Kaltengonline.com – Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengakui, dalam membangun kedaulatan pangan Indonesia di Kalteng, hampir pasti meninggalkan kerusakan lingkungan. Namun dampak kerusakan itu bisa diminimalkan untuk tujuan utama, yakni agar kebutuhan pangan Indonesia tidak bergantung pada negara-negara lain.
“Apapun alasannya, ada kritikan dari LSM atau NGO terhadap Pak Presiden dari kehadiran proyek itu, gubernur yang bertanggung jawab, kami ingin Kalteng ini berkontribusi bagi ketahanan pangan nasional,” katanya.
Sugianto menegaskan, selaku pemimpin daerah ia akan tegak lurus dengan keputusan Presiden RI Joko Widodo yang sudah meletakkan PSN food estate di Kalteng. “Apapun perintah Pak Presiden, kami siap laksanakan, kami dampingi. Proyek nasional ini dibutuhkan agar pangan Indonesia berdaulat,” tambahnya.
Terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kalteng Hj Sunarti menuturkan, total lahan pertanian padi di Kalteng yang terdiri dua daerah PSN food estate, yakni Pulpis dan Kapuas, adalah seluas 62.000 ha.
Puluhan ribu ha itu sudah meliputi lahan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Sunarti menuturkan, konektivitas saluran irigasi lahan food estate padi di Kalteng, saat ini masih menjadi salah satu kendala dalam proses pengem-bangan food estate.
“Saluran irigasi yang jadi tanggung jawab Pemprov Kalteng belum konek dengan saluran irigasi yang jadi kewenangan Kementerian PUPR,” bebernya kepada Kalteng Pos, Senin (11/12).
Lebih lanjut ia menjelaskan, saluran irigasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah adalah saluran irigasi kuarter dan saluran cacing.
Sementara saluran irigasi primer, sekunder, hingga tersier menjadi tanggung jawab Balai Wilayah Sungai (BWS). “Jadi ada kalanya para petani kita butuh, tetapi mereka (BWS, red) tidak membuka pintu air dan sebagainya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Poktan Karya Jadi, Suratman menyebut kendala dalam proses penggarapan atau penanaman padi pada lahan food estate di Pulpis sudah pasti ada. Sejauh ini petani juga menggunakan alat panen pribadi.
“Itu pun jika sedang berbarengan, maka harus mengantre dan kadang kala mendapatkan giliran terakhir, terlebih lagi alat tersebut juga masih manual,” tambahnya.
Dikatakan Suratman, proyek tersebut datang tahun 2021. Yang kemudian mulai ditanami di 2022 hingga saat ini tahun 2023. “Sejauh ini sudah tiga kali penanaman. Hasil tanam pertama 1 ton per hektare, tanam kedua meningkat menjadi 1,5 ton per hektare, yang ketiga ini menjadi 2,5 ton per hektare,” bebernya. (dan/zia/ce/ala)