Penyandang Disabilitas yang Enggan Menyerah dengan Keadaan (8/selesai)

oleh
oleh
TETAP SEMANGAT: Muhammad Damuri di tempat kerjanya sedang memperbaiki alat elektronik kliennya.

Memiliki keterbatasan secara fisik, tak membuat Muhammad Damuri mau berpangku tangan dengan orang lain. Pernah diejek karena fisiknya, membuatnya membuktikan diri bisa tetap mandiri dan bermanfaat bagi orang lain.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

KEDUA kaki Damuri tidak berkembang sepenuhnya sejak usia dua tahun. Saat itu, dia didiagnosis mengidap polio. Penyakit ini membuatnya menghadapi kesulitan dalam berjalan hingga saat ini. Pria yang bekerja sebagai tukang service alat elektronik ini tidak mengetahui penyebab pasti mengapa ia terkena polio pada usia yang sangat muda, padahal sebelumnya ia dapat berjalan normal seperti anak-anak seusianya.

“Kondisi ini muncul setelah mengalami sakit demam panas pada waktu itu. Saya tidak tahu dengan pasti penyebabnya, tetapi berdasarkan analisis kesehatan, saya memiliki kelainan pada pinggang yang menyebabkan masalah pada kaki saya,” ujarnya saat Kalteng Pos berkunjung ke rumahnya, belum lama ini.

Dikutip dari laman alodokter.com, polio atau poliomyelitis adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat mudah menular, tetapi dapat dicegah melalui vaksinasi polio.

Polio dapat dialami oleh siapa saja, tetapi biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), terutama yang belum divaksinasi polio.

Pria kelahiran 1990 di Cirebon ini mengungkapkan, keterbatasan fisiknya bukan hal yang harus terus diratapi dan menyerah dengan hidup. Dia mengaku saat kecil pernah merasa malu dengan kondisinya karena sering diejek dan menjadi perhatian orang-orang di kampungnya.

Dia mengaku pernah ditawari untuk menjalani operasi saat berusia 18 tahun. Namun, ia merasa takut karena adanya kemungkinan efek samping.

Akhirnya, ia menerima kondisinya dan menjalani pekerjaannya dengan semangat.

Ejekan-ejekan orang lain tak terlalu dipikirkannya lagi. Ia ingin membuktikan bahwa meski ada kekurangan, bukan berarti tak bisa bekerja mandiri dan tak bisa memberi manfaat untuk orang lain. Untuk itulah dia punya semangat mengikuti pelatihan skill service elektronik tahun 2003 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Cirebon.

Baca Juga:  Percepat Pengentasan Blankspot di Pelosok Kalteng

Pria yang mengaku putus sekolah saat duduk di tingkat SMP ini memutuskan untuk mengikuti pelatihan keterampilan kembali tahun 2008, di Solo. “Saat di Solo ini, saya banyak teman yang mahir dengan keahliannya masing-masing.

Saya makin semangat dalam menjalani hidup ini,” terangnya.

Setelah setahun di karantina, Damuri semakin mahir dalam memperbaiki barang elektronik.

Bahkan dia dipertemukan dengan cinta sejatinya Husnul Khatimah di sana, seorang wanita asal Palangka Raya, yang sekarang menjadi istrinya.

Pada tahun 2012, Damuri memutuskan untuk tinggal di Palangka Raya bersama sang istri setelah menikah. “Pada tahun 2016, saya mulai menjalankan usaha jasa perbaikan barang elektronik dan memulai promosi melalui media sosial,” tegasnya.

Dari pekerjaan ini, setiap kali Damuri memperbaiki barang, ia mendapatkan upah sebesar Rp 50 ribu sampai Rp500 ribu per perbaikan. Harga tersebut bergantung pada jenis kerusakan dan tingkat kesulitan.

Sebagai seorang ayah dengan seorang putri, Damuri mengakui bahwa ia bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2-3 juta setiap bulan dari pekerjaannya.

Jumlah ini tergantung pada tingkat permintaan.

“Saya bersyukur skill saya ini bisa berguna untuk mencari rezeki untuk menafkahi keluarga dan membantu orang lain dengan memperbaiki alat elektronik mereka yang rusak,” tuturnya.

Namun, dengan kondisi yang ada, ia tetap berusaha membantu dalam memperbaiki kerusakan yang dialami oleh orang lain. Meskipun terbatas, ia tetap memiliki semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Kondisi yang dialami oleh Damuri tidak menghalangi gerakannya. Ia masih bisa mengendarai sepeda motor saat mendapatkan panggilan untuk memperbaiki barang elektronik. “Saya masih bisa menggunakan sepeda motor, tetapi saya mengalami kesulitan berdiri lama dan berjalan jauh. Ketika sholat, saya harus duduk karena tidak bisa berdiri,” tegasnya. (ko)