KABUT asap yang terjadi di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sejumlah titik karhutla diakui belum padam alias belum terkendali. Kian hari area kebakaran makin luas. Tercatat pada 26 September 2023 lahan terbakar seluas 146,049 hektare (ha). Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) menjadi wilayah yang terkena karhutla terluas, yakni 24,579 ha. Disusul Seruyan dan Kota Palangka Raya masing-masing seluas 20 ha.
Kalaksa BPBPK Ahmad Thoyib menyebut ada beberapa titik area karhutla yang meluas dan belum bisa dikendalikan. “Memang di bebeberapa titik terjadi perluasan area yang terbakar dan belum bisa dipadamkan,” ucapnya.
Sepanjang tahun 2023, terjadi 2.853 karhutla yang melahap lahan seluas 8.119,00 ha. Namun yang saat ini sedang terjadi peningkatan kebakaran lahan berada di wilayah Pulang Pisau dan Kapuas.
“Yang terjadi peningkatan lokasi kebakaran lahan ada di Pulpis dan Kapuas, beberapa hari ini belum bisa dipadamkan, satgas darat dan udara terus bekerja maksimal memblok pergerakan dan percepatan perluasan area kebakaran,” tuturnya.
Thoyib menyebut bahwa indikasi asap tipis yang terliha di Palangka Raya, kemungkinan merupakan asap kiriman dari wilayah Kapuas dan Pulpis. Hal itu dikarenakan adanya angin yang bertiup dari tenggara menuju Palangka Raya.
Di daerah Kotawaringin, berdasarkan pantauan lapangan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, titik api di Bumi Habaring Hurung mengalami peningkatan. Sebagian besar karhutla yang ditangani oleh tim gabungan tersebut berada di tengah Kota Sampit. Peningkatan itu membuat Pemkab Kotim memperpanjang status tanggap darurat karhutla hingga awal Okober mendatang.
“Berdasarkan kondisi riil di lapangan, memang ada penambahan titik api, terutama di dalam Kota Sampit. Menindaklanjuti hal itu, kami memperpanjang status tanggap darurat karhutla hingga tanggal 2 Oktober mendatang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam K Anwar.
Menurutnya, selain di dalam Kota Sampit, titik api yang menjadi perhatian BPBD Kotim juga terjadi di Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk, Sampit. Peningkatan titik api di wilayah tersebut terjadi akibat tim yang berupaya menjinakkan api kesulitan mengakses lokasi melalui jalur darat, sehingga hal itu menyebabkan api makin meluas.
“Kami mendapat laporan bahwa di Desa Lampuyang juga mengalami peningkatan luas kebakaran. Tapi ada catatannya. Di Desa Lampuyang ada beberapa lokasi yang tidak bisa diakses melalui darat, sehingga tim cukup kesulitan untuk memadamkan api,” ucap Multazam.
Hingga saat ini, BPBD Kotim terus berusaha melakukan pemadaman api di titik-titik lokasi karhutla. Selain melalui jalur darat, pemadaman juga dilakukan melalui jalur udara menggunakan metode waterbombing dengan memanfaatkan helikopter. Diharapkan upaya-upaya itu dapat menghalau api makin meluas, sehingga karhutla bisa ditangani dengan cepat.
“Kami sudah koordinasi dengan satgas udara untuk membantu memadamkan api aktif melalui udara, di samping kami juga mengerahkan tim gabungan yang bertugas di jalur darat, sehingga kami harapkan api tidak makin meluas dan karhutla bisa dipadamkan,” ujar Multazam.
Sementara berdasarkan pencitraan satelit yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandar Udara H Asan Sampit, titik panas (hotspot) yang ditemukan di Kabupaten Kotim pada Rabu pukul 7.00 WIB berjumlah 107 hotspot. Cuaca berawan hingga cerah berawan juga diperkirakan masih akan menyelimuti daerah itu hingga tiga hari ke depannya.
“Untuk titik api per hari ini (kemarin, red) pada pukul 7.00 WIB pagi total ada 107 hotspot dengan tingkat kepercayaan menengah sebanyak 104 dan tingkat kepercayaan tinggi sebanyak 3 hotspot,” ungkap prakirawan cuaca BMKG Bandar Udara H Asan Sampit Lyla Affifah Harulbadrizza saat dikonfirmasi Kalteng Pos.
Meningkatnya karhutla di Kotim berdampak pada kualitas udara di wilayah tersebut. Bau asap bahkan sudah tercium pada malam hari. Di pagi harinya, kabut tipis menyelimuti sebagian wilayah Kota Sampit. Aroma asap kian menguat hingga menjelang siang hari. Bahkan cahaya matahari hanya sayup-sayup terlihat menerobos asap yang menyelimut langit kota.
Berdasarkan perkiraan tujuh hari ke depannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Kotim masih berstatus merah dan sangat rawan terjadi karhutla. Beberapa waktu lalu memang ada penurunan signifikan karena turunnya hujan. Namun sekarang ini terjadi lagi peningkatan hotspot.
“Berdasarkan peringkat peringatan, sepekan ke depan masih berstatus merah, karena kondisi cuaca masih cukup panas dan cerah atau berawan yaitu dari tanggal 25 hingga 29 September,” tutur Lyla.
Diperkirakan hujan akan terjadi tanggal 30 – 31 September dengan curahan hujan ringan dan sedang di wilayah Kotim, terutama di wilayah tengah atau Kota Sampit. Itu berdasarkan analisis curahan hujan dasarian tiga bulan September dan dasarian satu bulan Oktober mendatang.
“Sedang mendasarin yang dua pada Oktober 2023 curahan hujan di Kabupaten Kotim juga masih dalam kategori rendah yaitu berkisar antara 10 hingga 20 mm, menjadi perhatian kita atau yang diwaspadai karena hujan yang didasarian tiga terutama di wilayah Selatan cukup rendah kemungkinan besar ada peningkatan hospot lagi yang artinya rawan karhutla,” tutupnya.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukamara Supandi mengungkapkan, pada satu bulan terakhir terdapat 26 hotspot yang terpantau di wilayah Sukamara. Supandi menjelaskan, terhitung dari Januari hingga September sebanyak 288,1 hektare lahan terbakar, kemudian lahan yang dipadamkan sebanyak 161,5 hektare.
“Jadi daerah yang rawan kebakaran itu ada di wilayah perkebunan penduduk, ada di Desa Natai Sedawak, wilayah Tarantang, dan Kelurahan Padang,” bebernya.
Supandi menyebut pihaknya tidak kekurangan personel di lapangan. Yang menjadi kekurangan adalah sarana prasarana pendukung.
“Jumlah personel yang kami turunkan sekitar 25 orang, cuman kekurangan sarana prasarana, termasuk mobil tangki. Yang seharusnya diperlukan tiga, tapi kita hanya punya satu. Walau kekurangan sarana prasarana, tetapi tidak mematahkan semangat kami untuk bekerja,” pungkasnya. (ko)