PALANGKA RAYA, kaltengonline.com-Pondok Pesantren Mamba’u Darissalam, Kelurahan Mendawai Kota Palangka Raya terbakar, Sabtu (26/7) malam. Tiga kamar asrama santri putra ludes dilalap si jago merah. Santri terpaksa dipulangkan sementara waktu akibat tempat tinggal mereka hangus terbakar dan fasilitas MCK tidak lagi dapat digunakan.
Wakil Pimpinan Pondok Ustaz Saleh mengatakan peristiwa nahas itu terjadi saat para santri tengah menunaikan salat Isya berjamaah di musala pondok. Belum selesai rakaat terakhir, seorang warga melintas dan memberi tahu salah satu ustaz bahwa telah terjadi kebakaran di salah satu bangunan asrama.
“Kami semua langsung membatalkan salat dan berhamburan keluar. Alhamdulillah, anak-anak semuanya sedang di musala, tidak ada yang tertinggal di asrama saat kejadian,” tutur Ustaz Saleh.
Asrama yang terbakar dihuni sekitar 80 santri dari berbagai daerah, bahkan ada yang berasal dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Satu kamar diisi oleh sekitar 26 hingga 30 santri. “Semua barang-barang mereka habis terbakar. Yang tersisa hanya pakaian di badan dan satu kitab kecil yang biasa dibawa saat taklim,” lanjutnya.
Tak hanya bangunan kamar, fasilitas mandi dan MCK yang vital untuk aktivitas santri juga ikut musnah. Kondisi itu memaksa pihak pondok mengambil keputusan cepat, memulangkan seluruh santri putra hingga waktu yang belum ditentukan.
“Sementara mereka kami liburkan dulu. Karena air nggak ada, tempat mandi nggak ada. Bagaimana mereka bisa bertahan di sini?” ungkapnya sedih.
Dikatakannya, pemadam kebakaran Kota Palangka Raya bergerak cepat ke lokasi dan berhasil mencegah api merembet ke bangunan lain. Namun kaca-kaca gedung di sekitar lokasi sempat pecah akibat panas tinggi.
“Angin tadi malam deras sekali. Kalau tidak cepat, bisa merembet ke seluruh area pondok,” imbuhnya.
Pondok Pesantren Mamba’u Darissalam merupakan lembaga pendidikan diniyah formal (PDF) setara sekolah negeri, dengan sistem asrama penuh bagi seluruh santri dari tingkat SMP hingga Aliyah. Santri tidak diperkenankan pulang-pergi, bahkan yang berdomisili dekat pondok pun wajib tinggal di asrama.
Dari total sekitar 450 santri yang mondok, hanya santri putra dari tiga kamar yang terdampak. Santri putri tetap tinggal karena asrama mereka berada di sisi lain pondok dan tidak terdampak kebakaran. Saleh berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah, baik kota maupun provinsi, untuk segera membangun kembali fasilitas yang terbakar.
“Bulan Agustus nanti anak-anak sudah mulai ujian. Kami berharap bisa segera membenahi dan mengembalikan mereka ke pondok,”. Mohon perhatian dari pihak terkait, agar pendidikan mereka tidak terganggu terlalu lama,” harapnya.
Sementara itu, sejumlah wali santri mulai berdatangan ke lokasi pondok. Salah satu orang tua mengaku cukup cemas atas peristiwa yang terjadi. “Anakku baru saja masuk tahun ini. Untung tidak terjadi apa-apa,” ucapnya. (KO)