kaltengonline.com – Kota Palangka Raya memiliki banyak destinasi wisata. Objek wisata di ibu kota Provinsi Kalteng perlu digarap maksimal agar terus berkembang dan menarik wisatawan. Untuk itu akademisi dari program pascasarjana Universitas Palangka Raya (UPR) melakukan penelitian. Hasilnya untuk memberikan usulan sekaligus mendorong pemerintah menggiatkan objek wisata di Kota Cantik ini –julukan Kota Palangka Raya.
Tim peneliti dari UPR itu dari Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Lingkungan, Magister Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Magister Pendidikan Ekonomi, dan Prodi Pendidikan IPS. Mereka melakukan penelitian dengan judul Evaluasi dan Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata di Kota Palangka Raya. Tim tersebut diketuai Prof Dr Ir Bambang S Lautt dengan beranggota Prof Dr Eddy Lion, Dr Saifullah Darlan, Dr Ir Hj Masliani, Dr Ir Herianto, dan Dr Betrixia Barbara.
Bambang S Lautt selaku ketua tim menjelaskan, Palangka Raya secara umum memiliki 31 objek wisata yang terbagi dalam empat kawasan strategis pariwisata (KSP). Ada KSP Sei Gohong yang memiliki 3 objek wisata. KSP Tumbang Tahai memiliki 10 objek. KSP Pahandut punya 9 objek. Kemudian ada KSP Kelampangan dengan jumlah 6 objek.
“Dari sekian jumlah itu, kami ingin memilih objek mana saja yang diminati dan sering dikunjungi masyarakat serta memiliki daya tarik wisata,” ungkap Bambang kepada Kalteng Pos di ruang kerjanya, Sabtu (2/12).
Ia mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan pihaknya dalam proses penelitian itu. Pertama, merumuskan kriteria KSP prioritas, dengan cara mengevaluasi dan melihat secara langsung berbagai rumusan yang dirancang pihaknya. “Dimulai dari strategis pengembangan kawasan wisata itu,” ujarnya.
Tim menggunakan analisis triangulasi, yakni membandingkan informasi atau data dengan cara berbeda. Semisal, menambah kriteria yang harus ada pada objek wisata. “Tentunya, menambahkan dengan kriteria yang dibuat, karena itu akan menjadi kekuatan pemerintah daerah untuk mengembangkan objek wisata,” tuturnya.
Terdapat enam kriteria yang dibuat tim peneliti. Pertama, berkesesuaian dengan dokumen tata ruang. Kedua, berkesesuaian dengan rencana induk pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA). Ketiga, ber kesesuaian dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Keempat, tidak berada pada wilayah izin pertambangan. Kelima, radiusnya dekat dengan pusat kota. Keenam, termasuk dalam aset atau fasilitas Pemko Palangka Raya.
“Kani buat kriteria itu karena kami melihat potensi objek wisata di Kota Palangka Raya ini begitu besar. Di kemudian hari nanti pasti ada banyak orang yang akan berkunjung ke objek wisata itu untuk refreshing. Secara tidak langsung menambah PAD Pemko Palangka Raya,” jelasnya.
Kemudian, tim melakukan survei ke tempat wisata ke Nyaru Menteng, Bukit Tangkiling, Pulau Kaja, Taman Pasuk Kameloh, Bundaran Besar, Huma Betang, dan lainnya. Berdasarkan survei tersebut, diperoleh gambaran besar penelitian. Ada istilah 4A, yakni atraksi (pertunjukan, aktivitas masyarakat setempat), amenity (tingkat kenyamanan objek wisata), aksesibility (akses atau jalan menuju objek wisata), dan ancillary (terdapat toilet, jaringan pada objek wisata).
Bambang dan rekan tim penelitian membagi objek wisata berdasarkan tiga kriteria. Objek wisata alam, objek wisata budaya, dan objek wisata buatan. Untuk objek wisata alam, pihaknya memilih tiga tempat. Yakni Batu Banama, Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling, dan Pulau Kaja. Objek wisata budaya, mereka memilih Betang Mandala Wisata, Museum Balanga, Sandung Ngabe Sukah, Rumah Tradisional Sei Gohong. Sedangkan untuk objek wisata buatan, ada Pasuk Kameloh, Monumen Soekarno, Jembatan Kahayan dan kuliner, Bundaran Besar, Souvenir Shop di Jalan Batam, Perkemahan Nyaru Menteng.
“Inti dari penelitian itu untuk mendorong Pemko Palangka Raya agar lebih menggiatkan sektor pariwisata. Perguruan tinggi ingin berkontribusi terhadap pemerintah dalam hal tersebut, dengan cara membantu mengembangkan pariwisata secara terencana dan terukur,” pungkasnya. (ham/ce/ala/ko)