kaltengonline.com – Dalam rangka membentengi anak-anak dari berbagai macam penyakit, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Kayon melaksanakan pelayanan kesehatan keliling untuk pemberian imunisiasi difteri tetanus (DT) dan tetanus difteri (TD) kepada murid sekolah dasar. Imunisasi ini dilaksanakan di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kelurahan Bukit Tunggal. Imunisasi keliling ini telah dilaksanakan sejak 1 November lalu. Kemarin dilaksanakan di SD Negeri 6 Bukit Tunggal.
Pengelola Program Imunisasi Anitya Handriani mengatakan, imunisasi DT berfungsi mencegah infeksi difteri, tetanus, dan batuk. Imunisasi ini diberikan untuk murid kelas I sekolah dasar. “Mengapa untuk kelas satu, karena belum diberikan sebelumnya, jadi dosisnya itu beda dari TD,” tuturnya kepada Kalteng Pos di sela-sela pelayanan imunisasi di SD Negeri 6 Bukit Tunggal, Senin (7/11).
Sementara untuk imunisasi tetanus difteri atau TD diberikan untuk murid kelas II, III, V, dan VI sebagai lanjutan dari suntikan DT. “Jadi diberikan lagi atau di-booster untuk memberikan kekebalan terhadap tiga penyakit itu. Namun untuk murid kelas empat tidak diberikan karena mereka sudah dapat sewaktu masih duduk di bangku kelas satu dan dua dahulu,” jelasnya.
Efek samping yang bisa dirasakan anak-anak setelah menerima suntikan imunisasi ini berupa demam ringan hingga demam berat, tergantung daya tubuhmasing-masing anak. “Kalau saat disuntik sedang lelah, ya mungkin akan mengalami demam, tapi kalau sedang fit, biasanya enggak ada,” ucapnya.
Efek samping berupa demam bisa terjadi karena tubuh sedang membentuk efek kekebalan. Jika si anak memiliki daya tahan tubuh yang bagus, maka kecil kemungkinan mengalami demam.
“Namun tiap anak berbeda-beda efek sampingnya, tergantung kekebalan tubuh anak,” jelasnya.
Terhadap anak yang mengalami demam usai disuntik, lanjut Anitya, pihaknya merekomendasikan untuk mengonsumsi parasetamol tablet.
Dikatakan Anitya, imunisasi merupakan pelayanan kesehatan yang wajib diikuti oleh anak-anak usia sekolah, karena manfaatnya begitu besar. Suntikan imunisasi yang didapatkan akan memperkuat kekebalan tubuh dari penyakit-penyakit infeksi yang termasuk dalam tetanus.
“Imunisasi ini baik, karena anak-anak sering bermain di halaman, mungkin ada yang tanpa sepatu, lalu kakinya kena beling, kena paku, dari suntikan imunisasi ini sudah terbentuk kekebalan, bisa mencegah infeksi tetanus,” jelasnya.
Kendati sangat direkomendasikan agar anak-anak mengikuti imunisasi tetanus ini, tutur Anitya, tapi terhadap beberapa anak belum dianjurkan untuk menerima suntikan imunisasi. “Terutama yang sedang demam, yang sedang minum antibiotik untuk pengobatan, itu belum bisa diimunisasi, tapi kalau flu dan batuk yang masih jarang-jarang, masih bisa kami suntik,” ucapnya.
Anitya menambahkan, selama bulan November ini pihaknya membuka layanan imunisasi di Puskesmas Kayon. “jadi yang masih sakit saat ini dan belum bisa disuntik, nanti setelah sembuh bisa nyusul, silakan ke Puskesmas Kayon selama bulan November ini, kami tetap melayani dari Senin sampai Sabtu, silakan datang kalau sudah sehat,” ucapnya.
Pelayanan imunisasi di SDN 6 Bukit Tunggal diikuti sekitar 350-400 anak yang merupakan murid kelas I, II, III, V, dan VI. Namun ada beberapa orang tua yang tidak ingin anaknya diimunisasi. Hal itu diungkapkan Kepala SDN 6 Bukit Tunggal Edy Sugianor. Beberapa anak tidak mengikuti imunisasi karena sedang sakit, sementara beberapa lagi karena tidak diizinkan oleh orang tua.
“Sebenarnya dari pihak puskesmas itu mewajibkan semua sih, mereka sistem sweeping katanya, jadi tidak ada yang tidak ikut, semua harus ikut, tetapi tetap ada ornag tua yang tidak mengizinkan anaknya, jadi serbasalah, satu sisi melanggar aturan, di sisi lain kalau memaksa anak untuk ikut tidak dibenarkan juga,” bebernya.
“Kata pihak kesehatan, itu adalah hak anak, hak anak untuk tidak mau diimunisasi, tapi kalau orang tua melarang anaknya untuk ikut imunisasi, maka orang tua itu yang merenggut hak anaknya untuk sehat, kalau anak sih enggak masalah, diberi motivasi dikit, pasti mau mereka,” imbuhnya. (dan/ce/ala/ko)