Hasan Busyairi: SDM dan Kelayakan Wisata Harus Seimbang

oleh
oleh
Hasan Busyairi Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya
Hasan Busyairi Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya

PALANGKA RAYA, Kaltengonline.com – Kemajuan sektor pariwisata tidak bisa hanya bertumpu pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelolanya. Kelayakan dan kesiapan objek wisata itu sendiri juga harus menjadi perhatian utama.

“Kalau bicara wisata, jangan hanya soal pelatihannya saja. Percuma pengelolanya sudah bagus, kalau tempat wisatanya belum layak,” ujar Anggota Komisi III DPRD Kota Palangka Raya, Hasan Busyairi, Kamis (30/10).

Menurutnya, pengembangan pariwisata adalah pekerjaan dua arah. Di satu sisi, pelatihan bagi pengelola memang penting untuk meningkatkan profesionalitas dan pelayanan. Namun di sisi lain, fasilitas, kebersihan, serta kenyamanan di lokasi wisata juga harus ditingkatkan agar menarik minat pengunjung.

“Pelatihan tanpa didukung kelayakan tempat wisata hasilnya tidak akan maksimal. Begitu juga sebaliknya, tempat yang sudah bagus pun bisa sepi kalau dikelola oleh orang yang belum paham prinsip-prinsip kepariwisataan,” jelasnya.

Hasan menilai keseimbangan antara kualitas pengelola dan kesiapan objek wisata menjadi kunci utama agar sektor pariwisata di Palangka Raya bisa tumbuh secara berkelanjutan. Dengan pengelolaan yang baik, wisatawan akan memperoleh pengalaman positif yang mendorong mereka untuk kembali datang.

Baca Juga:  DPRD Palangka Raya Tekankan APBD 2026 Harus Jalankan Program yang Menyentuh Masyarakat

Ia mencontohkan, sebagian besar objek wisata di Kota Palangka Raya baru ramai dikunjungi saat akhir pekan. Kondisi ini, katanya, menandakan perlunya strategi dan inovasi agar wisata tidak hanya hidup di hari libur.

“Biasanya yang datang ke tempat wisata di Palangka Raya itu saat Sabtu dan Minggu saja, kecuali kalau ada tamu dari luar kota. Nah, ini harus dipikirkan bagaimana caranya supaya wisata tetap hidup setiap hari,” tutur Hasan.

Karena itu, ia mendorong pemerintah daerah untuk tidak berhenti memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pengelola wisata. Pelatihan sebaiknya dilakukan secara berkala, bukan sekadar seremonial atau mengikuti momentum tertentu.

“Harapannya pelatihan bisa dilakukan secara rutin, misalnya tiap beberapa bulan sekali. Dengan begitu kemampuan pengelola bisa terus berkembang dan memberi nilai tambah bagi objek wisata di kota ini,” pungkasnya. (ham/ans/ko)