PALANGKA RAYA-Rabu siang (18/10), hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di sejumlah wilayah Palangka Raya. Hujan kemarin memang sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Namun waktu dan durasi hujan berbeda-beda tiap wilayah. Meski demikian, hujan yang terjadi secara alami tersebut belum sepenuhnya mampu meredam kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kabut tipis tak kunjung hilang.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Renianata menjelaskan, meski durasi dan intensitas hujan di beberapa wilayah tidak sama, tetapi terjadi pada hari yang sama. Hal tersebut tergantung pada pergerakan awan. Jika awan bergerak ke suatu wilayah, maka daerah itu akan berpotensi terjadi hujan.
Renianata menyebut, hujan yang terjadi kemarin bukan karena teknologi modifikasi cuaca (TMC). Sejak seminggu lalu pihaknya sudah memprediksi akan turun hujan alami. Sementara hingga beberapa hari ke depan ada gangguan cuaca yang terjadi, dari pertemuan atau perlambatan kecepatan angin yang biasa disebut konvergensi.
“Memang ada konvergensi atau pertemuan massa udara yang memanjang dari Kalimantan Utara hingga Kalimantan Tengah, sehingga menyembabkan pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi,” ucapnya.
Ia menambahkan, TMC juga dilakukan dengan mempertimbangkan potensi hujan. Ada evaluasi ataupun rapat persiapan yang dilakukan untuk hari esok dengan melihat kondisi atmosfer, apakah ada labilitas atau tidak. Jika kondisi labil dan berpotensi hujan, maka TMC tidak akan dilakukan di daerah yang berpotensi cukup besar untuk turun hujan secara alami.
Sementara itu, berdasarkan data perkiraan cuaca BMKG, tanggal 18-20 Oktober wilayah yang berpotensi turun hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir atau kilat serta angin kencang yakni wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Sukamara, Lamandau, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, Kapuas, Pulang Pisau, dan Kota Palangka Raya. Sedangkan tanggal 21-24 Oktober, wilayah yang diprediksi terjadi hujan adalah Kabupaten Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, Barto Selatan, dan Barito Timur.
Meski diguyur hujan, kabut asap masih menyelimuti Kota Palangka Raya. Walau tidak setebal beberapa waktu lalu, tetapi harus tetap diwaspadai. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Joni Harta melalui Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Merty Ilona menyampaikan, bencana kabut asap masih belum berakhir walau mulai berkurang.
“Sepekan ini kualitas udara di Kalteng membaik,” ujarnya, Rabu (18/10).
Berdasarkan hasil pantauan kualitas udara, mutu udara di Palangka Raya dan Kotawaringin Timur saat ini berada di warna kuning atau tidak sehat, dengan nilai kualitas udara 145 (PM 25) dan 107 (PM 25). Sedangkan wilayah Buntok berada di titik hijau alias baik dengan kualitas udara 40 (PM 20).
“Kondisi yang kian baik itu tentunya berkat upaya dan kerja keras seluruh pihak dalam menanggulangi karhutla. Sudah ada penurunan angka dari sebelumnya yang cukup tinggi,” imbuhnya.
“Di beberapa tempat juga sudah diguyur hujan, kemungkinan imbas dari TMC,” sebutnya. Dengan turunnya hujan, jumlah titik api pun berkurang. Begitu pun dengan ketebalan kabut asap.
“Makin dalam gambut makin rawan untuk terjadi kebakaran underground, kebakaran underground itulah yang sulit dipadamkan,” jelasnya.
“Kalau apinya sudah membesar, sangat sulit di padamkan. Itulah kenapa ada yang namanya golden time atau waktu emas, sehingga ketika ada api yang muncul di permukaan, segera dipadamkan, agar tidak masuk ke dalam,” paparnya. Itulah yang disebut dengan pertolongan pertama, lanjutnya.
Terlebih lagi yang namanya asap. Selain membawa partikulat, ada pula gas-gas beracun. “Sehingga sangat berbahaya jika dihirup,” ucapnya.
Karena itu, masyarakat diimbau terus menjaga kesehatan dan mengurangi aktivitas di luar rumah jika tidak terlalu penting. Sebab, dampak menghirup kabut asap mungkin tidak dirasakan sekarang ini, tetapi akan berdampak pada tubuh manusia beberapa tahun mendatang.
Sejak awal tahun hingga hari ini, karhutla di wilayah Kota Palangka Raya terus terjadi. Sudah mencapai 989 kejadian kasus karhutla sejak awal tahun 2023. Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya Berlianto mengatakan, banyaknya kejadian karhutla disebabkan kondisi tanah Kota Palangka Raya yang merupakan lahan gambut. Meski telah dipadamkan bagian atas, tetapi bagian dalam masih membara. Itulah yang menyebabkan karhutla sulit padam.
“Kemarin saat kami briefing pagi, hanya ada 3 lokasi yang menjadi titik pantau, yakni Marta Awat, Haka, dan Pal 13. Namun sore itu ada laporan masuk bahwa di 11 titik karhutla terdahulu, apinya hidup kembali, makanya pagi ini (kemarin pagi, red) teman-teman sudah bergerak untuk menangani 11 lokasi itu,” ucap Berlianto.
Dikatakannya, belum ada perubahan status karena masih dalam pantauan hingga pukul 15.00 WIB. Perubahan status akan dilakukan pada tanggal 20 Oktober. Namun sebelumnya harus dilaporkan ke Pj Wali Kota dan dilakukan penyusunan kajian cepat tentang apakah status saat ini akan diperpanjang atau di turunkan.
“Kami masih memantau hingga pukul 15.00 WIB, itu berkaitan dengan status yang akan berakhir lusa, sehingga kami masih memantau sampai sore nanti sebelum menetukan apa langkah selanjutnya. Apabila jumlah titik api masih banyak hingga pukul 00.00, maka status akan diperpanjang, tetapi harus dilaporkan dahulu ke pimpinan dan akan dilakukan kajian berdasarkan bidang-bidang seperti kedaruratan dan logistik,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Sutarto mengatakan, pada Selasa (17/10) ada 11 titik lokasi yang ditangani, karena pada beberapa titik karhutla muncul kembali api. Ada beberapa titik lokasi yang statusnya dalam pantauan, dengan kondisi terakhir masih berasap. Seperti di kompleks Hasanka, Katimpun Permai, Jalan Soekarno atau lingkungan kantor pemerintah kota. (ko)