PALANGKA RAYA-Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalteng kian meningkat seiring datangnya musim kemarau. Selama bulan Juli, tercatat ada 333 kejadian kebakaran dengan luas lahan terbakar 1.411,243 hektare (ha).
Kian besarnya potensi karhutla mesti diwaspadai bersama.
Perlu ada upaya tepat untuk mencegah dan menanggulangi karhutla. Apalagi kemarau tahun ini dibarengi dengan fenomena El Nino.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Ahmad Toyib membenarkan soal peningkatan kejadian karhutla di sejumlah kabupaten/kota.
“Kebakaran terjadi di beberapa tempat secara bersamaan sehingga membuat teman-teman di lapangan harus bekerja ekstra,” ucapnya, Selasa (1/8).
Berdasarkan data yang dihimpun, per tanggal 31 Juli dalam kurun waktu 24 jam ada 125,283 hektare lahan yang terbakar.
Karena potensi karhutla yang kian besar itu, satgas di lapangan perlu diperkuat.
Toyib mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan mengirimkan bantuan berupa peralatan ke seluruh kabupaten/ kota untuk memperkuat sarana dan prasarana. Bahkan pihaknya berencana mengusulkan penambahan unit helikopter patroli dan helikopter water bombing.
“Kalau disetujui pimpinan, kami juga akan mengusulkan lagi ke BNPB untuk penambahan satu unit helikopter patroli dan tiga unit helikopter water bombing, dengan rencana penempatan di Bandara Sampit dan Pangkalan Bun,” ungkap Toyib sembari menyebut perencanaan itu dibuat agar ada dukungan pemadaman jalur udara saat tim darat kewalahan.
Terpisah, prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya Alfandy mengatakan, kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan kemarau tahun lalu karena ada pengaruh fenomena El Nino.
“Lebih kering itu terjadi karena tiga tahun terakhir kemarau diiringi dengan fenomena La Nina, tahun ini musim kemarau diiringi dengan fenomena El Nino, sebagaimana diketahui El Nino itu sifatnya mengurangi intensitas hujan,” jelas Alfandy kepada Kalteng Pos, Selasa (1/8).
Selama beberapa hari terakhir, lanjut Alfandy, hampir seluruh wilayah Kalteng mengalami cuaca panas dan tidak terjadi hujan sama sekali.
“Bukan hanya di Kalteng, hampir seluruh daerah se-Kalimantan, bisa dikatakan hampir tidak ada hujan, termasuk di Kaltim, Kalbar, Kalsel, maupun Kaltara,” bebernya.
Menurut Alfandy, kondisi demikian merupakan bagian dari siklus cuaca normal, karena Kalimantan secara luas dan Kalteng secara khusus saat ini sedang dilanda musim kemarau.
“Kondisi ini juga dipengaruhi oleh tropical siklon canon di wilayah barat Filipina. Tropical siklon canon ini menarik udara di wilayah Indonesia, terutama wilayah Kalteng yang dekat dengan Filipina. Jadi hampir semua massa udara tertarik ke sana (Filipina, red),” terangnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, dalam satu minggu terakhir terlihat kelembapanudarapadabeberapa lapisan awan di Kalteng cukup rendah, sehingga menurunkan potensipertumbuhanawanhujan, terhitung 24—31 Juli.
Adanya fenomena siklon tropis dan kondisi kelembapan udara yang rendah menyebabkan tidak turun hujan di wilayah Kalteng dalam beberapa hari terakhir.
Karena itu, pemangku kebijakan perlu senantiasa mewaspadai potensi bencana karhutla.
“Saya pikir teman-teman petugas dari pemerintah daerah sudah siap, mereka akan totalitas dalam mencegah dan menanggulangi bencana karhutla,” ucapnya. (ko)