AMH di Kalteng Urutan Pertama di Indonesia

by
by

PALANGKA RAYA-Hari Aksara Internasional diperingati pada setiap tanggal 8 September. Peringatan itu ditetapkan oleh UNESCO pada 17 se­bagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat. Pasalnya kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar bagi setiap manusia untuk membuka jalan terhadap ilmu pengetahuan lain yang lebih luas. Kemampuan membaca dan menulis penduduk diukur melalui indikator angka melek huruf (AMH) atau biasa disebut melek aksara, di mana penduduk yang mampu membaca sekaligus menulis minimal dalam kalimat sederhana yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Statistisi Ahli Pertama, difungsi Statistik Sosial, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, Rahmi Hidayati. Disampaikannya, pada tahun 2022, AHM di Kalimantan Tengah pada usia produktif, yaitu 15- 59 tahun, di perkotaan dan perdesaan, menempati urutan pertama di Indonesia yaitu 99,94 persen. Bahkan, capaian angka melek huruf tersebut berada di atas angka nasional.

“Meskipun pada tahun 2019 hingga 2021 sempat turun karena pandemi, tetapi pada tahun 2022 sudah mulai meningkat. Kalteng selalu masuk 10 besar,” kata Rahmi saat ditemui Kalteng Pos, Jumat (8/9).

Melansir laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan Statistik Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2022, tercatat bahwa AMH penduduk usia 15-59 tahun menurut jenis kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Lebih lanjut, dikatakan Rahmi, selisih AHM antara penduduk laki-laki dan perempuan, selisih AHM penduduk perkotaan dan pedesaan, selisih AHM penduduk dengan status ekonomi terendah dan tertinggi, berkisar dibawah satu persen.

“Artinya kesenjangan literasi di Kalteng dari segi gender, wilayah dan status ekonomi terbilang sangat kecil,” ucapnya.

Sementara itu, ketimpangan yang besar justru terjadi pada usia 60 tahun ke atas, sebesar 92,06 persen, itu sekaligus mencerminkan proporsi laki-laki yang memiliki AMH yang besar, dapat terjadi akibat adanya diskriminasi di bidang pendidikan bagi kelompok perempuan pada masa lampau.

Kendati demikian, perbaikan pendidikan masa sekarang mampu memperkecil kesenjangan tersebut, terbukti dari mengecilnya AMH penduduk usia muda (15-24 tahun).

Di sisi lain, ditambahkan Rahmi, untuk AMH usia 15 tahun ke bawah, cenderung meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan pada saat pandemi. Sehingga dapat dikatakan, kemampuan membaca dan menulis sebagai kemampuan dasar pencapaiannya sudah cukup baik bagi Kalteng. (ko)