Terkesan Mengikuti Perayaan Thanksgiving Day, Daging Kalkun Menu Hidangan Spesial

oleh
oleh
MOMEN KEBERSAMAAN: Ghea Natania (kanan) bersama orang tua angkatnya di Amerika Serikat.

 Selama di Amerika Serikat (AS), Ghea Na­tania tinggal bersama orang tua angkatnya yang baik hati dan ramah. Banyak pen­galaman berkesan yang dirasakan Ghea selama hidup bersama keluarga angkatnya itu. Salah satunya mengikuti Thanksgiving Day, perayaan tahunan masyarakat AS.

 AKHMAD DHANI, Palangka Raya

kaltengonline.com –  ThanksgivingDay atau perayaan syu­kuran merupakan momentum yang berkesan bagi Ghea. Melalui momen tersebut ia bisa mengenal lebih dekat keluarga angkatnya. Dengan perayaan itu, hubungan yang terjalin di antara mereka makin akrab dan hangat. Perayaan itu dilaksanakan akhir November, te­patnya pada 24 November. Hari itu, masyarakat Amerika Serikat merayakan Thanksgiving Day, suatu perayaan yang digelar sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas anugerah Tuhan.

Perayaan tersebut adalah sesuatu yang baru bagi Ghea. Namun bisa mengi­kutinya secara langsung merupakan pengalaman berarti baginya, sekaligus memperluas cakrawala pen­getahuannya terkait budaya bangsa lain di dunia ini.

“Tiap bulan Novem­ber, masyarakat Amerika merayakan Thanksgiving Day, sebagai rasa terima ka­sih atas anugerah yang di­dapat dari Tuhan. Thanks­giving Day tahun ini jatuh pada tanggal 24 Novem­ber. Ini adalah perayaan Thanksgiving pertamaku di Amerika Serikat bersama keluarga Ibu Deborah yang begitu ramah dan penyay­ang. Kami merayakannya malam itu di Deptford, negara

bagian New Jersey, Amerika Serikat,” beber putri dari pasangan Untung Hajar Saloh dan Aster itu.

Yang berkesan baginya tak hanya saat mengikuti perayaan puncak Thanks­giving Day, tapi juga sehari sebelum hari puncak, yang penuh dengan kesibukan mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaan. Selama proses persiapan itulah Ghea bisa lebih dekat dengan keluarga angkatnya. Ia bisa menge­nal nenek angkatnya Fran dan melihat langsung sang nenek mempersiapkan hidangan untuk merayakan Thanksgiving Day. Menu makanan yang dihidang­kan pada Thanksgiving Day adalah daging kalkun, yang disajikan dengan cara yang unik dan tak biasa.

“Malam sebelum hari Thanksgiving Day, kami mempersiapkan meja makan bersama. Esok paginya, grandmom (nenek angkat) Fran mempersiap­kan makanan khas Thanks­giving Day, yaitu daging kalkun atau yang biasa dipanggil Turkey dan side dishes seorang diri. Kalkun tersebut dipersiapkan bu­kan dengan cara biasa. Be­liau mengepul kalkun agar dagingnya lepas dari tulang dan menjadi lunak. Jadi daging kalkun yang disaji­kan di meja makan bukan yang masih utuh, tapi sudah berbentuk potongan kecil,” jelas anak pertama dari dua bersaudara itu.

Setelah menikmati hidangan malam Thanks­giving Day, ia dan kelu­arga angkatnya kemudian merayakan hari spesial host mom (ibu angkat) yang sudah dipersiapkan oleh keluarga besar ibu angkatnya itu. Keluarga besar Ibu Deborah punya tradisi unik merayakan Thanksgiving Day. Dahulu, ujar Ghea, ketika semua anggota keluarga masih muda, para lelaki ber­main football (sepak bola Amerika) setelah makan bersama, sedangkan kaum perempuan jalan-jalan berkeliling blok.

“Namun karena faktor usia, tahun ini para lelaki tidak bermain football, hanya para wanita yang tetap melakukan tradisi keluarga dengan berjalan kaki mengelilingi blok-blok perumahan yang indah dan damai itu,” ucapnya penuh semangat.

Putri dari seorang dosen itu mengaku awalnya cang­gung mengikuti perayaan Thanksgiving Day bersama keluarga ibu angkatnya. Karena ia belum lama mengenal keluarga besar ibu angkatnya itu. Namun tak disangka, kehadirannya mendapat sambutan yang hangat. Ia tidak diperlaku­kan sebagai orang asing. Ghea pun sangan bahagia. Malam Thanksgiving Day itu ia lewati dengan makan malam bersama keluarga angkatnya itu. Malam itu menjadi malam paling bermakna baginya.

“Kalau boleh jujur, awalnya saya merasa akan sedikit canggung makan bersama keluarga besar Ibu Deborah, karena saya belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Eh, ternyata perkiraanku salah. Mereka justru mem­perlakukan saya sebagai keluarga. Mereka bahkan meminta bantuanku untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Kami menikmati makan bersama sambil berbagi cerita di malam Thanksgiving itu,” ungkap remaja keturunan asli Dayak itu.

Ghea mengaku perayaan Thanksgiving Day perta­manya di Amerika Serikat itu menjadi pengalaman yang berkesan dan meny­enangkan. Dari penuturan keluarga angkatnya, ang­gota keluarga yang ha­dir kali ini memang lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demiki­an, semua yang datang benar-benar menikmati momen kebersamaan pada malam itu.

“Thanksgiving Day per­tamaku di Amerika Serikat ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan menyenangkan. Perayaan syukuran ini selalu ditung­gu-tunggu oleh semua masyarakat Amerika, termasuk keluarga besar orang tua angkatku. Kami menikmati momen makan bersama tanpa memikirkan perbedaan,” tutur remaja berkacamata itu.

Program pertukaran pela­jar yang diikuti ini, menurut Ghea tidak hanya menam­bah pengetahuannya, tapi juga memperluas pengala­mannya dengan merasakan langsung budaya masyara­kat Amerika Serikat yang unik. “Saya sangat bersyu­kur atas kesempatan per­tukaran pelajar ke Amerika Serikat ini, karena pengala­man ini bisa menambah keluarga, not by blood but by heart,” ungkapnya. (*/bersambung/ce/ala/ko)