PALANGKA RAYA, Kaltengonline.com – Di penghujung gelaran Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) memperingati HUT ke-68 Kalteng, diumumkan juara lomba fotografi dan videografi. Mengusung tema spirit Kalteng, ratusan fotografer dan videografer ikut berkompetisi.
Menariknya, meski dari jumlah peserta tidak sebanyak tahun sebelumnya, namun hasil bidikan lensa tidak dapat disembunyikan baik dan buruknya. Ya. Kualitas hasil foto dan video dari tahun ke tahun gelaran FBIM, terus meningkat. Seperti halnya diakui juri utama lomba foto Beawiharta dan juri utama lomba video Parama Adi Wirasmo.
“Bisa dilihat kualitas hasil jepretan peserta lomba foto, secara umum, sangat baik. Baik sekali. Tentu saja ini tidak lepas dari semakin canggihnya alat atau kamera hingga wawasan generasi saat ini terkait fotografi,” ucap Bea usai pengumuman juara di Museum Balanga Palangka Raya, Selasa (27/5) malam.
Pun demikian, saat coaching clinic, Bea mengatakan ada beberapa tips dan trik terkait memotret festival. Mulai dari riset kecil-kecilan terkait potret apa yang mau dibuat, editing, hingga kurasi atau menentukan foto terbaik untuk dipilih dan diikutkan dalam sebuah kompetisi atau lomba.
“Biasanya banyak yang kebingungan ketika selesai motret, kan hasilnya ada beberapa frame. Banyak kan. Nah, tentukan mana yang paling baik. Sudah sesuai keinginan belum. Pilih yang paling ekspresif misalnya, teknisnya benar, masuk dengan tema, edit sederhana saja sudah jadi,” ungkap fotografer syarat prestasi nasional tersebut.
Sementara itu, juri utama videografi Parama Adi Wirasmo juga mengapresiasi kualitas video yang dihasilkan untuk kelas pemula, sudah sangat baik. Bahkan, ia tak canggung mengakui ketika awal mula menekuni dunia film, berangkat dari hal kecil dan sangat mendasar.
“Memang kita kali ini diminta membuat video promosi. Sesuai juknis dan persyaratan panitia. Tapi, perlu diingat, video promosi banyak bentuknya. Bisa dengan style film pendek, profile, dan banyak lagi. Jadi ingat saya sebelum sampai sekarang menjadi produser, belajar motret, lighting (pencahayaan) dan lainnya,” ungkap Rama yang juga Produser Film Marlina Pembunuh Empat Babak dan Film Perang Kota tersebut.
Tak ayal, mendengar cerita tersebut, peserta tampak semakin bersemangat bertanya dan diskusi saat coaching clinic. Menentukan ide cerita, menulis skenario, membuat story board, mengambil gambar, hingga fleksibilitas saat eksekusi di lapangan, menjadi pertanyaan yang terus dilontarkan peserta.
Plt Kabid Promosi dan Pengembangan Pariwisata Disbudpar Kalteng Agung Catur, pun memberikan apresiasi semakin meningkatnya kualitas foto dan video khususnya di bidang budaya dan pariwisata.
“Foto dan video menjadi salah satu sarana utama sebagai media promosi. Terima kasih kepada juru dan peserta yang telah meluangkan waktu dan berbagi pengalamannya. Semoga meningkatnya kualitas foto dan video, menjadi penyemangat kita bersama untuk terus mempromosikan budaya dan pariwisata hingga nasional dan mancanegara,” bebernya. (ko)