PANGKALAN BUN, kaltengonline.com– “Kami ajari dia untuk tertawa sebelum dunia menertawakannya.” Kalimat itu diucapkan dengan suara pelan oleh Hakim Ahmadi, seorang guru di SMPN 11 Arut Selatan. Di ruang tamu hotel di Jakarta Timur, ia bercerita tentang anak sulungnya, Muhammad Kadavi, atau yang dikenal banyak orang sebagai Davi Sumbing — komika muda yang kini mulai dikenal luas karena kejujuran dan keberaniannya di atas panggung.
Davi lahir pada 16 Juni 2000 dengan kondisi bibir sumbing. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan tatapan heran dan ejekan dari teman-teman sebayanya. Namun bagi keluarganya, kondisi itu bukan sesuatu yang harus disembunyikan. “Kami justru tidak mau dia tumbuh dengan perasaan minder. Kami panggil dia Umbing di rumah, supaya dia terbiasa dan bisa menerima dirinya apa adanya,” tutur Hakim Ahmadi sambil tersenyum kecil.
Perjalanan Davi tidak selalu mudah. Ia sudah dua kali menjalani operasi bibir sumbing, tapi hasilnya tidak sempurna. Suatu kali, saat masih kecil, Davi menarik sendiri benang jahitan karena merasa gatal, hingga bekas operasinya terbuka kembali. “Kami hanya bisa sabar. Dari situ kami tahu, Davi ini harus dibentuk dengan kesabaran dan kasih sayang, bukan dengan rasa kasihan,” kata sang ayah.
Meski memiliki kekurangan, Davi tumbuh sebagai anak yang ceria, mudah bergaul, dan tak pernah kehilangan tawa. Ia kerap membuat teman-temannya tertawa, bahkan dengan menjadikan kekurangannya sendiri sebagai bahan lelucon. “Anak itu nggak pernah malu. Dia malah sering bilang, kalau kita nggak bisa tertawa, berarti kita belum berdamai dengan diri sendiri,” ujar Hakim.
Tekad dan keberanian Davi makin terlihat saat ia memutuskan merantau ke Jakarta. Hanya bermodal Rp500 ribu dan motor Yamaha Vixion, Davi menempuh ribuan kilometer dari Pangkalan Bun menuju Bekasi. Di sana ia bekerja di rumah sakit, sambil perlahan membangun karier di dunia stand up comedy. “Kami sempat khawatir, tapi dia bilang, ‘Ayah, kalau saya nggak mulai sekarang, kapan lagi?’ Dari kalimat itu, saya tahu dia sudah siap menghadapi dunia,” kenang Hakim dengan mata berkaca-kaca.
Kini, Davi bukan hanya dikenal di panggung-panggung komedi, tapi juga mulai terjun ke dunia film dan tarik suara. Kesibukannya semakin padat, namun setiap kali pulang ke Pangkalan Bun, ia tetap anak yang sama — sederhana, lucu, dan tak pernah lupa mencium tangan ibu dan ayahnya sebelum berangkat tampil.
“Buat kami, bukan soal dia terkenal atau tidak,” kata Hakim menutup percakapan sore itu. “Yang penting, dia tumbuh menjadi anak yang bahagia. Karena sejak kecil, kami memang hanya ingin satu hal: Davi bisa tertawa, sebelum dunia menertawakannya, “pungkasnya.(BOP)







