SAMPIT – Di tengah hiruk-pikuk kota Sampit, ruang terbuka untuk masyarakat masih menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi. Setiap kali ada konser, lomba motor, atau bazar, Stadion 29 November selalu menjadi tumpuan utama — dan kini, bebannya makin terasa berat.
Melihat kondisi itu, DPRD Kotawaringin Timur mendorong pemerintah daerah membangun area publik multifungsi yang bisa menjadi ruang bagi berbagai kegiatan masyarakat. Ketua Komisi I DPRD Kotim, Angga Aditya Nugraha, menilai fasilitas semacam itu akan menjadi “paru-paru sosial” baru bagi warga.
“Selama ini stadion jadi satu-satunya pilihan. Padahal, kalau ada area serbaguna, kegiatan bisa lebih tertata, tidak mengganggu lalu lintas, dan masyarakat punya tempat rekreasi baru,” ujarnya.
Angga mencontohkan beberapa kota di Indonesia yang telah memiliki area publik representatif, seperti Yogyakarta dengan alun-alun dan pusat kegiatan masyarakatnya. Menurutnya, fasilitas semacam itu juga bisa menjadi wadah bagi anak muda Kotim untuk berkarya dan berkreasi.
“Kami ingin tempat ini jadi simbol kebersamaan masyarakat Kotim. Ada ruang bagi musik, olahraga, pameran, bahkan arena balap motor yang resmi dan aman,” tambahnya.
Selain menjadi sarana rekreasi, area publik tersebut diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru. Para pelaku UMKM bisa memanfaatkan lokasi itu untuk berdagang atau menampilkan produk lokal.
“Ruang publik bukan hanya soal tempat, tapi juga peluang ekonomi dan sosial bagi warga,” tutur Angga.
Rencana ini kini masuk dalam pembahasan APBD 2026 dan diusulkan sebagai proyek prioritas. Meski keuangan daerah sedang ketat, Angga optimistis pembangunan ini akan menjadi investasi jangka panjang bagi Kotim.
Masyarakat pun menyambut positif gagasan tersebut. Banyak yang berharap Kotim segera memiliki ruang publik kebanggaan bersama, tempat warga bisa bersantai, berolahraga, dan menyalurkan kreativitas tanpa harus berebut jadwal dengan kegiatan besar di stadion.(ko)
