PALANGKA RAYA-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) merilis Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,63 persen pada Oktober 2023. Perkembangan harga berbagai komoditas secara umum naik. Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi. Antara lain, beras, cabai rawit, ikan nila, daging ayam ras, angkutan udara, kacang panjang, ikan baung, ikan gabus, dan pepaya.
Per Oktober 2023, persentase inflasi di Palangka Raya menjadi tertinggi se-Kalimantan.Penyebab utama tingginya inflasi di Kota Cantik disinyalir karena jalur distribusi barang yang masih terkendala.
Bertepatan dengan momentum Natal dan tahun baru (nataru), pemerintah perlu mewaspadai potensi kenaikan signifikan harga barang tertentu.
Pengamat Ekonomi Dr Fitria Husnatarina berpendapat, inflasi yang terjadi di Palangka Raya berangkat dari kondisi perekonomian daerah yang masih bergantung pada pasokan dari luar daerah. Palangka Raya merupakan daerah yang secara umum masih berstatus kota yang bergantung pasokan dari luar daerah.
“Palangka Raya masih mendatangkan barang-barang dan kebutuhan pokok dari luar daerah, tidak ada sentra produksi skala besar berkenaan dengan pemenuhan pasokan kebutuhan pokok,” ungkap Fitria kepada wartawan, Kamis (2/11).
Sejauh ini, ketersediaan pangan dan kebutuhan pokok masih bergantung dari daerah lain. Barang-barang yang dipasok itu notabene menjadi penentu dari kapasitas inflasi daerah.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya ini menyebut, sejauh produk-produk penentu inflasi itu masih didatangkan dari luar daerah, maka rawan terjadi kenaikan ketika jalur distribusi barang dari wilayah pemasok terganggu.
“Kemarin jalur distribusi barang sempat terganggu karena kemacetan lalu lintas di wilayah Tumbang Nusa, itu tentu sangat berpengaruh terhadap harga barang di Palangka Raya,” ucapnya.
Ketika akses distribusi barang terganggu, mekanisme pasar pun terdampak. Barang-barang menjadi langka atau kapasitas suplai barang menjadi rendah karena rantai pasok yang terganggu, sementara permintaan akan barang-barang tertentu menjadi tinggi.
Hal itu, lanjut Fitria, menyebabkan permintaan dan penawaran barang menjadi tidak seimbang.“Indikator lain yang menyebabkan harga barang-barang mengalami lonjakan adalah karena proses produksi yang juga terganggu. Bisa saja karena harga bahan baku untuk proses produksinya mahal,” tambah Fitria.
Menurutnya, faktor terbesar yang menjadi penyebab inflasi di Palangka Raya adalah karena masih bergantung dengan suplai barang dari luar. Sebab, harga-harga barang pokok penting di Palangka Raya akan sangat terpengaruh ketika jalur distribusi barang tidak normal.
“Banyak faktor penyebab inflasi. Mungkin pembenahan jalur distribusi atau rantai pasok barang bisa menjadi solusi menekan lonjakan harga barang,” ujarnya. (ko)