Gawat! Ribuan Anak Stunting

oleh
oleh
Grafis Kaltengpos

Terkait makanan bergizi, lanjut Ivo, tidak perlu susah-susah membeli makanan seperti salmon dan brokoli yang sulit didapatkan di Kalteng. Ivo menyarankan untuk menafaatkan makanan lokal yang tak kalah kandungan gizinya. Ivo mengajak para ibu hamil memanfaatkan sayur-sayuran dan ikan-ikan lokal.

“Kita sebagaimana orang Indonesia itu sudah kaya. Apalagi Kalteng ini kaya sekali dengan sumber alam lokalnya. Tidak perlu terpengaruh dengan inἀuencer yang mencontohkan memasak salmon dan brokoli sebagai makanan bergizi. Tidak perlu jauh-jauh, di Kalteng ini juga ada ikan yang gizinya itu bahkan melebihi salmon, kalau tidak salah ada ikan gambung. Untuk jenis sayur-sayuran, kelakai kaya akan zat besi, jadi tidak perlu susah-susah cari salmon dan brokoli, manfaatkan potensi alam yang ada di Kalteng,” tutur perempuan yang berulang tahun tiap 26 Juli itu. 

Ivo juga mengingatkan soal pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir oleh ibu hamil pada bayi usia nol hingga enam bulan. Bayi usia nol sampai enam bulan, jika tidak diberikan ASI eksklusif, bisa menjadi faktor pemicu stunting. Dalam ASI terdapat kandungan gizi yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak.

“Selain mengandung sumber gizi dan sumber makanan yang sangat baik untuk tubuh anak, kandungan ASI juga bisa membentuk imunitas atau kekebalan tubuh anak, jadi betapa pentingnya ASI ini untuk anak kita,” tegasnya. 

Para ibu hamil diingatkan untuk rutin melakukan pengecekan bayi atau balita ke posyandu atau fasilitas kesehatan (faskes) terdekat sehingga bisa mencegah stunting lebih dini.

“Ini penting ya ibu-ibu, bayi mesti rutin dibawa ke posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat, karena bisa dilakukan pemantauan tumbuh kembang anak, seperti lingkar kepala, berat badan, dan tinggi badan,” jelasnya.

Baca Juga:  Longsor dan Banjir Landa Kumai, Puluhan Rumah Terdampak

Sementara itu, Kepala Dinkes Kalteng dr Suyuti Syamsul mengakui angka stunting di Kalteng masih berada di atas rata-rata nasional. Meskipun terjadi penurunan dari 34 persen ke 27 persen, tetap saja masih berada di atas target nasional. Menurut Suyuti, pihaknya menargetkan penurunan angka stunting di Kalteng sebesar 16 persen pada 2024 mendatang.

“Kami menargetkan minimal tahun 2024 itu kita sudah capai angka 16 persen ya, memang itu masih di bawah target nasional 14 persen, tapi itulah target yang sangat optimis. Artinya harus kerja keras supaya bisa capai angka 16 persen,” bebernya kepada awak media usai menghadiri pembukaan seminar kesehatan bertema Cegah Stunting Itu Penting.

Suyuti mengatakan, masalah stunting tidak bisa diatasi jika sudah berada di atas 1.000 hari kehidupan anak. “Sejak orang hamil kami mulai lakukan intervensi, sehingga mereka paham bagaimana mencegah stunting,” tuturnya.

Upaya menurunkan stunting tak lepas dari asupan gizi. Salah satu hal penting dalam memenuhi kelengkapan gizi adalah ketersediaan pangan yang sehat dan bergizi.

“Kami berusaha memotong kebiasaan yang selama ini keliru, misalnya memberikan anak mi instan, kemudian menggunakan kue-kue dan jajanan yang tidak sehat,” tuturnya.

Suyuti menyebut ada dua macam bentuk intervensi pencegahan stunting. Pertama, intervensi spesiḀk yang dilakukan oleh dinas kesehatan. Misalnya, pengobatan kondisi sakit dan kekurangan makanan akut dapat diintervensi dengan makanan tambahan. Kedua, intervensi sensitif di luar bidang dinas kesehatan, seperti pemenuhan kebutuhan air bersih, ketersediaan pangan di rumah tangga, dan pola asuh. (dan/ce/ala/ko)