Tiap pemerintah daerah memiliki program dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting di daerah masing-masing. Salah satunya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang harus lebih mudah dipahami kelompok sasaran.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
PENURUNAN prevalensi stunting masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa implementasi program-program penurunan stunting belum maksimal. Harus lebih terintegrasi dengan semua kelembagaan dan instansi. Termasuk penyampaian edukasi yang lebih mudah dipahami masyarakat untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pameran inovasi stunting yang digelar Pemprov Kalteng melalui Bappedalitbang Kalteng, beberapa kabupaten/kota menampilkan program-program percepatan penurunan stunting di daerahnya.
Terlihat stan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) menyediakan media edukasi yang mudah dipahami oleh sasaran kelompok prioritas, yakni remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Terlihat replika telur, kacang-kacangan, ikan, hingga minuman seperti susu dipamerkan. Media ini sangat mudah dikenali oleh sasaran kelompok prioritas. Mereka merupakan pihak-pihak yang sedini mungkin harus diedukasi untuk mencegah terjadinya stunting. Seperti pemahaman pernikahan, masa kehamilan, menyusui, hingga saat telah memiliki anak.
“Barang-barang ini merupakan media komunikasi, informasi, dan edukasi yang selalu digunakan dalam kegiatan sosialisasi pencegahan stunting, baik di posyandu maupun fasilitas kesehatan lain,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar I Ketut DJ W saat dibincangi di stan Pameran Inovasi Stunting 2023 di Aula Bappedalitbang Kalteng, Rabu (31/6).
Pihaknya menyebut, edukasi yang disampaikan untuk pencegahan stunting harus lebih mudah dipahami, agar masyarakat bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui media edukasi replika yang berbentuk bahan makanan dan minuman ini, masyarakat akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh pelayan kesehatan.
“Bahan-bahan yang kami contohkan pada replika ini juga sangat mudah ditemukan di lingkungan masyarakat, minimal telur, selanjutnya ikan yang biasa ditemukan di sekitar masyarakat,” ucapnya.
Pada KIE yang dilaksanakan juga sudah tidak lagi menggunakan moto empat sehat lima sempurna, melainkan moto menu seimbang isi piringku. Pada moto ini ada komposisi dan kuantitas ukuran yang mudah dipahami oleh ibu-ibu rumah tangga.
“Edukasi yang disampaikan juga menggunakan bahasa yang mudah dan dipraktikkan langsung, misal saja takaran tiap sajian setengah gelas, atau bahasa-bahasa lugas lainnya yang mudah dipahami,” tuturnya.
Upaya ini cukup membuahkan hasil. Pasalnya, berdasarkan data SSGI tahun 2022, angka stunting di Kobar mengalami penurunan 2,34 persen. Selain memaksimalkan edukasi KIE, Kobar juga merealisasikan berbagai program kegiatan yang pada akhirnya membuahkan hasil yang maksimal.
“Kobar satu-satunya kabupaten yang memiliki desa yang memenuhi lima pilar yakni sanitasi total berbasis masyarakat tahun 2020, di antaranya tidak buang air besar (BAB) sembarangan, cuci tangan menggunakan sabun, pengelolaan makanan dan minum sehat, pengelolaam limbah cair dan sampah di Desa Suka Makmur, Kecamatan Kolam,” bebernya.
Pameran Inovasi Stunting 2023 dibuka secara langsung oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kalteng H Edy Pratowo. Pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Harapannya kegiatan ini dapat menjadi semangat pendorong untuk mewujudkan visi dan misi Pemprov Kalteng dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Percepatan penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas nasional dan daerah termasuk Kalteng, guna mempercepat pembangunan SDM yang cerdas, sehat, dan berdaya saing. Mengingat masalah stunting dapat menjadi penghambat dari pembangunan manusia Indonesia yang cerdas dan produktif,” kata wagub saat membuka pameran inovasi stunting sekaligus penilaian kinerja pelaksanaan delapan aksi konvergensi penurunan stuntin.
Dalam pelaksanaannya, diperlukan penilaian kinerja untuk mengevaluasi pelaksanaan delapan aksi konvergensi penurunan stunting yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota, dengan menggunakan instrumen penilaian berdasarkan indikator dan periode waktu yang ditetapkan.
“Saya berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pusat monitoring dan evaluasi bersama melalui pelaporan pencapaian hasil dari kinerja kabupaten/kota yang diukur dengan pencapaian berbagai indikator. Selanjutnya dapat dilakukan berbagai inovasi serta kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam upaya percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Upaya pencegahan stunting, lanjut wagub, membutuhkan keterpaduan penyelenggaraan intervensi gizi dan kelompok sasaran prioritas. Untuk mencapai keterpaduan integrasi tersebut, perlu ada keselarasan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian lintas sektor maupun antara pemerintah dan masyarakat.
“Saya berharap seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk segera merumuskan langkah strategis sekaligus menjalankan program strategis RPJMD, sehingga menjadikan target penurunan prevalensi stunting sebagai salah satu indikator kinerja kepala daerah, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik dari dana APBN maupun CSR perusahaan atau badan usaha lain,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bappedalitbang Kalteng Kaspinor mengatakan, Pemprov Kalteng akan makin gencar merealisasikan program dan kegiatan secara terintegrasi, penguatan struktur dan fungsi tim percepatan penurunan stunting (TPPS) di setiap jenjang, penguatan penganggaran dan peningkatan cakupan pelayanan posyandu, serta fokus intervensi pada keluarga sasaran berisiko stunting.
“Untuk itulah kami membuat penilaian kinerja kabupaten/kota dalam pelaksanaan delapan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting tahun 2022,” ujarnya. (ce/ala/ko)