Katingan, kaltengonline.com— Sungai dan laut bukan sekadar bentangan air yang membelah alam, melainkan anugerah besar dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Di tepian Pegatan, Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, dua elemen alam ini menjadi denyut kehidupan bagi masyarakat nelayan yang menggantungkan harapan dan penghidupannya pada hasil laut.
Namun, di balik keindahannya, sungai dan laut juga menyimpan pesan moral: agar manusia tak hanya mengambil, tetapi juga menjaga. Menjaga kelestarian dan habitat makhluk hidup di dalamnya adalah tanggung jawab bersama, agar keberkahan alam ini tetap berlanjut hingga anak cucu di masa depan.
Sebagai wujud rasa syukur sekaligus kesadaran akan pentingnya menjaga alam, masyarakat bersama berbagai pihak menggelar kegiatan Selamatan dan Sedekah Laut Pegatan. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 25 Oktober 2025 mendatang ini, menjadi simbol doa agar sungai dan laut senantiasa tenang, aman, dan memberikan hasil tangkapan yang berlimpah serta membawa keberkahan bagi seluruh nelayan.
“Kami menginisiasi kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur sekaligus ajakan kepada semua pihak untuk menjaga laut dan sungai kita bersama. Semoga Pegatan selalu diberkahi, dan para nelayan mendapat rezeki yang melimpah,” ujar Komandan Pos Angkatan Laut Pegatan, Letda Laut (P) Ade Rakhmat Zaidan, di sela-sela kegiatan gotong royong persiapan acara di Pelabuhan Perikanan Pegatan, Kamis (23/10).
Lebih dari sekadar sumber penghidupan, sungai dan laut Pegatan juga menjadi urat nadi transportasi masyarakat. Hingga kini, keduanya masih menjadi satu-satunya jalur utama keluar-masuk wilayah Katingan Kuala, karena belum adanya akses darat yang menghubungkan langsung dengan kota kabupaten. Maka, menjaga sungai dan laut berarti juga menjaga keselamatan, ekonomi, dan peradaban masyarakat Pegatan.
Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak — Camat Katingan Kuala, Pos Air Polda Kalteng, Polairud Polres Katingan, Pos AL Pegatan, Polsek Katingan Kuala, Koramil 1019/KTK, Damang Adat, TKBM (Arba’i-Ketua Panitia), serta warga Katingan Kuala dan para nelayan yang dengan antusias bergotong royong mempersiapkan acara.
Beragam kegiatan telah disiapkan untuk memeriahkan perhelatan ini. Salah satunya adalah Burdah keliling Sungai Pegatan, di mana perahu-perahu nelayan yang dihias indah akan beriringan menyusuri sungai dan laut sambil melantunkan doa dan shalawat sebagai ungkapan syukur.
Selain itu, masyarakat juga akan menggelar doa bersama di beberapa titik penting, seperti Dermaga Utama Pegatan, Pulau Damar, Pulau Sekonyer, dan Batu Mandi. Usai doa, warga akan menikmati hidangan laut bersama — ikan, udang, kepiting, dan aneka olahan khas Pegatan yang dimasak secara bergotong royong.
Kebersamaan dalam menikmati hasil laut inilah yang menjadi makna terdalam dari Selamatan dan Sedekah Laut Pegatan — bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga pesan moral untuk terus menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Karena pada akhirnya, laut dan sungai bukan sekadar sumber rezeki, melainkan juga cermin dari cara kita bersyukur dan menghargai kehidupan. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?







