PALANGKA RAYA-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng berencana membuat jalur khusus untuk memfasilitasi angkutan milik perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan, pertambangan, maupun kehutanan. Pihaknya juga berencana membangun jalur kereta khusus untuk hilir mudik pengangkutan hasil SDA dari sektor-sektor tersebut. Langkah tersebut dinilai dapat menjawab tantangan kondisi geografis Kalteng, sehingga bisa memperlancar perputaran roda perekonomian daerah.
Pengamat ekonomi Dr Fitria Husnatarina berpendapat, tidak adanya jalur khusus untuk kendaraan angkutan SDA menyebabkan kondisi jalan umum di Kalteng, baik jalan nasional maupun jalan lintas provinsi mudah rusak.
“Karena memang kondisi pengangkutan yang secara demografis panjang, konturnya yang cukup menantang, ditambah beban muatan yang melebihi batas kapasitas menjadi biang kerok kerusakan badan jalan,” kata Fitria kepada Kalteng Pos, Senin malam (18/9).
Rusaknya jalan umum akibat sering dilewati kendaraan bermuatan berat tersebut, lanjut Fitria, pada gilirannya akan membuat mobilitas barang dan orang di Kalteng menjadi terganggu. Hal itulah yang turut menyebabkan harga-harga barang di pasar sering naik akibat biaya pendistribusian yang tinggi.
“Masyarakat turut merasakan dampaknya, seperti mobilitas menuju kabupaten/kota terganggu akibat jalan yang rusak, pasokan barang yang masuk dan keluar terganggu, ini betul-betul menjadikan harga barang high cost,” ucap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya (UPR) ini.
Menurut Fitria, dampak ekonomi dari rusaknya infrastruktur jalan akan sangat besar. Terutama terkait kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Apalagi bahan-bahan pokok yang disinyalir menjadi penyebab dari inflasi. Tentu akan membuat harga komoditas makin naik.
“Dampak ekonomis dari itu bisa dilihat langsung, harga barang bisa mengalami kenaikan, tersendatnya ketersediaan kebutuhan yang krusial di suatu daerah, dan peningkatan kapasitas beli yang tidak normal,” tambahnya.
Dampak lain terhadap kerusakan jalan adalah tidak bagusnya kondisi lingkungan di wilayah sekitar jalan yang rusak, karena debu yang selalu beterbangan. Masyarakat yang tinggal di dekat jalan rusak akan hidup dalam kondisi lingkungan yang tidak sehat.
“Selain itu, biaya pemeliharaan kendaraan juga akan mahal karena dipaksa melintasi jalan yang rusak, tentu itu tidak menguntungkan bagi pihak yang berkepentingan, terutama pihak perusahaan, pada akhirnya ini menambah cost lagi,” ujarnya seraya menyebut bahwa rusaknya jalan dapat menyebabkan efek multiplayer terhadap berbagai sektor.
Oleh karena itu, Fitria menyebut inisiasi dari Pemprov Kalteng untuk membangun jalur khusus angkutan SDA dapat menjawab tantangan kondisi geografis Kalteng yang luas dan membutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai untuk menggerakkan roda perekonomian.
“Adanya jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bertonase tertentu itu sangat mendukung investasi, dalam hal ini tonase tinggi yang biasanya digunakan angkutan barang. Kalau benar-benar direalisasikan, maka akan sangat berdampak positif bagi perekonomian Kalteng,” ujarnya.
Dijelaskan Fitria, adanya jalur khusus itu akan memperlancar hilir mudik barang, jalur penumpang yang melalui jalur umum juga akan lancar dan tidak lekas rusak.
“Itu tentu akan berdampak pada lancarnya mobilitas masyarakat di jalur umum dan pertumbuhan ekonomi juga bisa lebih cepat,” tandasnya. (ko)