PALANGKA RAYA-Berkat Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang akhir-akhir ini dilakukan, pada Minggu malam (8/10) sejumlah wilayah di Kota Palangka Raya diguyur hujan. Kondisi itu membuat masyarakat merasa senang, sebab, itu akan mengurangi polusi udara yang diakibatkan asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Catur Winarti mengatakan sebagian wilayah di Kalteng telah diguyur hujan beberapa waktu terakhir ini. Hujan yang terjadi di beberapa wilayah tersebut disebabkan keberhasilan dari pelaksanaan TMC.
Dirinya menjelaskan, saat ini Kalteng masih mengalami keadaan yang kering.
Dari hasil TMC itu, sudah ada curah hujan yang dihasilkan namun belum maksimal karena pertumbuhan awan yang masih sedikit. Teknologi modifikasi cuaca dilaksanakan mulai tanggal 3 hingga 13 oktober dengan melihat potensi awan yang lebih banyak.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat telihat potensi awannya lebih banyak, sehingga hujan yang turun bisa lebih merata di seluruh wilayah Kalteng,” tuturnya.
Awan mendung atau hujan yang terjadi di wilayah Kalimantan Tengah, dikatakan Catur Winarti, hal tersebut akibat dilakukannya TMC, namun intensitas hujan di setiap daerah tidak sama.
“Untuk awan atau hujan yang terjadi di Kalteng itu hasil dari TMC. Kita juga berterima kasih kepada pemerintah karena sangat mendukung pelaksanaan TMC di Kalteng,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk perkiraan cuaca yang berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang di Kalimantan Tengah dalam sepekan kedepan, yakni pada tanggal 8 – 10 oktober wilayah Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Lamandau, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Palangka Raya, Murung Raya, Barito Utara, Barito Timur, dan Barito Selatan. Sedangkan pada tanggal 11-14 Oktober wilayah yang diperkirakan berpotensi hujan yakni Katingan bagian barat, Gunung Mas dan Murung Raya.
Lebih lanjut, imbuh Catur, kondisi seperti ini tetap memungkinkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu dirinya menghimbau bagi masyarakat agar waspada terhadap potensi penurunan kualita udara akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari karhutla dan waspada terhadap potensi kemudahan terjadinya karhutla di wilayah Kalteng.
Sementara itu, Plt. Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Alman P Pakpahan menyampaikan hujan yang sempat mengguyur Kota Palangka Raya itu akan mengurangi sebaran api dan titik api yang akan muncul. Namun, pihaknya tentu masih harus mengawasi dan memantau. Apakah hujan yang turun itu sampai membasahi dasar atau tidak. Itu masih belum diketahui.
Alman menyebutkan, apabila asap masih bermunculan maka yang pembasahan itu masih belum sampai dasar. Maka dari itu banyak tahapannya dalam menangani karhutla itu. “Ada penguburan, ada pembasahan, ada pendinginan, ada penuntasan,” ujarnya pada Kalteng Pos via telepon, Minggu (8/10).
Kalau hujannya belum deras, memang belum bisa tuntas, lanjut Alman. Sehingga, apabila hujan itu turun sampai satu jam lebih dengan entitas sangat deras maka kebakaran di titik-titik itu bisa teratasi. “Tapi kalau hanya gerimis sebentar, ini bisa menimbulkan asap lagi,” tutupnya.
Sedangkan terkait kebakaran Taman Nasional Sebangau (TNS), Alman P Pakpahan merasa prihatin, dirinya menyebutkan, itu di luar harapan dan keinginan semua. Alman menegaskan ini menjadi pembelajaran bagi semua. Baik itu masyarakatnya maupun manajemen dari Taman Nasional Sebagau itu sendiri. Dirinya berpesan, manajemen harus menerapkan mitigasi untuk kedepannya. Supaya kejadian serupa tidak terulang.
“Untuk penyebabnya, mungkin rembetan api dari mana saja. Dari daerah sekitar, atau ada orang yang sengaja membakar itu. Kan banyak faktornya, tapi yang pasti itu ulah manusia,” jelasnya.
Alman menambahkan, dalam sepekan terakhir banyak spot api yang bermunculan. Seperti yang baru baru ini terjadi, yaitu di belakang batalyon. Pihaknya juga langsung bergerak cepat untuk memadamkan, dan sudah dapat dikuasai. “Tinggal pengawasan saja. Tentunya itu sudah tuntas,” tuturnya.
Alman mengaku, tim serbu api sangat kualahan dalam mengatasi sebaran karhutla ini. Namun, kewalahan ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. “Karena saking banyaknya titik hot spot yang bermunculan, itu mempengaruhi kondisi fisik kami. Tidak hanya fisik, mental juga,” tutupnya. (ko)