PALANGKA RAYA, Kaltengonline.com – Ketua Komisi III DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng), Sugiyarto, kembali menyoroti persoalan akses listrik di sejumlah desa terpencil di wilayah Kalteng. Meskipun sebagian besar daerah sudah teraliri listrik dari PLN, masih ada desa-desa yang belum menikmati penerangan.
Menurut Sugiyarto, keterbatasan jangkauan jaringan PLN menjadi alasan utama. PLN kerap mempertimbangkan faktor kelayakan ketika sebuah desa berada jauh dari jaringan utama dan hanya dihuni sekitar 100 kepala keluarga (KK).
“Mereka juga berpikir ulang kalau hanya seratus KK dan letaknya jauh dari jaringan utama,” ujar Sugiyarto saat ditemui, Senin (7/7).
Ia menjelaskan, salah satu solusi yang pernah diterapkan adalah penggunaan energi surya secara komunal. Namun, banyak sistem tenaga surya yang tidak bertahan lama akibat kendala pemeliharaan, terutama pada komponen aki yang cepat rusak dan mahal untuk diganti. Akibatnya, banyak perangkat energi surya yang akhirnya mangkrak karena tidak ada perawatan lanjutan dari pemerintah pusat.
“Panel suryanya sebenarnya awet, tapi aki-nya cepat soak dan harganya mahal. Masalahnya memang di pemeliharaan. Banyak sistem akhirnya mati,” ungkapnya.
Meski begitu, Sugiyarto menyambut positif hadirnya inovasi teknologi baterai baru yang diklaim mampu bertahan hingga 3,5 tahun tanpa perlu diganti. Inovasi ini disebutnya sebagai angin segar, walau tantangan dari segi biaya tetap menjadi pekerjaan rumah tersendiri.
“Sekarang katanya sudah ada teknologi baru, aki bisa tahan 3,5 tahun. Tapi tetap saja, harga dan biaya perawatan masih jadi kendala,” pungkasnya. (*afa/ko)