SAMPIT, Kaltengonline.com – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyatakan komitmennya dalam memperkuat pelayanan kesehatan dasar masyarakat sebagai langkah strategis untuk menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas generasi penerus. Fokus utama diarahkan pada penguatan peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan pengembangan Desa Siaga Stunting.
Bupati Kotim, Halikinnor menegaskan, saat ini pembangunan sektor kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan serius, terutama tingginya prevalensi stunting dan kasus kematian ibu serta anak.
“Merujuk pada data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur masih sebesar 35,5 persen. Ini menjadi keprihatinan kita semua karena akan sangat memengaruhi kualitas generasi penerus kita di masa depan,” ujar Halikinnor dalam pembukaan advokasi, koordinasi dan bimtek Pokjanal Posyandu, Kamis (12/6).
Ia menilai, selain stunting, beban penyakit menular dan tidak menular juga masih cukup signifi kan. Oleh sebab itu, Posyandu dinilai sebagai garda terdepan dalam menjawab berbagai persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat.
“Posyandu secara langsung berhadapan dengan masalah kemasyarakatan, termasuk kesehatan. Peran strategis inilah yang perlu terus dikembangkan agar pelayanan masyarakat semakin optimal,” katanya.
Bupati juga menekankan pentingnya sinergi antarinstansi dan antarlevel pemerintahan melalui peran Pokjanal dan Pokja Posyandu. Menurutnya, keberadaan lembaga tersebut sangat vital sebagai acuan perencanaan, pelaksanaan, hingga pengalokasian anggaran untuk mendukung pengembangan Posyandu aktif di seluruh wilayah.
“Pokjanal dan Pokja Posyandu berperan sebagai rujukan, sarana koordinasi, serta dasar penyusunan kebijakan. Ini penting agar lintas sektor bisa bergerak seirama,” tegasnya.
Sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan stunting, Pemkab Kotim juga mendorong pengembangan Desa Siaga Stunting. Halikinnor menyebut, inisiatif ini tidak sekadar simbol komitmen, melainkan bukti keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat dalam deteksi dini, pencegahan, hingga penanganan stunting dari hulu.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan mitra, kita dorong agar setiap ibu hamil, bayi, dan balita mendapatkan pendampingan serta layanan gizi yang optimal,” tuturnya. (mif/ans/ko)