Dr Sidik R Usup mengatakan, pemikiran Tjilik Riwut terkait pembangunan tak hanya terbatas untuk pembangunan Kalteng, tapi juga seluruh masyarakat yang ada di Pulau Kalimantan. Semua pemikiran Tjilik Riwut tertuang dalam karya tulisnya berjudul; Kalimantan Membangun dan Kalimantan Memanggil.
“Dalam buku itu, beliau (Tjilik Riwut) menyampaikan bahwa Pulau Kalimantan yang luasnya lima kali dari Pulau Jawa dengan kekayaan alam yang berlimpah, semestinya dapat digunakan untuk kemakmuran seluruh masyarakat yang ada di pulau ini, terutama masyarakat suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah ini,” kata dosen yang mendapat gelar doktor dari Universitas Airlangga.
Dr Sidik mengatakan, Tjilik Riwut selalu mengharapkan agar Kalimantan bisa menjadi pulau harapan. Di dalam pemikiran Tjilik Riwut, Pulau Kalimantan tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tapi juga kaya dengan berbagai hal lainnya yang semestinya dapat digali dengan bermodal penguasaan ilmu pengetahuan saat ini, tanpa meninggalkan adat istiadat dan budaya masyarakat yang hidup di Pulau Kalimantan, khususnya masyarakat suku Dayak.
Salah satu pemikiran Tjilik Riwut yang sangat relevan saat ini adalah terkait pembangunan berkelanjutan. Tjilik Riwut telah lama menyebutkan pentingnya pembangunan berkelanjutan di Pulau Kalimantan. Hasil pemikiran Tjilik Riwut saat ini telah menjadi bagian dari referensi para cendekiawan dari berbagai institusi atau perguruan tinggi yang ingin mengenal kehidupan masyarakat suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Sidik menambahkan, Tjilik Riwut telah dianggap menjadi salah seorang tokoh karismatik yang sangat dihormati, tidak saja oleh masyarakat Kalteng, tetapi juga masyarakat Kalimantan seluruhnya.
Sementara itu, Syilvana Ariyani yang merupakan cucu Tjilik Riwut selalu ingat bahwa banyak orang mengingat buenya (kakeknya) itu sebagai sosok yang baik hati, ramah tamah, dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang.
“Banyak orang yang bilang bue (kakek) itu baik hati, ramah, dan bersikap bajeta bajorah, semua kualitas yang baik ada di bue,” tutur Sylviana yang saat ini bekerja di majalah Bobo.
Banyak hal diceritakan Syilviana yang sempat mengingatkan bagaimana pergaulannya dengan kakeknya tersebut. Dikatakannya, bagi pihak keluarga, Tjilik Riwut sudah lama menjadi pahlawan dalam keluarga, jauh sebelum diangkat sebagai pahlawan nasional. Banyak nilai, teladan, dan contoh yang diberikan Tjilik Riwut yang sampai kini masih dipertahankan oleh pihak keluarga.
Sylviana pun menyampaikan terima kasih dari pihak keluarga besar Tjilik Riwut kepada Danrem 102/Pjg yang telah mengadakan sarasehan dalam rangka mengenang pahlawan nasional Tjilik Riwut.
Malam itu juga digelar berbagai atraksi tarian dan pemberian hadiah kepada pemenang lomba video TMMD ke-115 dan lomba desain poster kepahlawanan Tjilik Riwut. Ada juga penyerahan hasil renovasi rumah veteran oleh Danrem 102/Pjg dan didampingi Kancab BRI Kalteng, serta penyerahan bingkisan dan tali asih kepada para veteran. (*/ce/ala/ko)