LOMBA Jukung Tradisional menjadi salah satu cabang olahraga tradisional yang menarik perhatian masyarakat pada perhelatan FBIM tahun ini. Peserta lombanya banyak. Diikuti 13 tim putra dan 8 tim putri yang merupakan perwakilan dari beberapa kabupaten/ kota di Bumi Tambun Bungai. Untuk menuntaskan perlombaan ini, perlu waktu dua hari penyelenggaraan, 25-26 Mei.
Gebby selaku koordinator Lomba Jukung Tradisional mengatakan, lomba ini mengangkat kearifan lokal masyarakat Kalteng, yang mana pada zama dahulu hidup masyarakat Dayak sangat bergantung dari sungai. Aktivitas sehari-hari pun lebih banyak dihabiskan di sungai.
“Jadi dengan adanya Lomba Jukung Tradisional ini, kami ingin memperkenalkan olahraga tradisional ini sekaligus mengajak masyarakat melestarikannya,” kata Gebby kepada wartawan, Kamis (25/5).
Ada 5 orang yang ditunjuk menjadi juri perlombaan ini. Semuanya merupakan mantan atlet Kalteng. Tahun ini pihak penyelenggara juga mengadakan lomba yel-yel terbaik. “Siapa tahu tahun depan bisa dipertimbangkan untuk masuk kategori lomba,” ujarnya.
Lomba yang digelar di bawah Jembatan Kahayan itu menjadi tontonan menarik bagi masyarakat. Tampak juga beberapa wisatawan mancanegara yang turut menyaksikan. “Minat masyarakat menyaksikan lomba tadi sangat tinggi, karena lombanya menarik,” ucap Ali, salah satu warga.
Ia berharap dengan diadakannya FBIM, masyarakat Kalteng akan lebih memahami makna kesatuan dalam Pancasila. Babak final yang digelar kemarin (26/5), diikuti empat tim putra dan empat tim putri. Tim putra berasal dari Katingan, Kobar, Gumas, dan Palangka Raya. Sedangkan tim putri berasal dari Palangka Raya, Seruyan, Barsel, dan Kapuas.
Ketua panitia sekaligus ketua dewan juri Lomba Jukung Tradisional FBIM 2023, Yanson menjelaskan, 11 tim yang mengikuti perlombaan kategori putra berasal dari Lamandau, Pulang pisau, Kotawaringin Barat, Kapuas, Katingan, Barito Selatan, Murung Raya, Barito Utara, Seruyan, dan Murung Raya. Sedangkan untuk kategori putri diikuti peserta dari Palangka Raya, Barito Selatan, Kapuas, Pulang Pisau, Kapuas, Seruyan, Barito Utara, Gunung Mas, dan Murung Raya. Diterangkannya, tiap tim beranggotakan 6 orang.
“Setiap tim terdiri atas empat orang pendayung, satu juru mudi, dan satu penabuh,” beber Yanson.
Adapun jarak yang mesti ditempuh peserta pada lomba ini adalah 600 meter. Dikatakan Yanson, Lomba Jukung Tradisional FBIM 2023 ini adalah digelar dengan maksud melestarikan salah satu olahraga tradisional masyarakat suku Dayak. “Karena ini olahraga tradisional yang sudah ada sejak dahulu kala, makanya kita perlu melestarikan,” ujarnya.
Yanson berharap ke depannya olahraga jukung tradisional ini lebih sering digelar dengan kualitas yang lebih baik lagi. “Semoga makin banyak peserta yang mengikuti lomba ini,” ucapnya.
Tim dari Kabupaten Katingan menjadi yang tercepat dan berhak meraih juara satu kategori putra. Tim yang beranggotakan Joneli, Rendra, Reza, Yendi, dan Yudi ini berhasil mengungguli tim dari Kota Palangka Raya di posisi kedua dan tim Kotawaringin Barat di posisi ketiga.
Sementara untuk kategori putri, tim jukung tradisional dari Kota Palangka Raya keluar sebagai juara. Tim yang beranggotakan Jesika, Erin, Levena, Lawinda, Florasantia, Yulia, Salsa, dan Meilin ini unggul atas tim dari Seruyan dan Barito Selatan.
Pemenang masingmasing kategori memperoleh hadiah berupa trofi dan uang pembinaan sebesar Rp6 juta untuk juara pertama, Rp5 juta untuk juara dua, dan Rp4 juta untuk juara tiga.
Manajer kontingen Katingan Drs Risnaduar mengaku bangga atas keberhasilan tim putra Katingan yang sukses meraih juara satu Lomba Jukung Tradisional FBIM 2023. Kesuksesan yang didapatkan setelah melewati perjuangan yang berat.
“Tim-tim lain cukup kuat, tetapi kami punya keberuntungan,” terang pria yang juga menjabat Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Katingan.
Risnaduar menerangkan, selama enam bulan penuh latihan dan persiapan dilakukan tim jukung tradisional ini. Anggota tim dipilih melalui proses seleksi yang cukup ketat. “Anggota tim ini adalah orang-orang awam, bukan atlet, bisa dikatakan amatir semuanya,” tambah Risnaduar.
Risnaduar berharap olahraga jukung dan dayung tradisional makin berkembang, khususnya di wilayah Katingan. Melalui perlombaan ini diharapkan makin banyak atlet jukung tradisional dari Katingan yang bisa berprestasi di kancah regional, nasional, bahkan internasional.
“Seperti yang disampaikan panitia tadi, mereka akan dikirim untuk mengikuti event olahraga tradisional tingkat nasional,” ujarnya.
Kebanggaan menjadi juara satu juga dirasakan tim putri dari Palangka Raya. “Sangat senang bisa meraih juara satu, apalagi persaingannya sangat ketat,” kata Jesika Viola Jelita, salah satu dari tim putri Palangka Raya.
Remaja berstatus siswi SMA 4 Palangka Raya itu menyebut, kemenangan yang diraih kali ini tak lepas dari kekompakan seluruh anggota tim. “Semuanya kompak sehingga tadi ada kendala selama lomba tadi,” ucapnya.
Jesika menyebut, selama dua bulan terakhir ia dan rekan timnya melakukan latihan cukup ketat untuk memaksimalkan persiapan tim. “Tempat latihannya di sini (Sungai Kahayan, red),” pungkasnya. (ce/ala/ko)