Kaltengonline.com- Kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalteng disinyalir tak hanya terjadi di tanah-tanah kosong milik masyarakat, tetapi juga di kawasan konsesi perusahaan. Karhutla di kawasan perusahaan dikatakan turut menjadi penyumbang dari kabut asap yang terjadi di Kalteng akhir-akhir ini.
Koalisi Menolak Asap (KoMA) yang terdiri atas lembaga swadaya masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng, Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBH) Palangka Raya, dan Save Our Borneo mencatat, sejak tanggal 1 Agustus-27 September 2023 luas kebakaran di Kalteng telah mencapai angka 69.188 hektare (ha).
Karhutla terbesar berada di wilayah Kabupaten Kapuas dengan luas lahan terbakar 18.497 ha, disusul Kabupaten Seruyan 16.425 ha, Barsel 10.229 ha, Pulang Pisau 7.290 ha, dan Kotim 6.219 ha.
Selain itu, kebakaran di dalam wilayah konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan kelapa sawit turut berkontribusi terhadap luasan karhutla dan pekatnya kabut asap. Namun, pihaknya menilai kondisi ini seakan jauh dari pantauan dan penindakan hukum. Oleh karena itu pihaknya melakukan kajian analisis untuk melihat karhutla di kawasan konsesi di Kalteng.
Kajian analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi karhutla di dalam konsesi perusahaan HTI dan kelapa sawit. Terutama, kejadian karhutla berulang di dalam konsesi yang mengindikasikan terjadinya pembiaran atau kelalaian terhadap kejadian kebakaran.
Direktur Eksekutif Walhi Kalteng, Bayu Herinata mengatakan, melihat dari hasil analisis yang pihaknya lakukan tersebut, terdapat empat perusahaan besar di Kalteng yang diduga kuat terjadi karhutla di wilayah konsesinya. Empat perusahaan yang dimaksud adalah PT Industrial Forest Plantation (IFP), PT Globalindo Agung Lestari (GAL), PT Karya Luhur Sejati (KLS), dan PT Rimbun Seruyan (RS).
“Untuk PT IFP terjadi karhutla seluas 441 ha, PT GAL seluas 84 ha, PT KLS seluas 1.122 ha, dan PT RS seluas 2.055 ha. Jadi total luasannya adalah 3.650 ha,” beber Bayu kepada wartawan, Jumat (13/10).
Bayu menjelaskan, karhutla di kawasan konsesi bisa menyumbang kabut asap yang cukup signifikan karena sebaran kejadiannya. Dikatakannya, PT GAL dan PT KLS merupakan dua perusahaan yang lokasinya dekat dengan Kota Palangka Raya. Berdasarkan analisis spasial melalui data hotspot, dampak kebakaran, data satelit, dan data-data kondisi awan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), maka bisa dilihat bahwa asap terjadi di daerah yang kebakarannya luas.
“Asap yang ada di areal konsesi besar itu kemudian terbawa oleh angin menuju ke wilayah tengah Kalteng, sehingga Kota Palangka Raya dan sekitarnya itu terkepung kabut asap dari sana,” jelasnya.
Oleh karena itu, Bayu menyimpulkan, terkait dengan dampak karhutla dan kontribusinya atas menurunnya kualitas udara yang terjadi, karhutla yang terjadi di kawasan konsesi lah yang akan banyak menyumbang asap di Kalteng, khususnya Kota Palangka Raya.
“Karhutla yang terjadi di kawasan perusahaan itu tentu akan memberikan dampak berarti bagi kualitas udara di sekitar kawasan konsesi atau wilayah-wilayah lainnya implikasi dari itu,” tuturnya.
Direktur Save Our Borneo Muhammad Habibi menambahkan, perbandingan antara karhutla di kawasan konsesi yang terjadi pada tahun 2019 dan 2023 berjalan ini hampir terlihat sama, namun waktu kemarau saja yang berbeda.
“Situasinya hampir kurang lebih, luas kebakaran tahun 2019 dan 2023 dari 10 September sampai sekarang, lokasi kebakaran yang meluas di tahun 2019 itu hampir sama, jadi hampir terlihat sama saja,” ujarnya.
Habibi memastikan, karhutla yang terjadi di kawasan gambut akan berkontribusi terhadap pencemaran udara seluas lahan gambut yang terbakar itu. Ia berpendapat, dari luasnya karhutla di Kalteng, kontribusi terbesar datang dari kebakaran di dalam konsesi perusahaan
perkebunan seperti pada sektor Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit. Dari identifikasi yang pihaknya lakukan, ditemukan setidaknya empat perusahaan di mana kebakaran terjadi di dalam areal izin mereka.
Keempat perusahaan itu adalah PT IFP dengan areal terbakar seluas 441 hektar, PT RS seluas 2.055 hektar yang terjadi di dua lokasi, PT KLS seluas 1.122 hektar yang juga terjadi di dua lokasi, dan PT GAL seluas 32 hektar. “Keseluruhan total karhutla di dalam konsesi empat perusahaan ini adalah 3.650 hektar,” ucapnya.
Habibi menjelaskan, data tersebut pihaknya dapat berdasarkan Citra Sentinel 2 band 11 per 2 dan 10 September 2023. Pada keempat perusahaan tersebut juga ditemukan terjadi kebakaran berulang di dalam areal konsesi mereka berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan.
“Artinya, sebelum tahun 2023, kebakaran sudah pernah terjadi di dalam konsesi mereka. Namun, kondisi ini seakan jauh dari pantauan dan penindakan hukum,” ucapnya.
Pihaknya sudah melaporkan empat perusahaan tersebut ke Kepolisian Daerah (Polda) Kalteng, kemarin pagi. Direktur LBH Palangka Raya, Aryo Nugroho Waluyo berpendapat, penegakan hukum atas karhutla yang terjadi di Kalteng saat ini masih bersifat tajam ke bawah namun tumpul ke atas.
“Kita bisa melihat bahwa kepolisian sudah menetapkan belasan tersangka karhutla yang dilakukan oleh masyarakat, tetapi korporasi tidak ada sama sekali. Padahal, menurut analisis yang kami lakukan, ada empat perusahaan besar yang terjadi karhutla di kawasan konsesinya karena kelalaian,” jelas Aryo, di tempat yang sama.
Aryo menyebut, perusahaan besar sudah seharusnya memiliki standar operasional prosedur (SOP) mumpuni terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah izinnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Karhutla. “Kalau melihat kebutuhan tim pemadam dan sarpras, itu dilihat dari konsesi atau luas izin. Dari luasan izin itu, akan dilihat kebutuhan-kebutuhan sarpas yang harus dipenuhi. Misalnya dari luas izin sekian, artinya butuh berapa SDM beserta sarpras yang mumpuni sesuai luasan izin,” terangnya.
Semakin luas wilayah izin yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan semakin banyak kebutuhan SDM dan sarpras pemadaman karhutla yang dibutuhkan. Selain SDM dan kuantitas, kualitas sarpras pemadaman karhutla juga harus menjadi perhatian.
“Sama juga terkait manajemennya, tidak hanya pencegahan dan pemadaman karhutla, tapi juga dari sisi pemantauan, monitoring, penginderaan jauh, dan lain-lain yang berkenaan dengan pemantauan karhutla di kawasan konsesi mereka,” katanya.
Selain itu, Aryo menyebut juga diperlukan pendidikan yang mumpuni kepada SDM pemadam kebakaran terkait dengan bagaimana cara memadamkan api yang baik dan benar. “SDM harus punya pengetahuan dan wawasan bagaimana cara memadamkan api, tak hanya sekadar memadakan api. Ini harus dicek latihannya kapan, sehingga upaya ini harus satu kesatuan,” tandasnya.
Saat ini kabut asap kembali menyelimuti beberapa wilayah di Kalteng, bahkan di Kota Palangka Raya asap pekat kembali terasa setelah sempat berkurang akibat hujan pada hari minggu, (8/10) lalu.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Alfandy, menjelaskan bahwa untuk beberapa wilayah di Kalteng saat ini terjadi peningkatan titik hot spot, terutama di lokasi gambut seperti Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas. Sedangkan daerah Barito Utara, Barito Selatan dan Barito Timur, kenaikan kabut asapnya cukup intensif, demikian juga di Kota Palangka Raya.
“Saat ini wilayah Kalteng, angin bertiup dari arah timur, tenggara, selatan ke arah barat atau barat laut dan utara. Karena wilayah yang paling banyak terjadi karhutla dari arah tenggara, jadi asap-asap ini terbawa,” katanya saat dihubungi Kalteng Pos, Jumat (13/10).
Disisi lain, beberapa wilayah juga ikut terdampak dengan asap kiriman, yakni sebagian Kabupaten Lamandau dan Katingan. Sementara, kabut asap yang ada di Kota Palangka Raya itu disebabkan dari banyaknya titik hot spot seperti daerah Kalampangan dan Sebangau.
Berdasarkan data perkiraan cuaca BMKG, pada tanggal 13 nihil terjadi hujan. Lalu, untuk tanggal 14-15 wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai dengan petir atau kilat serta angun kencang yakni Kabupaten Katingan, Gunung Mas bagian utara, Murung Raya, Barito Utara, Barito Timur, Barito Selatan dan Kota Palangka Raya. Lebih lanjut, Alfandy menuturkan, pada tanggal 18 dan 19, hujan diprediksi akan terjadi hampir diseluruh wilayah Kalteng.
Potensi itu terjadi akibat pertemuan atau perlambatan kecepatan angin yang biasa disebut dengan konvergensi angin, terpantau di wilayah utara kalteng. Adanya kelembaban udara yang cukup basah di Kalteng, membuat potensi pertumbuhan awan hujan, sehingga itu lah yang memicu tingginya potensi hujan di wilayah kalteng.
“Berdasarkan kelembaban dan suhu di beberapa lapisan yang cukup basah, sehingga Kalteng cukup berpotensi hujan. Untuk tanggal 15 besok, potensi hujannya akan terjadi di sore menjelang malam. Kalau untuk tanggal 18 dan 19, kami belum meliat potensi waktunya,” tandasnya. (dan/ovi/ala/ko)