Debit Air Naik, Waspada Banjir

oleh
oleh

BUNTOK-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Selatan (Barsel) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bencana banjir. Hal itu mengingat debit air sungai Barito saat ini sudah mengalami kenaikan. Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Barito Selatan, Alip Suraya melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik, Suwono saat dihubungi Minggu (12/2).

Berdasarkan pemantauan pada Pelabuhan Pasar Lama Buntok, ketinggian permukaan air sudah mencapai 13,70 meter dan kemungkinan debit airnya akan mengalami kenaikan.

“Karena, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofi sika (BMKG) di wilayah Kalimantan Tengah mengalami cuaca ekstrem dan saat ini juga intensitas hujan sudah mulai mengalami peningkatan,” terangnya.

Ditambah lagi, lanjut dia, wilayah kabupaten tetangga yakni Barito Utara sudah mengalami banjir, sehingga diperkirakan akan terjadi banjir kiriman.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaan terutama yang bermukim pada desa-desa di bantaran darah aliran sungai (DAS) Barito.

“Kami mengimbau kepada masyarakat terutama yang bermukim di bantaran DAS Barito meningkatkan kewaspadaan dan selalu siap siaga apabila air mengalami kenaikan secara signifi kan,” ucapnya.

Baca Juga:  DPUPR Barsel Gelar Pelatihan ASN Awasi Proyek Konstruksi

BPBD, lanjut dia, hingga saat ini terus melakukan pemantauan pada wilayah-wilayah rawan banjir musiman serta kiriman. Selain itu, pemantauan juga dilakukan pada grup media sosial: Waspada Banjir Barito Selatan.

“Pada grup media sosial itu, kita meminta kepada lurah dan kepala desa agar memberikan informasi terkini kondisi debit air,” ujarnya.

Dia menegaskan, apabila didapat informasi banjir, BPBD Barsek segera turun ke lapangan guna melakukan penanganan, termasuk memberi bantuan kepada masyarakat terdampak Selain itu, ia juga mengatakan, saat ini wilayah Kalimantan Tengah, sebagian besar sudah memasuki musim kemarau, sehingga diimbau untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.

“Hal itu agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang bisa menimbulkan asap dan mengganggu pernapasan,” ujar Suwono. (ner/ram/ko)