kaltengonline.com – Memasuki bulan Ramadan, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menjajakan takjil bisa tersenyum merekah. Beragam jenis kue maupun minuman yang mereka jual bakal laris manis diburu umat muslim sebagai kudapan untuk berbuka puasa
Seperti yang terlihat di Toko Ihai Cake. Di toko itu tersedia sekitar 60 loyang dengan berbagai jenis kue kala Ramadan tiba. Hairiah selaku pemilik toko mengatakan, saat bulan puasa, toko dibuka pukul 14.00 WIB dan tutup jika kue-kue itu telah habis terjual. Kue yang dijual di toko itu beragam. Ada kue lapis india, putri selat, srimuka ketan pandan, pisang ijo, bingka ketan, dan berbagai jenis kue potong lain.
“Paling lambat biasanya pukul 16.30 WIB, tapi kalau agak cepat biasanya pukul 16.00 WIB itu alhamdulillah sudah habis terjual, 60 (Loyang) itu enggak kami jual sendiri, ada juga pesanan orang yang kenal dengan kami, jadi kami sendiri di sini cuman jual 30 loyang, di rajawali ada yang jual ambil dari sini, itu ada 10 loyang, sama di Jalan Christopel Mihing dan Jalan Cempaka ada 20 loyang,” kata Hairiah.
Kue yang menjadi andalan atau yang paling diminati pembeli dari toko kue yang terletak di Jalan P M Noor depan Taman Harati itu, yakni amparan pisang, ketan durian, dan bingka kentang bakar. Perempuan berusia 43 tahun itu mengatakan, kue yang diproduksinya lebih mengutamakan penggunaan santan, telur, gula, dan buah sebagai pelengkap. Sedangkan tepung digunakan seperlunya saja agar kue yang dibuat lebih padat. Hal itu dilakukan agar kue yang diproduksi mengedepankan rasanya yang enak.
“Kita mulai buat kue dari habis Tarawih, tapi ya bukan berarti terus-menerus buat, tetap ada waktu istirahat 2 sampai 3 jam, saya enggak kerja sendiri, ada karyawan dan ade sepupu juga yang bantu, itu khusus yang buat kue, kalau yang jual itu biasanya ada anak-anak aku, bahan utamanya ratarata pakai santan, gula, dan telur, tepung tetap kami pakai, cuman enggak banyak, kalau yang ada buahnya seperti ketan durian itu kami pake buah durian asli, bukan pakai bahan perasa,” jelasnya.
Harga yang ditawarkan untuk sepotong kue hanya berkisar Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per potongan. Dari tahun ke tahun harga bahan dasar pembuatan kue terus naik. Meski begitu, ibu dari tiga orang anak itu belum memiliki niat untuk menaikkan harga jual, karena ia ingin mempertahankan pelanggannya.
Meski memiliki karyawan, Hairiah tetap ikut terlibat langsung dalam proses produksi. Baginya, bila masakan sudah berpindah tangan, maka rasanya sudah berbeda. Sehingga terhadap semua kue yang diproduksi, ia sendiri yang akan menakar komposisinya demi menjaga cita rasa. Tiap bulan Ramadan, Hairiah akan menyediakan kue ipau. Kue tersebut hanya dijual saat Ramadan. Dapat dikatakan kue ipau itu merupakan kue khas Ramadan yang dijual di Toko Ihai Cake.
“Kue ipau itu terbuat dari tepung terigu, telur, dan susu, ada juga ketan, wortel, dan daun sop, terus di bagian atasnya dituangi santan, kalau mau tahu bentuknya, datang saja nanti saat Ramadan,” ucapnya
Di tempat yang berbeda, Toko Lezat Cake PKY tiap hari menjual puluhan hingga ratusan jenis kue dan gorengan. Selalu habis terjual. Toko yang terletak di Jalan Garuda dekat Bundaran Garuda itu menjual berbagai jenis kue. Mulai dari kue tradisional seperti cucur, arem-arem, onde-onde, hingga kue kekinian seperti pai cokelat, kue sus, dan lainnya. Owner toko, Lailin Syiah mengatakan, untuk dapat bersaing di pasaran, perlu ada inovasi yang mengikuti perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan kekhasan produk tradisional.
“Tiap hari kami bisa jual puluhan hingga ratusan kue dan gorengan, kalo yang memang kami buat sendiri ada sekitar 36 jenis, selain itu kami jual titipan orang, kami juga terus memproduksi dari pagi sampai sore, pukul 05.00 WIB sudah buka hingga sore, terkadang sampai malam,” ungkapnya sembari menyebut saat Ramadan dibuka sampai selesai Tarawih.
Menurutnya, ada beberapa jenis kue yang paling diincar pembeli. Seperti risoles mayo, lumpia, arem-arem, dan samosa. “Kami pastikan kue yang dijual di sini enak, saat kami bikin, kami rasakan dulu enak atau tidak, kalau enak barulah dijual, kalo enggak kami coba terus sampai nemu rasa yang enak, kalo di lidah kami sudah enak, barulah berani kami jual, itu yang membuat risol atau samosa dan makanan lain yang kami buat bisa bersaing di pasaran,” ungkapnya
Perempuan berusia 57 tahun itu menambahkan, Pemerintah Kota Palangka Raya masih memiliki toleransi terhadap para pedagang untuk tetap membuka lapak dagangan seperti biasa selama bulan Ramadan, mengingat masih ada masyarakat yang tidak berpuasa. Bagi umat Islam yang berpuasa, tempat usahanya itu selalu menyediakan kue dan gorengan yang masih hangat untuk menu berbuka puasa.
Perempuan yang juga merupakan ASN yang bekerja di Pemerintah Kota Palangka Raya itu mengatakan, selama bulan Ramadan akan disediakan jajanan khas Banjar atau menu khas berbuka puasa. Seperti kue lapis, bingka, amparan tatak, hingga berbagai es dan kolak perpaduan pisang dan ubi. Jajanan khas Ramadan itu akan selalu tersedia selama Ramadan. Namun tidak dijual pada hari-hari biasa di luar Ramadan. (mut/ce/ala/ko)