kaltengonline.com– Hujan deras yang melanda sejumlah wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) menyebabkan air sungai meluap, termasuk Sungai Kahayan. Luapan air sungai itu menyebabkan ruas jalan nasional penghubung Palangka Raya – Banjarmasin terendam. Aktivitas pengendara tersendat akibat genangan air di lokasi proyek nasional di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Senin (18/3).
Petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Pulpis Pengki S yang memantau langsung kondisi di lapangan menyebut, ketinggian banjir mencapai 39 cm atau sekitar tinggi lutut orang dewasa, dengan panjang jalan yang tergenang sekitar 75 meter. Kendati demikian, kendaraan roda dua maupun empat masih bisa melintas. Karena itu ia mengimbau agar para pengguna jalan berhati-hati, bersabar, dan bergantian melintas.
“Ada peningkatan air dari hari sebelumnya, sekitar 4 cm. Dari 35 cm menjadi 39 cm, karena sempat terjadi hujan. Untuk ruas jalan arus lalu lintas masih aman, bisa dilalui satu jalur secara bergantian. Beberapa waktu lalu air pernah mencapai 60 cm, tetapi tidak sampai mengakibatkan macet panjang karena dilakukan sistem pergantian. Jalan yang tergenang aman, tidak ada lubang,” bebernya, kemarin.
Berdasarkan pantauan Kalteng Pos di lokasi banjir, kendaraan roda dua dan roda empat masih bisa melintas. Akses jalan cukup lancar walau beberapa kendaraan harus mengurangi kecepatan di titik banjir yang arusnya cukup deras. Ada delapan sepeda motor yang nekat menerjang banjir dan berakhir mogok di tengah jalan. Alhasil petugas harus membantu mendorong kendaraan ke tempat aman.
Antrean kendaraan tidak terlalu panjang, karena menerapkan sistem bergantian melintas, dipandu petugas dan warga lokal. Beberapa kendaraan roda empat sempat mengalami lepas plat nomor kendaraan. Sementara, sebagian besar pengendara roda dua lebih memilih menggunakan jasa angkut dengan tarif mulai dari Rp10 ribu sampai Rp15 ribu.
Di sisi lain, salah sorang pengguna jasa angkut bernama Maulinda (30) mengaku, ia bersama anak dan suaminya menggunakan sepeda motor dari Kuala Kurun menuju Banjarmasin. Selama perjalanan, mereka juga menemukan beberapa titik jalan yang tergenang, tetapi tidak sampai harus menggunakan jasa penyeberangan seperti di Tumbang Nusa. Meskipun sebenarnya masih bisa dilewati, tetapi mereka lebih memilih menggunakan jasa angkut (pikap) untuk bisa melintasi lokasi banjir.
“Tadi melihat motor ada yang macet, takutnya air masuk ke mesin, jadi lebih aman menggunakan jasa angkut. Sebagai pengendara motor, kami merasa sangat terbantu dengan adanya jasa ini. Kami tidak soalkan biayanya, karena masih terjangkau. Mudah-mudahan banjir cepat surut,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Ghazali salah satu pemilik jasa angkut penyeberangan menjelaskan, ia telah membuka jasa tersebut selama 4 hari, dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pria 46 tahun itu menyebut, dalam sehari ia bisa mengangkut sekitar 50 kendaraan roda dua, dengan tarif Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per motor. Pada hari pertama dan kedua, cukup banyak pengendara sepeda motor yang menggunakan jasanya.
“Di sini kami membantu pemotor yang ingin melintas. Kami tidak memaksa. Kalau mereka tidak menggunakan jasa kami, tidak apa-apa, karena pada dasarnya motor masih bisa lewat, tetapi pasti berisiko. Begitu pun dengan tarif. Kalau mereka bayar Rp10 ribu, tidak apa-apa, kan saling membantu,” ucapnya.
Sementara, lanjut Ghazali, jumlah jasa pikap yang tersedia tidak menentu. Berdasarkan peraturan, satu pikap hanya boleh mengangkut maksimal dua motor agar tetap aman. Hingga siang hari, terlihat kurang lebih ada sepuluh pikap yang secara bergantian mengantar pengendara sepeda motor dan kendaraannya.
Tak jauh dari lokasi banjir, seorang warga bernama Indis (54) mengatakan, banjir hanya menggenangi halaman rumahnya. Keberadaan siring sangat membantu menahan gelombang air ketika kendaraan melintas. Karena jarak rumahnya hanya sekitar 5 meter dari lokasi banjir, maka warung usahanya terpaksa tutup sementara. Karena itu, ia berharap perhatian serius dari pemerintah mengatasi masalah banjir.
“Kalau bisa berharap bantuan dan perhatian dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini, dan ada bantuan kepada kami masyarakat yang terdampak. Semoga banjir cepat surut agar kami bisa kembali bekerja dan membuka warung usaha,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Satuan Kerja (Satker) Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah II Provinsi Kalteng, Ritwanto Marbun mengatakan, banjir yang terjadi di Jalan Trans Kalimantan Palangka Raya-Pulang Pisau itu diakibatkan oleh luapan air Sungai Kahayan.
“Sekarang kan masih musim hujan, hari ini juga mendung, jadi memang ada pekerjaan kami di situ, di mana pekerjaan itu adalah antisipasi dari banjir, jalan nasional di lokasi itu,” bebernya kepada Kalteng Pos, Senin (18/3).
Marbun tidak menampik bahwa proyek itu sebelumnya mendapat penolakan dari warga yang tinggal di sekitar. Padahal, peninggian jalan itu sudah tepat, mengingat ruas jalan rentan tergenang banjir.
“Itulah kenapa badan jalan itu ditinggikan, mudah-mudahan proyek itu segera selesai agar tidak lagi ada banjir ke depan,” ujarnya seraya mengklaim bahwa banjir di sekitar jalan bersiring itu sudah surut.
Proyek peninggian badan jalan itu belum selesai, mengingat saat ini masih tergenang banjir, sehingga proses pengerjaan dihentikan sementara. Ditargetkan proyek peninggian badan jalan itu bisa rampung tahun ini juga.
“Itu kan masih dalam tahun pengerjaan berjalan, kami pastikan tahun ini selesai, kontrak pengerjaannya kan berakhir bulan Juli, tetapi ada rencana untuk menambah waktu, karena menambah panjang efektif untuk paket ini,” sebutnya.
Marbun menyebut badan jalan itu nanti akan ditinggikan setinggi siring. Seperti yang dilakukan di lokasi sebelumnya, yakni siring satu dan dua. Menanggapi genangan banjir yang masih terjadi, Marbun menyebut sejauh ini jalan tersebut bisa dilewati kendaraan kendati masih tergenang.
“Sekarang itu tetap bisa dilalui, artinya genangan air yang ada itu karena banjir, bukan karena paket proyek itu. Itu kan bronjong, air bisa keluar masuk di bronjong itu, artinya elevasi air sebelah kanan, kiri, dan di tengah itu sama,” terangnya.
Dapat disimpulkan bahwa tinggi air di sisi kanan dan kiri jalan juga sama dengan yang terjadi di tengah jalan. Siring yang dibuat tidak difungsikan untuk menahan air banjir. Hal ini yang kemudian membuat air di tengah tidak bisa dikeluarkan, karena tetap saja akan kembali sama tinggi seperti mereka banjir yang ada di sebelah kanan dan kiri jalan.
“Enggak bisa, karena itu air di sekitaran Jembatan Tumbang Nusa itu banjir semua, tingginya sama dengan yang di jalan. Itu juga kan bronjong, air tetap bisa keluar masuk di situ, sama tingginya. Enggak mungkin air di tengah itu dikeluarkan. Kalaupun pakai pompa, nanti masuk lagi airnya dari samping,” jelasnya.
Marbun menyebut sejauh ini kendaraan masih bisa melintas. Kecuali jika banjir yang menggenangi jalan itutelah mencapai 1-1,5 meter.
Ia berharap masyarakat dapat mendukung pengerjaan proyek itu. Sebab, pekerjaan itu dilakukan untuk meninggikan badan jalan agar tidak terjadi lagi banjir. Ia juga meminta kepada masyarakat agar mengurangi kecepatan kendaraan ketika melintasi area banjir.
“Sebaiknya lebih bersabar, karena memang kalau sudah banjir itu kan enggak bisa berkendara dengan kecepatan biasanya, jadi perlu bersabar,” tuturnya. (ovi/dan/ce/ala/ko)