Feriyanto menerangkan, awal kepindahan pembelajaran para murid adalah sejak warga menempati permukiman relokasi. Pembelajaran sempat dilakukan di rumah kepala sekolah (kepsek), lalu pindah ke bangunan pustu. Namun kemudian muncul surat dari dinas kesehatan (dinkes) yang menyatakan bangunan tersebut akan dipergunakan.
Kemudian, hasil koordinasi Ibu Neni selaku kepsek dengan Dinas Pendidikan Kapuas, akhirnya dibangun tenda darurat untuk proses belajar mengajar para murid.
“Perlu saya jelaskan, kenapa murid SD tersebut belajar ditenda darurat, bukan karena tidak ada bangunan sekolah, tetapi karena keinginan para orang tua murid, mempertimbangan jarak tempuh para murid yang cukup jauh ke sekolah, apalagi sudah tidak ada lagi warga yang tinggal di sekitar bangunan sekolah itu, jadi semata-mata mempertimbangkan keselamatan dan kenyamanan para murid,” tutupnya.
Menurutnya, kegiatan belajar mengajar di bawah tenda darurat pada dasarnya sudah diketahui dinas pendidikan setempat. Bahkan tenda tersebut merupakan bantuan dari dinas bersangkutan.
“Mengenai pembangunan SDN 2 Kaburan di lokasi yang baru sudah diusulkan, itu akan direalisasikan tahun 2025 mendatang,” pungkasnya. (alh/ce/ala)