kaltengonline.com – Kemarau panjang yang melanda dan minimnya pasokan dari luar daerah, berdampak pada lonjakan harga bahan pokok dan kebutuhan pangan di Palangka Raya. Kondisi itu sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga terutama cabai rawit terjadi lagi, Minggu (19/11).
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UMKM dan Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya, Samsul Rizal menjelaskan, kenaikan harga cabai rawit yang terjadi saat ini diakibatkan gagal panen yang dialami para petani karena kemarau panjang. Tak sedikit hasil panen cabai yang kurang bagus kualitasnya. Apalagi saat ini cabai rawit yang dijual di pasaran masih mengandalkan pasokan dari luar daerah, khususnya Kalimantan Selatan.
“Kenaikan harga saat ini bukan karena menjelang hari besar keagamaan, tetapi karena dampak musim kemarau. Rata-rata pemasok cabai rawit kan dari tiga daerah, yakni Barabai, Kandangan dan Tanjung, Provinsi Kalimantan Selatan. Pasar Barabai juga membagi stok cabai rawit ke Kalteng dan Kaltim. Biasanya dari sana harga cabai rawit Rp40.000 – Rp50.000 per kilogram. Sedangkan saat ini, harga kisaran Rp70.000 – Rp90.000 per kilogram dari daerah produsen,” jelasnya.
Kondisi itu membuat stok cabai saat ini menipis, sementara permintaan di pasar meningkat. Menurut Rizal, hitungan harga dari produsen itu belum termasuk ongkos kirim dan sebagainya. Tak heran jika harga jual di pasaran saat ini rata-rata berkisar Rp100.000-an per kilogram. Tidak tertutup kemungkinan, menjelang hari besar keagamaan akan terjadi kenaikan harga bahan pokok lainnya. Ia berharap dengan memasuki musim hujan, tanaman cabai rawit kembali subur sehingga harga bisa segera turun.
Jenis cabai lain seperti cabai merah keriting juga mengalami kenaikan harga. Dari sebelumnya Rp75.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp80.000 per kilogram. Sedangkan untuk bahan pokok lainnya belum terpantau mengalami kenaikan. Kenaikan harga cabai rawit terjadi di hampir semua daerah di Kalteng, bahkan secara nasional.
Sementara itu, salah satu pedagang di Pasar Besar Palangka Raya, Mupidah menjelaskan, cabai rawit dijual seharga Rp110.000 per kilogram. Padahal satu hari sebelumnya harga cabai masih Rp100.000 per kilogram. Dalam kondisi normal, biasanya dijual seharga Rp60.000 per kilogram.
“Karena harga cabai naik, sekarang pelanggan tidak lagi beli banyak seperti biasa. Contohnya pelanggan yang punya rumah makan, biasanya mereka beli satu kilo, tetapi sekarang hanya setengah atau seperempat kilo saja. Kalau warga biasa, hanya beli satu atau setengah ons,” tuturnya, Minggu (19/11).
Berdasarkan pantauan lapangan, ada perbedaan harga jual cabai rawit di pasar. Paling rendah dijual Rp110.000 per kilogram. Yang paling tinggi mencapai Rp130.000 per kilogram. Menurut pengakuan sejumlah pedagang, mereka hanya mengikuti dan menyesuaikan harga dari pemasok. Tentunya kenaikan harga cabai jelas berpengaruh pada jumlah atau banyak sedikitnya yang dibeli pelanggan atau masyarakat. (ovi/ce/ala/ko)