kaltengonline.com – Banjir kian meluas di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng). Luapan air yang disebabkan tingginya curah hujan mengakibatkan tujuh kabupaten/kota terendam banjir. Debit air yang makin tinggi menyebabkan permukiman dan fasilitas umum terendam air. Bencana alam itu telah menyebabkan puluhan ribu jiwa terdampak.
Berdasarkan data Pusdalops PB Kalteng pada Selasa (12/3), tercatat sudah 39.324 jiwa, 5.070 bangunan rumah, dan 158 fasilitas umum terdampak banjir.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPB-PK Kalteng Ahmad Toyib merinci, kabupaten/kota yang terendam banjir mencakup Kecamatan Dusun Hilir di Kabupaten Barito Selatan (Barsel), dengan tinggi air 345 cm yang berdampak terhadap 16.823 jiwa, 76 unit fasilitas umum, dan 1.993 unit rumah. Kemudian Kecamatan Sebangau Kuala di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), dengan ketinggian air 101 cm, berdampak terhadap 1.937 jiwa, 50 jiwa terpaksa mengungsi, fasilitas umum 47 unit, dan bangunan rumah 99 unit.
Daerah lain yang juga dilanda banjir adalah Kecamatan Jekan Raya, Pahandut, Sebangau, dan Bukit Batu di Kota Palangka Raya, dengan rata-rata ketinggian air mencapai 80 cm, berdampak terhadap 17.965 jiwa, pengungsi 192 jiwa, fasilitas umum 18 unit, dan bangunan rumah 2.613 unit. Selanjutnya Kecamatan Kurun dan Kecamatan Tewah di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) dengan tinggi air 100 cm dan berdampak terhadap 2.599 jiwa. Sementara di Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya (Mura) tinggi air mencapai 20 cm dan berdampak terhadap 180 kepala keluarga (KK), 1 unit fasilitas umum, dan 159 unit rumah warga.
“Di Kabupaten Katingan tepatnya Kecamatan Katingan Hilir, Tewang Sanggalang Garing, Kamipang, dan Tasik Payawan ketinggian air mencapai 60 cm, berdampak terhadap 260 KK, 16 unit fasilitas umum, serta 160 unit rumah warga. Lalu Kecamatan Lehei di Kabupaten Barito Utara (Batara) juga dilanda banjir. Untuk Kota Palangka Raya telah tersedia sarana pendukung seperti posko kesehatan 6 unit, tenda pengungsi 3 unit, gedung pengungsi 3 unit, dapur umum 6 unit, dan MCK 6 unit,” bebernya kepada Kalteng Pos, Rabu (13/3).
Dengan kondisi tersebut, beberapa kabupaten/kota telah memberlakukan status darurat bencana banjir, seperti Kabupaten Lamandau yang menetapkan status itu sejak 3 Januari hingga 1 April 2024, Kabupaten Kotawaringin Timur dari tanggal 9 Maret hingga 22 Maret 2024, Kabupaten Pulang Pisau dari tanggal 27 Februari hingga 11 Maret 2024, dan Kota Palangka Raya dari tanggal 10 Maret hingga 17 Maret 2024.
Ahmad Toyib mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi bencana alam serta menghadapi potensi bencana berikutnya. Masyarakat perlu mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk mengungsi, mencari tempat aman jika ada ancaman banjir, serta mengikuti instruksi atau arahan dari pihak berwenang.
Saat ini, ketinggian air yang merendam beberapa kelurahan makin tinggi. Salah satunya di wilayah Kelurahan Langkai yang naik 10 hingga 20 cm. Saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Plt Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya Hendrikus Satria Budi melalui Manager Pusdalops BPBD Kota Palangka Raya Balap Sipet mengatakan, seiring meningkatnya debit air, jumlah warga yang mengungsi makin banyak hingga mencapai 109 KK, 295 jiwa.
“Yang debit airnya tertinggi ada di Kecamatan Sebangau, saat ini sudah mencapai 1 meter 70 sentimeter, bahkan hampir 2 meter, itu di Kelurahan Bereng Bengkel dan Kameloh Baru,” bebernya, Rabu (13/3).
BPBD Kota Palangka Raya mempioritaskan untuk mengevakuasi kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Saat ini dapur umum telah dibuka di semua posko dan gedung pengungsian. Makanan yang disiapkan bagi korban banjir sebanyak 200 bungkus per hari, untuk makan pagi, siang, dan malam.
Meskipun sudah ada upaya pengobatan dari tim kesehatan, tetapi masih ada sekitar 29 warga terdampak banjir yang mengalami keluhan kesehatan seperti diare, gatal-gatal, demam, flu, dan peningkatan tekanan darah.
Balap Sipet menambahkan, ada satu orang ibu telah dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sebelum dibawa ke rumah sakit, ibu tersebut memang memilik penyakit bawaan.
“Ada seorang ibu yang dilarikan ke rumah sakit karena memang ada penyakit bawaan, soal hasil diagnosisnya seperti apa, masih belum ada laporan dari teman-teman di lapangan, tetapi 29 warga lainnya hanya menjalani rawan jalan saja,” tutupnya. (ovi/mut/ce/ala/ko)