Kawasan Gambut Mulai Mengering

oleh
oleh
MITIGASI BENCANA: Wagub Kalteng H Edy Pratowo bersama forkopimda saat rakor penetapan status siaga darurat karhutla di Aula Jayang Tingang, Jumat (12/5).

PALANGKA RAYA-Kalimantan Tengah akan segera memasuki musim kemarau, persisnya pada bulan Juni mendatang.

Dengan memasuki musim kemarau, pemerintah daerah mulai berupaya mempersiapkan segala sesuatu menghadapi potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebab, sebagian besar wilayah Kalteng merupakan lahan gambut.

Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo mengatakan, dalam rangka mengantisipasi bencana karhutla tahun ini, sangat penting untuk memperhatikan lahan gambut. Jika sudah terjadi kekeringan di lahan gambut, maka kebakaran lahan akan mudah terjadi dan sulit dipadamkan.

“Kalau di lahan gambut sudah terjadi kekeringan, kegiatan pembasahan dan lainnya akan sukar dilakukan, ini yang harus kita beri perhatian dalam rangka mitigasi karhutla,” ujar Edy saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Penetapan Status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan di Aula Jayang Tingang, Jumat (12/5).

Tak dimungkiri, wilayahwilayah gambut di Bumi Tambun Bungai saat ini sudah mulai mengalami kekeringan. Pemprov Kalteng pun akan segera menetapkan status siaga darurat karhutla. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan kondisi cuaca Kalteng saat ini, lahan-lahan gambut yang mulai mengering, dan ada empat kabupaten/kota yang telah menetapkan status siaga darurat karhutla.

Wagub mengatakan, pemerintah pusat meminta agar pemerintah daerah dapat meningkatkan upaya kesiapsiagaan menghadapi potensi karhutla tahun ini, termasuk menetapkan status siaga darurat karhutla tingkat provinsi. Sejauh ini sudah ada empat kabupaten/ kota yang menetapkan status siaga darurat bencana karhutla. Yakni Kabupaten Sukamara, Lamandau, Barito Selatan, dan Kota Palangka Raya.

“Gubernur memberikan atensi penuh untuk mengantisipasi karhutla, karena di beberapa provinsi seperti Riau dan Kalbar sudah menetapkan status,” tuturnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, penetapan status merupakan penentu dalam mengambil langkah-langkah penanganan, termasuk upaya mitigasi. “Kami sudah sepakat status siaga darurat karhutla akan dimulai bulan Mei ini, tetapi untuk waktu pastinya nanti akan disampaikan,” ucap wagub.

Di tempat yang sama, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Wilayah Kalimantan, Yudho Mustiko mengatakan, Kalteng termasuk dalam daerah yang paling rawan terjadi karhutla karena adanya lahan gambut yang luas.

Berdasarkan pengamatan pihaknya, kondisi tinggi muka air pada lahan gambut di Kalteng saat ini sudah mulai menurun.

“Muka air gambut di sejumlah daerah itu sudah menunjukkan kondisi rawan, seperti di Palangka Raya dan Pulang Pisau, dua daerah itu muka air gambutnya turun sekali, oleh karena itu sudah harus diwaspadai potensi kebakarannya,” ungkap Yudho kepada wartawan, Jumat (12/5).

Yudho menjelaskan, berdasarkan Peraturan Kementerian (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 9 Tahun 2018, Kalteng sudah dapat menetapkan status siaga karhutla. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan adanya el nino, Kalteng yang sudah mulai memasuki periode musim kemarau, dan akan ada event nasional yang dilaksanakan di Kalteng sendiri.

“Lalu, syarat lainnya kan minimal dua kabupaten sudah menetapkan status siaga darurat, jadi Kalteng sudah bisa menetapkan status siaga darurat,” tambahnya.

Untuk mengantisipasi karhutla, lanjut Yudho, saat ini pihaknya sudah menyiagakan personel Manggala Agni di tiap daerah. Kalteng sendiri memiliki empat markas Manggala Agni.

“Markas Manggala Agni, daerah operasi Manggala Agni di Kalteng ini ada di Palangka Raya, Kapuas, Pangkalan Bun, dan Muara Teweh, personel kami sudah disiagakan, mereka yang akan bertugas di lapangan dengan melakukan patroli rutin tiap hari,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi titik api atau hotspot di Kalteng sekarang memang belum bisa dikatakan dalam level tinggi. Namun perlu ada kewaspadaan dini dengan menetapkan status siaga darurat karhutla, mempertimbangkan kondisi cuaca yang berangsur panas, potensi el nino, dan wilayah gambut Kalteng yang mulai mengalami kekeringan.

“Kondisi hotspot sekarang memang belum sampai ke level tertinggi, tapi kalau sudah ditetapkan status siaga darurat, diharapkan nantinya ada pertemuan lanjutan dan kegiatan-kegiatan lanjutan untuk kesiapsiagaan menghadapi karhutla,” tandasnya.

Terkait potensi bencana karhutla di Kalteng, dilihat berdasarkan tren cuaca terkini, hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sudah berangsur panas dengan intensitas curah hujan yang terus menerus berkurang.

Karena itu, sudah ada tiga kabupaten dan satu kota yang telah menetapkan status siaga karhutla. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Kalteng, Catur Winarni mengatakan, daerah yang paling berpotensi mengalami karhutla adalah yang berada di wilayah bagian selatan Kalteng.

“Kalau berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, daerah Kalteng bagian selatan seperti Kapuas, Pulang Pisau, Sukamara, dan Lamandau rawan karhutla, karena wilayah selatan ini relatif lebih kering daripada wilayah utara, seperti Murung Raya dan lainnya,” jelas Catur.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng Ahmad Toyib membeberkan, berdasarkan data BRIN, terpantau ada 616 hotspot dan 87 kejadian kebakaran.

Catur Winarti Kepala Stasiun meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan sebelumnya.

Hal ini disebabkan karena Mei-Oktober akan mulai memasuki musim kemarau, ditambah lagi dengan adanya El Nino. Hal inilah yang menyebabkan suhu panas terasa sangat tinggi. Tercatat suhu tertinggi di Kalteng berada di angka 35,6 derajat.

“Tahun ini diprediksi akan lebih kering dari tahun sebelumnya, dikarenakan ketika memasuki musim kemarau, kita juga akan menghadapi el nino. Jadi sangat diharapkan untuk memperhatikan penyebab- penyebab kebakaran. Jangan melakukan pembakaran lahan untuk saat ini,” ujarnya. (dan/zia/wls/ce/ala/ko)