah jadi rutinitas kami tiap tahun sejak 2000 lalu,” tambahnya.

Baca Juga:  Pendaftaran Calon Anggota KPID Kalteng Dibuka, Catat Waktu dan Syaratnya

Walau membuat bubur asyura identik dengan tradisi masyarakat Banjar, tetapi mereka membuktikan bahwa sekali pun berasal dari daerah berbeda, tetap sama-sama memperingati hari asyura.

“Karena di sini, selain kami membuat bubur, kami juga bisa sekaligus bersedekah tenaga untuk memberi makan orangorang yang membutuhkan,” tuturnya.

Sementara di Masjid Raya Darussalam, para pengurus masjid menggelar buka bersama di hari asyura.

“Buka bersama ini rutin digelar tiap tahun saat hari asyura, jadi buka puasanya pakai bubur asyura,” ucap Nita, salah satu pengurus masjid. Ia mengatakan, bubur tersebut disiapkan di rumah salah satu jemaah masjid. Setelah matang, barulah diantar ke masjid untuk dihidangkan saat buka bersama.

Ketua MUI Kalteng Prof Khairil Anwar menyebut, dianjurkan bagi umat Islam untuk bersilaturahmi saat hari asyura. “Sehingga dengan adanya buka puasa bersama ini, maka terjalin pula silaturahmi sekaligus sedekah makanan pada jemaah yang datang,” ujarnya.

Menurutnya, berbuka puasa menggunakan bubur asyura sangat bagus untuk kesehatan. “Karena bubur bagus dimakan oleh mereka yang berpuasa dan bagus juga untuk pencernaan,” katanya.

“Untuk puasa ramadan pun itu (bubur asyura, red) dianjurkan, makanya untuk berbuka puasa bersama di masjid-masjid yang ada di Martapura atau Banjarmasin lebih sering menggunakan bubur itu,” terangnya.

Tradisi perayaan hari asyura mengikuti sejarah Nabi Nuh. “Nabi Nuh bisa selamat, mudah-mudahan kita juga bisa selamat,” ucapnya. Bersyukur karena selamat dan berharap yang merayakan hari asyura juga selamat. “Maka dari itu ada bacaan-bacaan yang dianjurkan pada tanggal 10 Muharram,” tuturnya.

Dengan amalan-amalan tersebut diharapkan bisa mendapatkan keselamatan hingga setahun ke depan, sebagaimana Nabi Nuh dan nabi-nabi lain yang selamat pada bulan Muharram. (ko)