Kalteng Usulkan Penambahan Helikopter Patroli dan Water Bombing

by
BERJIBAKU: Petugas gabungan berjuang memadamkan api yang membakar lahan di kawasan Kelurahan Petuk Katimpun. Asap yang ditimbulkan dari karhutla itu menyebabkan banyak warga terpapar ISPA.
Kebakaran di PEtuk KEtimpun Kota Palangka Raya, foto: Arief Pratnama

PALANGKA RAYA – Sejumlah daerah di Kalteng dinilai rawan mengalami bencana karhutla saat musim kemarau melanda. Pemerintah daerah melalui satuan tugas (satgas) karhutla terus melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, Ahmad Toyib mengatakan, sejauh ini jumlah kejadian karhutla se-Kalteng masih dalam kategori stabil, meski fluktuatif.

“Kadang meningkat, kadang menurun. Memang ada beberapa daerah yang rawan karhutla. Mencakup Palangka Raya, Pulang Pisau, Kapuas, Seruyan, dan Kotim,” beber Toyib kepada Kalteng Pos, Rabu (30/8).

Ia menjelaskan, sejak sebulan belakangan curah hujan di Kalteng minim. Namun, dalam beberapa hari terakhir turun hujan dengan intensitas sedang. Itu cukup membantu pemadaman kebakaran di sejumlah lokasi.

“Kalau berdasarkan data kemarin (Selasa, red), di Palangka Raya ada 17 titik kejadian, Kapuas 9 kejadian, Kotim 5 kejadian, dan Barsel 4 kejadian. Kalau di daerah lain rata-rat 1 kejadian per hari,” bebernya.

Untuk memaksimalkan pencegahan karhutla, pihaknya telah mengusulkan penambahan helikopter patroli dan water bombing ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Kemungkinan besok (hari ini) atau lusa (besok) akan ada satu unit helikopter bantuan yang dikirim pusat untuk memperkuat sarpras kita dalam menangani karhutla,” ujarnya.

Helikopter bantuan itu berjenis Blackhawk, yang diusulkan untuk melakukan water bombing, dengan kapasitas 4.000-5.000 liter sekali angkut. Pihaknya juga rutin melakukan patroli dua kali dalam sehari, yakni pada pagi dan siang hari.

“Unit helikopter yang melakukan water bombing itu bolak-balik mengambil air dari sumber air ke titik api, sementara mereka dalam perjalanan pemadaman itu, bisa jadi satgas menemukan titik api di luar helikopter patroli,” jelasnya.

Terkait dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menekan potensi karhutla melalui pembenihan awan hujan, Toyib mengatakan, TMC ditangani oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi (BRIN).

“Hasil evaluasi kami pada Selasa (29/8) di Pusdalops, berdasarkan data BMKG, sejak dua hari terakhir potensi hujan sangat minim, tetapi tidak tertutup kemungkinan ada awan hujan yang terbawa angin,” jelasnya.

Menurutnya, bisa saja bibit-bibit awan yang berpotensi menjadi hujan terbawa ke daerah-daerah yang rawan karhutla. Pihaknya masih terus berkoordinasi dengan BRGM untuk menerapkan TMC di sejumlah daerah yang rawan terjadi karhutla. Rabu siang (30/8), telah dilaksanakan evaluasi oleh BRGM dan BRIN terkait penerapan TMC di Kalteng.

“TMC telah diterapkan sejak awal Agustus 2023, kemungkinan sudah 10-12 kali, daerah prioritas adalah Kapuas dan Pulang Pisau,” bebernya.

Namun, lanjut Toyib, bibit awan yang berpotensi hujan tidak berada di dua daerah prioritas pencegahan, yakni Kapuas dan Pulang Pisau. Kemarin sudah dilakukan TMC di daerah Barito, Palangka Raya, dan Kotawaringin Timur, berdasarkan potensi awan hujan yang ada di daerah-daerah itu.

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh BPBPK Kalteng berkoordinasi dengan BMKG, awan potensial hujan untuk Kalteng secara keseluruhan tidak ada. Hal itu tentunya menjadi kendala untuk menerapkan TMC.

“Tiap saat juga dilakukan pemantauan secara berkala oleh BMKG terkait pergerakan awan potensial hujan, di titik-titik mana saja,” tuturnya.

Selain melakukan pemadaman jalur udara dan penerapan TMC, satgas darat juga terus bersiaga di lapangan untuk melakukan pemadaman jalur darat. Namun, tak jarang satgas darat kesulitan menjangkau titik lokasi kebakaran karena alasan akses. Ditambah lagi sulitnya menemukan sumber air untuk pemadaman.

Mengatasi persoalan itu, Toyib menyebut ada beberapa opsi solusi yang dapat diambil.

“Teman-teman BPBD kami imbau untuk mengoptimalkan sumber air dari mobil tangki, selain itu ada opsi pembuatan sumur bor di lokasi kebakaran,” tuturnya.

Menurut Toyib, sumur bor dapat dibuat langsung di lokasi kejadian karhutla yang skalanya cukup besar, di samping bantuan pemadaman dari jalur udara menggunakan helikopter water bombing.

“Kami masih berkoordinasi dengan stakeholder terkait, karena untuk menerapkan itu butuh dana, ada beberapa BPBD kabupaten/kota yang mengusulkan untuk membuat sumur bor menggunakan dana BTT,” katanya.

Sejumlah pihak menilai terjadinya karhutla lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia. Yakni adanya pihak-pihak tertentu yang sengaja membakar lahan untuk membuka lahan. Menanggapi hal itu, Toyib menyebut aparat penegak hukum masih terus menyelidiki sebab terjadinya karhutla akhir-akhir ini.

“Laporan sementara, sudah ada beberapa orang yang ditetapkan tersangka dan sedang diproses oleh aparat penegak hukum,” tuturnya.

Di samping upaya penanggulangan karhutla, pihaknya juga bekerja sama dengan satgas di kabupaten/kota untuk melakukan sosialisasi kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda terkait pentingnya pencegahan, bahaya karhutla, serta dampak karhutla dari sisi kesehatan dan perekonomian.

“Para tokoh di masyarakat diharapkan dapat turut serta memberikan pemahaman dan edukasi di lingkungan atau komunitasnya masing-masing guna mempertajam misi sosialisasi itu,” ujarnya.(ko)

Leave a Reply