Disdik Katingan Berupaya Mengatasi Anak Tidak Sekolah

oleh
oleh
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan Arianson

KASONGAN, kaltengonline.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan tengah berupaya mengatasi angka anak tidak sekolah di daerahnya. Khususnya mereka yang lulus namun tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Berdasarkan data yang dihimpun, angka putus sekolah tidak terlalu signifikan. Namun masalah utama justru terletak pada anak lulus sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan mereka.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan Arianson menjelaskan, bahwa tingginya angka anak tidak sekolah dalam data mereka sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa kasus. Sebagian besar kasus ini bukan murni putus sekolah, melainkan anak yang lulus dari satu jenjang pendidikan, namun tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Selain itu ada anak yang pindah domisili tanpa melaporkan kepindahan mereka ke sekolah asal.

“Angka putus sekolah sebenarnya tidak seberapa. Yang banyak ini adalah anak yang lulus TK/PAUD tidak melanjutkan ke SD, atau lulus SD tidak melanjutkan ke SMP. Ada juga anak yang pindah ke kota lain seperti Sampit atau Banjarmasin, tetapi orang tuanya tidak melaporkan kepindahan atau mencabut berkas dari sekolah asal. Sehingga statusnya masih tercatat,” terang Arianson kepada Kaltengonline.com, Rabu (24/9).

Menurut Arianson, data yang tercatat dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) seringkali tidak akurat karena masalah ini. Ketika seorang anak pindah, data mereka masih tercatat di sekolah lama. Sehingga secara otomatis tercatat sebagai tidak melanjutkan sekolah. “Orang tua kadang tidak melaporkan kepindahan anaknya, misalnya dari Katingan ke Gunung Mas. Mereka mendaftarkan anaknya di sekolah baru, tetapi tidak mencabut data dari sekolah lama. Hal ini membuat data di Dapodik terlihat seolah-olah anak tersebut tidak sekolah,” imbuh Arianson.

Baca Juga:  Pemkab Katingan Perkuat Tata Kelola Pemerintahan

Dia menyoroti bahwa angka yang benar-benar tidak melanjutkan sekolah memang ada, tetapi jumlahnya tidak sebesar yang tercatat dalam data gabungan. Selain itu Arianson menyebutkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi keputusan anak untuk tidak melanjutkan sekolah. Salah satunya adalah faktor geografis, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil. “Jarak sekolah dari SD ke SMP itu sering kali jauh. SMP biasanya hanya ada di tingkat kecamatan, sementara banyak SD yang ada di desa-desa. Hal inilah yang sering kali menjadi hambatan,” jelasnya.

Menanggapi masalah ini, Dinas Pendidikan Katingan berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pihak guna mencari solusi yang efektif agar tidak ada lagi anak yang terkendala untuk melanjutkan pendidikan mereka.(eri)