PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sedikit mereda, setelah hujan terjadi secara merata di wilayah Kota Palangka Raya, Rabu (6/9). Guyuran hujan deras yang terjadi kemarin sangat membantu satuan tugas (satgas) gabungan dalam memadamkan sejumlah titik api yang jumlahnya meningkat signifikan sejak Agustus lalu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya Emi Abriyani melalui Koordinator Satgas Karhutla Kota Palangka Raya Balap Sipet mengungkapkan, hujan yang turun kemarin secara tidak langsung telah membantu petugas di lapangan memadamkan karhutla.
“Biasanya kalau hujan dengan skala besar dan dalam jangka waktu yang agak lama minimal 30 menit, tentu saja akan mengurangi asap, tetapi kalau hanya beberapa menit, justru akan muncul asap tebal setelahnya,” ungkap Balap kepada Kalteng Pos, Rabu (6/9).
Balap menyebut, karhutla yang terjadi kemarin di wilayah Palangka Raya yakni di Jalan Soekarno, Jalan Kalibata, Jalan Petuk Katimpun, Jalan Tjilik Riwut Km 13, dan Jalan Tjilik Riwut Km 14. Sampai dengan pukul 14.00 WIB tercatat sudah 12 titik kejadian.
“Sebagian titik masih berkobar, sebagian lagi masih asap tebal. Kalau sudah asap tebal, artinya api sudah menjalar ke lapisan gambut paling bawah. Dengan turunnya hujan, mudah-mudahan kebakaran di lokasi yang sulit terjangkau tim darat bisa terpadamkan,” ucapnya.
Berdasarkan informasi dari tim lapangan, sebagian besar lokasi kebakaran yang pihaknya tangani diguyur hujan. Seperti di dekat Boarding School Hasanka, Jalan Yos Soedarso Ujung, dan Jalan Hiu Putih.
“Dengan adanya hujan, titik api bisa dikendalikan,” ujarnya.
Balap mengingatkan kembali masyarakat Kota Palangka Raya agar tidak membuka lahan dengan cara membakar di saat musim kemarau seperti sekarang ini, karena masyarakat sendiri yang akan merasakan dampaknya. Kabut asap dari kebakaran sangat mengganggu aktivitas masyarakat di luar ruangan.
“Kami mengharapkan masyarakat yang mau membuka lahan, jangan membakar, ada banyak cara lain untuk membersihkan lahan tanpa harus membakar,” tandasnya.
Dihubungi terpisah, prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya Candra mengatakan, hujan yang mengguyur Kota Palangka Raya merupakan hujan yang terjadi secara alami, disebabkan oleh pertumbuhan awan di atas wilayah Kalteng, karena Kalteng menjadi daerah belokan angin atau konvergensi.
“Belokan angin ini disebabkan adanya sirkulasi silkonik yang terpantau di wilayah Kalimantan Utara,” terang Candra kepada Kalteng Pos, Rabu (6/9).
Hujan terjadi karena adanya kelembaban udara yang cukup basah di beberapa lapisan atmosfer di atas wilayah Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya.
“Itu juga didukung labilitas lokal yang cukup kuat, yang kemudian berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Kota Palangka Raya,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan Candra, hujan kemarin turun hampir merata di seluruh wilayah Kota Palangka Raya. “Memang terjadi merata di sejumlah kecamatan, seperti Sebangau, Bukit Batu, Pahandut, dan Jekan Raya,” katanya lagi.
Candra menambahkan, selain di wilayah Palangka Raya, hujan juga turun di wilayah Kalteng bagian tengah dan selatan, seperti Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim bagian utara, Katingan bagian selatan, Pulang Pisau bagian selatan, Barito Selatan, dan Barito Utara.
“Saat ini sedang terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah-wilayah itu,” jelasnya.
Terkait kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan, Candra menuturkan, ada potensi turun hujan di sejumlah wilayah. Pada Kamis (7/9), diprediksi turun hujan di wilayah Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, dan Katingan bagian utara.
Sementara pada Jumat (8/9), diperkirakan akan terjadi hujan di wilayah Katingan bagian utara, Gunung Mas bagian utara, dan Murung Raya. Sementara untuk wilayah Palangka Raya, diperkirakan cuaca cenderung berawan.
“Kemungkinan Palangka Raya belum turun hujan,” katanya.
Pihaknya berharap turunnya hujan di wilayah Palangka Raya bisa mengurangi bahkan membantu memadamkan sejumlah titik api kebakaran yang menjadi sumber kabut asap yang saat ini menyelimuti langit kota. Namun Candra mengakui bahwa hujan yang terjadi kemarin belum tentu bisa memadamkan seluruh titik api.
“Karena durasinya masih singkat, untuk (titik) api-api kecil bisa (padam), tetapi untuk titik api yang sudah masuk ke wilayah gambut (lapisan) menengah hingga dalam, mungkin masih belum bisa,” tuturnya sembari menambahkan bahwa hujan yang terjadi kemarin diperkirakan hanya bisa memadamkan api yang membakar di lapisan atas tanah gambut.
Terkait jumlah titik api di wilayah Kalteng, berdasarkan data BMKG per Rabu (6/9), jumlah titik api di Kalteng sebanyak 145 titik.
Daerah yang terpantau paling banyak memiliki titik api yakni Sukamara, Kapuas, dan Palangka Raya.
“Yang paling banyak ada di wilayah Kapuas yakni 36 titik, Sukamara 37 titik, dan Kota Palangka Raya 20 titik,” sebut Candra yang menambahkan jumlah titik api lainnya terbagi di beberapa kabupaten lain di Kalteng.
Terkait kondisi cuaca saat ini, Candra mengimbau masyarakat untuk selalu mewaspadai potensi perubahan cuaca, seperti terjadinya hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang.
“Kita perlu mewaspadai potensi turunnya hujan, baik dalam skala lokal maupun yang wilayahnya lebih luas seperti di wilayah Kota Palangka Raya yang durasinya singkat maupun lebih lama yang juga dapat disertai petir dan angin kencang,” katanya.
Candra menambahkan, besarnya potensi kebakaran lahan dan hutan dikarenakan saat ini wilayah Kalteng masih berada di puncak musim kemarau serta masih rendah tingkat curah hujan di wilayah Kalteng.
“Karena sekarang ini masih musim kemarau dan juga kondisi masih cukup kering, maka kepada masyarakat kami imbau untuk tidak melakukan aktivitas membakar lahan atau hutan untuk tujuan apa pun,” tegasnya.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Kapuas. Karhutla bahkan telah merambat ke area lahan milik perusahaan besar swasta (PBS) sehingga makin sulit dikendalikan. Diperlukan upaya pemadaman melalui jalur udara menggunakan water bombing. “Kami sudah mengajukan permintaan dukungan helikopter water bombing,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kapuas Panahatan Sinaga.
Sinaga menyebut lahan yang terbakar berada di Desa Lamunti, Kecamatan Mantangai. Lokasi kejadian cukup sulit dijangkau melalui jalur darat, baik dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu, sumber air tidak memadai. Ada kemungkinan kebakaran makin meluas jika tidak segera ditangani.
“Kalau lokasi kebakaran itu area perkebunan milik PT. Graha, jadi kami minta PBS proaktif menangani karhutla. PBS juga harus punya peralatan pemadam yang memadai dan bersinergi dengan aparat maupun warga sekitar,” pungkasnya. (ko)